chapter 48

1.2K 98 30
                                    

Aleena menggeliat kecil merasa tidurnya terganggu oleh sinar matahari yang menelisik masuk melalui celah jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aleena menggeliat kecil merasa tidurnya terganggu oleh sinar matahari yang menelisik masuk melalui celah jendela. Untuk pertama kalinya Aleena merasa tidurnya kali ini benar-benar berkualitas. Bangun tanpa beban pikiran dan rasa sakit. Mulanya dia senang namun menyadari ruangan ini bukan kamarnya dan napasnya yang tidak bebas membuatnya menyadari satu hal

Ini bukan kamarnya. Melainkan ruangan berbau obat yang seperti sudah menjadi hak milik Aleena Queensha tiap kali dia ke rumah sakit ini. Pantas saja tidurnya nyenyak bahkan tanpa bantuan obat tidur yang bisa membantunya terpejam untuk melupakan sejenak derita hidupnya, ternyata dia tidur karena pingsan

Setelah kesadarannya terkumpul penuh, Aleena menyadari ada seseorang yang menatapnya dengan intimidasi tajam. Menelan ludah susah payah, Aleena berencana kembali menutup mata. Tidak ingin menghadapi orang itu

"sejak kapan lo mulai buang obat lo lagi?" pertanyaan pertama dia indahkan. Masih memejamkan matanya

"Aleena Queensha Jovanka" hingga panggilan itu menyadarkan Aleena kedalam masalah yang akan datang. Suara Aleen memang terdengar lembut saat memanggilnya namun Aleena bisa mendengar sepercik amarah didalamnya. Bukan sepercik melainkan gumpalan besar amarah yang pasti Aleen tahan sejak semalam

Hendak melepaskan selang oksigen, tangannya ditahan oleh dokter Chelsea. Gadis cantik itu menggeleng kecil isyarat dia tidak boleh melakukannya

Aleen berdiri bersidekap dada sambil bersandar pada tembok yang jaraknya sedikit jauh dari tempat Aleena tidur. Meski terbilang jauh dia masih dapat merasakan aura mencekam dari kakaknya itu. Membuat Aleena tidak bisa bernapas dengan baik karena ketakutan. Sementara Chelsea duduk di sampingnya dengan wajah hangat

Situasinya seimbang, ada pencabut nyawa dan ada peri baik

"ngga bisa jawab?" Aleen kembali bersuara

"bang Aleen..."

"Aleen! Jangan panggil gue abang. Ingat janji lo kan?" Aleena meneguk salivanya gugup "gue bukan abang lo lagi kalo lo berani buang obat ataupun ngga mau minum obat!" ujar Aleen memberitahu janji Aleena. Mungkin saja anak nakal itu lupa

"Aleen, kamu terlalu kasar ngomongnya" tegur Chelsea

"no! Emang perlu digituin biar ngga bertindak tanpa mikir resikonya" cerca Aleen meninggikan suaranya seoktaf

Bahkan Chelsea saja tidak mampu menangani emosi Aleen yang meluap. Posisi Aleena benar-benar sudah tidak bisa terselamatkan. Menatap Chelsea seakan meminta pertolongan dari amukan Aleen nyatanya sia-sia. Dokter cantik itu hanya bisa menghela napas sembari menggenggam tangannya

Ketika Aleen melangkah mendekat, jantungnya langsung terpompa cepat. Namun agar terlihat lebih sopan dia bangun dari tidurnya dibantu Chelsea dengan memberikan bantal sebagai ganjalan di punggungnya. Aleena duduk merunduk sambil memainkan jemarinya. Dan terus berdoa kali ini dewi fortuna bisa berpihak padanya. Hanya kali ini saja

ANOMALYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang