Chapter 22

1.4K 104 2
                                    

Lorong rumah sakit di penuhi oleh laki-laki berjaket jeans berlambang serigala di punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lorong rumah sakit di penuhi oleh laki-laki berjaket jeans berlambang serigala di punggungnya. Betrova memenuhi lorong rumah sakit itu. Salah satu temannya sedang berjuang dalam sana setelah mendapat tusukan bagian perutnya. Kata dokter tidak apa-apa, lukanya tidak terlalu parah. Tetap saja Betrova tidak bisa berhenti khawatir.

Apalagi sang Alpha. Dia tidak bisa duduk tenang di tempatnya. Kadang berdiri, duduk gelisah, lalu berdiri lagi, berjalan mondar mandir dengan wajah dingin namun khawatir. Davi yang melihatnya jadi pusing.

"Duduk aja Al. Illian pasti baik-baik aja kok," kata Davi berusaha berpikir positif.

Evan ikut berdiri di sebelah Gazka. Dia seolah tau isi pikiran cowok itu, "bukan salah lo. Illian luka karena Batavia curang bawa benda tajam terus."

Gazka menghela napasnya marah, "gue ngga akan lepasin Batavia kali ini!" geramnya.

Ini semua berawal dari Gazka. Coba saja dia tidak tersulut emosi, Illian tidak akan berada dalam sana sekarang. Teman-temannya tidak akan terluka seperti ini. Batavia menantang Betrova bermain basket malam ini, Gazka menerima tantangan itu. Betrova menang dan Edgar tidak menerima kekalahannya. Dan malah mengajak Gazka duel. Awalnya dia menolak tapi Edgar terus mengeluarkan kata-kata yang menyulut emosinya. Pertandingan basket itu berakhir perkelahian dengan Illian yang menjadi korban.

"ILLIAN KENAPA?" Aleena yang baru datang langsung berteriak histeris. Menatap satu persatu anak anak Betrova meminta penjelasan. Aleen yang sejak tadi duduk di tempatnya berdiri menghampiri Aleena.

"Illian bakalan baik-baik aja, Na." Aleen memeluk adiknya. Suara tangis Aleena meredam. Gazka semakin merasa bersalah melihat Aleena menangis seperti anak kecil.

Aleena duduk di tempat Aleen tadi sementara Aleen pergi membeli air. Perempuan itu merunduk masih terus menangisi Illian. Aleena begitu khawatir saat mendengar kabar jika Illian terluka dan sekarang sedang di operasi. Orang tua cowok itu tidak bisa pulang hari ini, Aleena semakin merasa kasihan pada sahabatnya itu.

Ada Putra yang duduk sebelah Aleena, mengusap pundak cewek itu agar lebih tenang. Aleena menangis persis seperti adik bungsunya, menangisi permen satu satunya yang jatuh, "tenang Na, Illian bakalan baik-baik aja kok."

Cewek sebarbar Aleena bisa menjadi anak kecil ketika sahabatnya terluka. Mungkin kalau anak-anak Betrova juga perempuan, mungkin mereka tidak jauh berbeda dengan Aleena. Semuanya mengkhawatirkan Illian. Seperti apa yang di rasakan Illian juga mereka rasakan.

Gazka berjalan mendekati Aleena. Dia berjongkok di depan Aleena yang sedang duduk. Mengambil kedua tangan Aleena untuk dia genggam di atas pangkuan cewek itu. Perlakuan Gazka membuat Aleena tersentak, yang lainnya juga menatap mereka terkejut. Dengan mata berembun Aleena menatap Gazka. Cowok itu juga sedang menatapnya teduh, bersamaan dengan kedua tangannya yang mengusap punggung tangan Aleena.

Tangan Aleena terasa dingin di genggamannya. Tangan cewek itu terasa pas untuk di genggamnya. Gazka masih terus memandang Aleena. Sebelah tangannya tergerak untuk mengusap pipi tirus milik Aleena.

ANOMALYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang