1. Manusia Setan

3.4K 504 120
                                    

Bawah Tanah:
the rumor Comes true

A novel by Zivia Zee

•••

"Camila itu nyalip tempat gue."

Ada rasa geli sekaligus dorongan untuk terbahak keras ketika Teresa-yang aku yakin dengan tidak sadar-mengatakan hal itu. Tangannya mengusap dagu sembari memicingkan mata kearah depan, melihat Camila, yang memang sudah terkenal dengan otak Einsteinnya, bersalaman dengan kepala sekolah. Maksudku, Teresa yang bahkan tidak dapat mengingat rumus trigonometri tidak serius berkata seperti itu kan?

"Jahat lo, Ra. Gini-gini gue ulangan B. Inggris dapat 98 ya," Itu bahkan tidak lebih bagus dari nilaiku. Aku ingin berkata seperti itu, tapi keramaian ini membuat lidahku harus bersabar. Lagipula, tidak lucu, kan, kalau aku tiba-tiba pingsan ditengah-tengah upacara kelulusan kakak tingkat karena kena bogem Teresa.

Camila menampilkan senyum terbaiknya ketika kameraman sekolah serta beberapa panitia OSIS kelas 11 bagian publikasi dan dokumentasi memintanya untuk berpose bersama para guru. Gelar siswi terbaik yang disematkan padanya itu memang bikin iri. Sudah macam artis sinetron bawang-bawangan yang waktu itu sempat tenar. Saking bikin irinya, semua perempuan di SMA ini pernah berandai-andai menjadi dirinya. Aku sering dengar kakak-kakak tingkat ceriwis yang menggosipkan Camila ketika sedang makan bakso dikantin.

Mereka suka ngaku-ngaku dengan mengatakan, "dulu gue sebenarnya setenar Camila, cuma sekarang-sekarang gue mau merendah saja. Ketenaran gue buat yang lain. Gue udah bosan dikelilingi guru-guru."

Atau, "kalau gue punya otak sepintar Camila, yakin deh, lo semua nggak akan bisa berteman sama gue. Orang famous cuy! mainnya sama yang famous juga kalii."

Dan juga, "Camila sih nggak ada apa-apanya. Ntar kalau itu mojang Andalas sudah lengser, semua orang pasti langsung ngelirik gue kayak mereka ngelirik Camila."

Di Andalas, kata-kata khayalan semacam, gue secantik Camila, gue sepintar Camila, gue sebenarnya adiknya Camila, sudah sering terdengar. Termasuk kata-kata Teresa beberapa menit lalu itu.

Lantas bagaimana denganku?

Aku tentu saja pernah membayangkan bagaimana rasanya menjadi seorang Camila si anak famous nan pintar itu. Tapi tentu saja aku tidak melakukannya secara terang-terangan seperti bagaimana Teresa melakukannya. Pantang sekali bagiku untuk menyanjung-nyanjung orang yang menjadi saingan beratku.

Ya, aku memang seangkuh itu.

Kak Camil, begitu kami para adik tingkat menyebutnya, memang sudah seperti selebriti diantara kami yang biasa-biasa saja ini. Ketenarannya tentu saja dilandasi atas dasar 3 keberuntungan langka manusia yang ia miliki. Pertama, Camila itu secantik artis bawang-bawangan yang jadi idola kaum lanang. Wajahnya putih, mulus dan bersih dari segala dosa seperti jerawat dan bruntusan. Keindahan paras itu kemudian ditopang dengan betapa idealnya tubuh yang ia miliki. Aku saja sampai membenci diriku karena apabila dibandingkan dengannya, punyaku rata sekali. Kedua, otaknya seencer lendir hidung yang ketika flu bisa sampai mengucur keluar walaupun tidak bersin. Menjuari olimpiade fisika tahun kemarin serta tidak pernah geser dari peringkat satu juara umum, tidak mungkin yang seperti ini tidak menarik decak kagum para guru. Keberuntungan langka manusia ketiga, Camila ini putri menteri keuangan. Tidak bisa dipastikan seberapa kaya keluarganya. Yang pasti seseorang pernah melihatnya turun dari mobil berlogo banteng.

Bawah Tanah: The Rumor Comes TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang