Bawah Tanah:
The Rumor Comes TrueA novel by Zivia Zee
•••
Sekarang aku mulai berpikir apakah kami sungguhan akan menjadi mata-mata setelah keluar dari sini? Maksudku, tentu saja jalannya masih panjang. Pendidikan tentu tidak sampai pada taraf SMA untuk menjadi aset penting negara. Hanya saja, pernahkah kau menemukan fakta bahwa sekolah mata-mata yang kau pikir sama menakutkannya dengan akademi kemiliteran ternyata tidak sebegitu mengerikan seperti yang kau bayangkan?
Aku sedang merasakan kebingungan itu saat ini.
Bagaimana tidak? Ini mungkin terlihat membual dan tidak masuk akal, tapi, seminggu pelatihan intensif untuk misi pertama yang sakral itu terasa seperti permainan belaka. Bahkan, memang sungguhan permainan yang dulu kumainkan waktu tinggiku masih diukur dengan setengah kusen pintu. Rasanya intensif bukan lagi kata yang tepat untuk mendeskripsikan latihan ini.
"Bersiaplah untuk petak umpet!"
Ya, memang bukan kata yang tepat.
Hari ketiga pelatihan, latihan kami adalah dengan bermain petak umpet. Benar-benar petak umpet. Tapi tentu saja dengan mekanisme yang sudah diotak-atik oleh entah siapa yang merencanakan bentuk pelatihan seperti ini. Hal baik dari pelatihan macam ini, teman-temanku yang masa kecilnya kurang bahagia bisa kembali mengulang dan merasakan apa yang anak lain rasakan.
Contohnya Alto.
Aku tahu ia dan Ririn selalu riang kerap kali kami melakukan sesuatu yang disebut permainan. Hanya saja, kali ini kadar keriangannya sudah melewati batas normal. Anak itu benar-benar menjadi super aktif dan tidak membiarkan mulutnya diam sedetik saja.
"Kali ini, aku yakin pasti aku yang menang!" itu adalah kata-kata yang ia ucapkan berulang kali sejak Pak Sukma mengumumkan bentuk latihan yang akan kami jalani.
Aku pura-pura tidak dengar saja. Meskipun rasanya sulit untuk mengabaikan cowok paling cerewet di muka bumi seperti dia. Tanganku sampai gemetar karena menahan diri untuk menganiayanya.
"Oke, siap?" aba-aba dari Pak Sukma.
Alto semakin tak bisa diam. Kali ini ia berjinjit-jinjit seolah tengah senam sehat bersama ibu-ibu komplek.
Suara peluit bergema.
"Mulai!"
Kami langsung kocar-kacir mencari tempat persembunyian. Misi kali ini adalah menjadi tidak terlihat. Jadi, akan ada satu orang lebah -bukan lebah sungguhan tentunya- yang akan berkeliling-keliling memangsa kami. Tugas kami adalah menyusun strategi untuk menghindari lebah tersebut seraya mencari sarangnya. Barang siapa yang berhasil menemukan sarangnya dan mencuri madu, maka dia lah pemenangnya.
Kata Pak Sukma, ini adalah latihan untuk pelajaran Taktik dan Perencanaan, karena itu yang membimbing kali ini hanya Pak Sukma seorang. Berbeda dari latihan Kamuflase dan Kode/Persandian kemarin, kali ini kami bergerak secara individu. Setiap orang bebas memilih taktik apa saja, termasuk mengorbankan orang lain. Kita bisa melakukan itu dengan membuat laporan anonim melalui walkie-talkie. Setiap satu orang yang gugur karena laporan atau tertangkap sendiri akan diumumkan di pengeras suara ke seluruh penjuru sekolah. Jadi, misinya bukan sekedar menjadi nggak terlihat oleh si lebah, tetapi juga oleh musuh-musuh kita.
![](https://img.wattpad.com/cover/201033135-288-k770024.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawah Tanah: The Rumor Comes True
Action[Action X Teenfiction] Serial mata-mata remaja #1 Buku pertama dari Dwilogi Bawah Tanah Ada sebuah surat aneh diatas meja belajarku. Surat berwarna pink bersimbol hati. Kupikir itu dari Djanuar. Akhirnya cowok brengsek itu sadar juga bahwa meninggal...