Bawah Tanah:
The Rumor Comes TrueA novel by Zivia Zee
•••
Aku berusaha menutup pintu kamar asramaku sepelan mungkin. Berharap bisa masuk tanpa diketahui, kemudian berbaring di tempat tidurku sendiri tanpa bersuara, dan pura-pura bangun dari delapan jam tidur nyenyak seolah-olah tidak pernah ada ketukan yang membangunkan di jam tiga pagi. Tapi tentu saja itu tidak akan terjadi. Jam lima pagi Anya pasti sudah bangun. Aku tidak tahu bagaimana cara dia bangun karena selama ini selalu aku yang membangunkannya, tapi begitu tubuh ku masuk sepenuhnya dan pintu kamar tertutup serapatnya, aku lihat cewek itu sudah segar bugar. Ini mengejutkan buatku mendapati Anya sudah rapi dengan seragam olahraga. Sudah mandi, sudah membersihkan ranjangnya, dan saat ini sedang berdiri dengan berpangku tangan seraya menatapku penuh curiga.
"Darimana lo ?" tanyanya. Sejenak aku merasa seperti anak remaja labil yang kepergok pulang malam oleh ayahnya.
"Nggak dari mana-mana," jawab ku.
Cewek itu tertawa dengan dengusan mengejek. "nggak dari mana-mana ? Terus itu sweter punya siapa ?"
"Ap-"
Aku melihat diriku sendiri. Sweter Kak Sancaka masih melekat padaku. Ah, kenapa aku tidak kembalikan begitu kami turun. Kalau begini, masih ada alasan untuk kita berdua bertemu. Aku tidak mau lagi bertemu dengannya.
"Ini punyaku," bohong ku. Anya memicing kearah ku.
"Oh, ya ? Jadi ada mall ditengah hutan ini ? Coba kasih tahu dimana ? Gue juga mau beli sweter kayak lo."
Aku mengabaikannya. Sudah jam lima lewat. Aku belum mandi. Belum siap-siap. Kalau sampai terlambat sesi olahraga, hukuman dari Pak Frans akan menanti. Hukuman darinya tidak pernah tidak berat.
Ku buka sweter Kak Sancaka dan melemparnya ke kasur. Mengambil handuk lalu beranjak ke kamar mandi. Anya melotot karena ku abaikan.
"Beresin kasur gue, dong. Gue mau mandi," pinta ku.
"Ih seenak jidat lo. Beresin sendiri!"
"Ih, bantuin napa ? kalau telat gimana ?!"
Ia mencebik kesal. "Ih, Lo juga belum jawab pertanyaan gue. Kok tumben pagi-pagi udah ngilang ? darimana ?"
Aku membanting pintu kamar mandi. Dari dalam aku berteriak, "beresin kasur gue!"
Anya ikut berteriak, "jangan-jangan lo tadi ke rumah Mas Raga, ya ? lo diam-diam suka juga, kan, sama dia ? heh, gue kasih tahu ya. Mas Raga udah gue incar sejak pertama kali kita ketemu. Sebagai teman lo nggak boleh nikung, dong."
Aku membuka pintu kamar mandi. Kalau aku masih pakai baju, aku akan mendatanginya dan membenturkan kepalanya ke dinding agar dia jadi waras kembali. Tapi kali ini aku harus puas hanya dengan menjulurkan kepalaku keluar dan berkata, "bucin, tuh, pakai akal. Gue lebih baik diam-diam kekamar Pak Sukma dari pada jauh-jauh harus manjat dinding ke rumah Mas Raga."
"Jadi, sweter itu punya Pak Sukma ? gila lu, Ra. Mau dapat nilai gede nggak gitu juga caranya."
Aku menggerung kesal. "Bukan gitu maksudnya, Faradita! ah, capek gue. Nggak tahu, lah. Pokoknya beresin kasur gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawah Tanah: The Rumor Comes True
Action[Action X Teenfiction] Serial mata-mata remaja #1 Buku pertama dari Dwilogi Bawah Tanah Ada sebuah surat aneh diatas meja belajarku. Surat berwarna pink bersimbol hati. Kupikir itu dari Djanuar. Akhirnya cowok brengsek itu sadar juga bahwa meninggal...