Chapter 43

1.2K 112 18
                                    

"halo?" Evan menyapa begitu panggilan diterima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"halo?" Evan menyapa begitu panggilan diterima

"iya Van, kenapa?"

"dimana? Hp lo ngga aktif tadi?" Evan melirik Willy yang berdiri tidak sabaran ingin segera menerima panggilan itu "ada yang nyariin lo nih"

"siapa?" tanya Rebeca

Willy mengambil alih ponsel Evan begitu cowok itu menyodorkannya. Dia tersenyum sumringah kemudian pergi ke tempat lain. Tidak ingin di dengar oleh orang lain

Yang dia lakukan benar. Lebih baik menahan cemburu dibandingkan melihat temannya —Willy— tidak tenang, gusar, dan cemas memikirkan Rebeca. Diam-diam dia mengulum senyum tipis. Willy bisa menjaga Rebeca. Dia cowok yang dapat di percaya

Mengeluarkan napas pendek, Evan terus menatap punggung Willy. Sampai tiba-tiba sebuah tangan merangkul pundaknya. Dia menoleh mendapati Illian, Davi, dan Putra tengah tersenyum seperti orang idiot

"apaan?" Evan melepas rangkulan tangan Illian

Tiga cowok yang duduk berbaris di sebelah Evan mengangguk bersamaan

"udah damai ya?" tanya Davi lebih dulu

"emang ngga berantem sama Willy" jawab Evan

Illian menggeleng dengan memegang dagunya "maksudnya damai sama masa lalu" ujarnya

"udah ikhlas tuh aa'Evan" sahut Putra berada di ujung membuat Evan mendengus

"apaan sih! Ngga jelas" dengusnya seraya meninggalkan tempat barusan. Kupingnya bisa berdegung mendengar ocehan tidak jelas tiga orang gila tadi

Evan memilih duduk di sebelah Gazka. Kepulan asap keluar dari mulut cowok pemimpin itu. Gazka menoleh sekilas menatap Evan

"digangguin lagi?"

Yang ditanya hanya mendengus sebal

"bawa santai ajalah. Lo juga udah ngga punya perasaan sama tuh cewek kan? Ikhlasin udah. Bukannya lo sendiri yang ngelepasin?" lanjut Gazka

"ini juga udah ikhlas" ekspresi Evan makin berlipat-lipat saja

"ikhlas itu bohong. Yang bener itu terpaksa terus terbiasa" celetuk Jeff melewati keduanya sambil membawa bungkus nasi kosong yang hendak dia buang

Memutar bola mata malas, Evan berusaha menulikan telinganya. Lantas dia berdecak. Seperti tidak ada wilayah kosong untuknya yang tidak membahas perempuan

"manusia emang gitu ya Jeff, pinter ceramahin orang lain. Eh pas dia sendiri jadi bego bat soal cewek"

Sindiran pedas dari arah belakang membuat mereka spontan menoleh. Gazka jelas tahu diri dia yang disindir. Mengerutkan alisnya hingga menyatu, pandangannya mengarah pada Faris dan Jeff. Kedua manusia itu berjalan mengabaikan Gazka dan Evan seakan tidak terjadi apa-apa

ANOMALYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang