Chapter 13

1.4K 100 3
                                    

"GOOD MORNING ABANGGG!" teriak Aleena berjalan menuju meja makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"GOOD MORNING ABANGGG!" teriak Aleena berjalan menuju meja makan

"BERISIK!" bukan Aleen yang membalasnya melainkan Illian. Yang pagi-pagi sudah duduk manis di meja makan.

"Ngapain lo pagi-pagi udah di rumah gue?" Aleena membiarkan tasnya tergeletak di lantai kemudian duduk di hadapan Aleen yang sedang sibuk pacaran bersama laptopnya.

"Ngga ada pertanyaan lain? biasanya juga gue di sini."

Aleena cengar-cengir. Benar juga sih, pagi bahkan masih subuh Illian sudah duduk anteng di meja makan menikmati sarapan yang Aleen buat. Bukan karena tidak ada makanan di rumahnya atau Maminya tidak memasak, Illian suka sarapan bersama adik kakak bermarga Jovankan ini. Bahkan cowok itu pernah membawa sepirin nasi untuk dia makan di rumah Aleena. Sambil menonton tv. Kemudian pulang sehabis makan membawa piring kosong. Padahal tv di rumah Illian jauh lebih besar.

"Apaan nih?" tanya Aleena membuka bingkisan besar diatas meja makan, "mencium bau-bau makanan mahal."

"Mami Papi gue beliin buat lo. Khusus tuh buat tetangga berisiknya," ungkap Illian sambil memasukkan potongan roti ke dalam mulutnya.

"Udah pulang? Kok ngga jenguk gue di rumah sakit. Kan gue kangen cerita cerita sama nyokap lo," ujar Aleena sedih. Mami Illian sudah menganggap Aleena anaknya sendiri. Kadang kalau Aleena masuk rumah sakit dan Aleen juga sibuk, Mami Illian yang akan menemaninya terkadang juga bersama Papi Illian.

Keluarga Pradipta memang sebaik itu. Aleen dan Aleena bingung bagaimana membalas kebaikan mereka. Dari keluarga Pradipta juga Aleena bisa merasakan hangatnya kekeluargaan. Terkadang Aleena ingin menangis melihat Papi Illian begitu perhatian padanya. Papi Illian sangat sayang pada Aleena sedangkan Ayahnya sendiri membenci Aleena. Disitu kadang Aleena ingin menangis di bawah ketek Aleen saja. Mengadu jika dia malu pada Illian. Dia iri dengan kehidupan sempurna cowok itu.

"kmKemarin mau jenguk tapi gue bilang ngga usah, besok juga udah pulang. Sekalian di rumahnya aja."

Aleena mengangguk mengerti "terus kenapa pagi ini lo makan di rumah gue? Padahal makanan di rumah lo pasti lebih enak," kata Aleena sambil mengunyah sayuran rebus buatan Aleen.

Ya begitulah hidup Aleena. Tidak boleh makan sembarangan makanan, apalagi yang instan dan bersoda. Padahal keduanya adalah favorit Aleena. Dokter Chelsea sudah membuatkan Aleen menu makanan sehat untuk Aleena.

"Illian kangen sama lo tuh dek," sahut  Aleen menutup laptopnya.

"Dih kangen apaan bang. Tiap hari juga ketemu sampai males gue liatnya."

"Alah bilang aja kangen susah banget ngaku," cibir Aleena kemudian mengibas rambutnya centil.

"Gue emang ngangenin anaknya." cewek itu mengedipkan sebelah matanya pada Illian membuat Illian bergidik jijik.

"Bang, nih anak kesambet kayaknya. Makin hari makin sinting aja."

"Sinting sinting! Enak aja lo ngatain gue."

ANOMALYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang