3. Seorang Teroris

2K 423 59
                                    

Bawah Tanah:
The Rumor Comes True

A novel by Zivia Zee

•••

Bukan lelucon yang bagus untuk diadakan di hari kelulusan lebih dari dua ratus siswa.

Aku tahu SMA Andalas adalah SMA swasta militer dibawah kepemimpinan jenderal angkatan darat. Tapi kalau aku tidak salah ingat, latihan semi militer yang menggemparkan seluruh murid baru itu sudah lewat enam bulan yang lalu. Dan ini adalah hari kelulusan dimana seharusnya sukacitalah yang menyelimuti atmosfer Andalas. Bukannya gumpalan asap hitam yang membumbung tinggi, percikan api dari kabel-kabel listrik yang korslet, serta histeria masa yang ketakutan.

Aku berhenti jarak dua puluh meter dari bangunan. Kakak-kakak tingkat yang tadi memenuhi aula berhamburan keluar dengan segala macam ekspresi. Aku menyisir setiap sudut.  Aula yang tadi amat megah itu kini luluh lantak. Puing-puing bangunannya berjatuhan ke lantai. Aku tidak bisa melihat apakah ada korban atau tidak. Sejauh mata memandang adalah asap tebal yang memperpendek radius penglihatan.

Aku mengambil ponselku. Aku harus memastikan kalau Teresa benar-benar sudah pulang dan tidak kembali ke dalam aula.

"Ayo angkat, Teresa angkat. Cepat Angkat," gumamku gelisah. Nada sambung memenuhi telinga, namun, belum ada suara Teresa. Aku khawatir anak itu jadi korban bom dadakan itu.

Pick.

Sambungan mati.

Aku kembali men-dial nomornya. Tersambung. Tapi Teresa tidak mengangkatnya. Sambungan kembali mati. Aku mengulanginya sampai tiga kali. Tidak ada satupun panggilan yang ia jawab. Aku heran pada semua orang yang sulit dihubungi ketika situasi tengah genting. Kemana gawai yang selalu melekat ditangan mereka. Apakah ponsel itu bisa hilang secara tiba-tiba begitu mendengar sebuah bom meledak?

Fokus Aurora! aku memukul kepalaku sendiri. Aku selalu melakukannya ketika panik mulai merajai batin. Sekarang, tarikan napas adalah sesuatu yang paling membantu. Aku menarik napasku dalam-dalam. Lalu mengeluarkannya secara perlahan. Satu kali. Dua kali. Tiga kali. Kemudi emosi akhirnya kembali ke tanganku.

Baik. Aku hanya perlu berpikir sederhana. Karena Teresa tidak mengangkat teleponku, berarti dia sedang dalam perjalanan menuju rumah. Orang yang berkendara tidak boleh memegang ponsel.
Itu sangat berbahaya dan jelas melanggar peraturan. Teresa adalah orang yang sangat taat pada peraturan. Benar, Teresa baik-baik saja. Aku tidak perlu merasa bersalah karena telah mengusirnya. Aku juga tidak perlu berlari menembus asap hitam mengerikan didepan sana. Teresa baik-baik saja.

Berarti waktunya untukku menyelamatkan diriku sendiri.

"Aaakh!!"

"TERESA!"

Jantungku rasanya mau copot ketika mendengar suara teriakkan itu. Itu pasti Teresa. Itu Teresa.  Aku yakin sekali. Ha! kenapa anak itu selalu menyusahkan ketika situasi sudah lebih dari susah. Mau tak mau aku harus membuang semua rasa hororku dan bertingkah layaknya pahlawan yang berlari menembus bahaya. Dasar menyebalkan.

Aku mulai berlari tergopoh-gopoh. Kebaya yang kukenakan memiliki rok pendek. Tapi menyelimuti pahaku dengan sangat ketat sehingga berjalan saja sulit. Kini aku harus berlari. Melawan arus orang-orang yang melarikan diri. Sungguh, Aurora. Cobaan apa lagi yang engkau lewatkan.

Aula penuh oleh asap. Aku tidak bisa melihat juga bernapas. Meski demikian aku tetap masuk kedalam. Berjalan cepat menuju area manapun yang bisa dijangkau.

"Teresa!" Teriakku.

Aku mengibaskan tangan di depan hidung. Asap hitam ini keterlaluan pekatnya. Aku bisa mati kalau tidak segera keluar. Dan Teresa juga bisa mati kalau tidak segera kutemukan. Aku menyisir tiap sudut ruangan. Asap membuat radius pandangku kian memendek. Tapi aku masih bisa melihat visi sampai 5 meter kedepan. Sejauh itu, tidak satu orangpun kutemukan. Aku berjalan menyusuri aula, masuk lebih dalam lagi. Sampai pada pertengahan hampir ke dalam, aku bisa melihat platform aula sudah tidak ada. Hancur dan menciptakan lubang didinding dan lantai. Aku berjalan mendekat. Itu pasti tempat bomnya meledak.

Bawah Tanah: The Rumor Comes TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang