Chapter 4

1.7K 132 2
                                    

Aleena berjalan memasuki kantin seorang diri sembari menyeruput susu kotak yang sudah hampir habis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aleena berjalan memasuki kantin seorang diri sembari menyeruput susu kotak yang sudah hampir habis. Keningnya berkerut ketika mulai memasuki wilayah kantin. Sepi. Apa ini? Tumben sekali kantin sepi. Inikan jam istirahat pertama. Matanya menatap sekeliling kantin, dia menyipitkan matanya melihat orang-orang yang ternyata berkumpul di pojok sana. Sedang menonton sesuatu.

Aleena dengan tingkat keingintahuan yang tinggi alias kepo berjalan mendekati kumpulan itu. Sambil menerka-nerka apa yang asik di sana dibanding mengisi perut yang kosong.
"Woi apa-apaan lo!" Aleena berteriak menghentikan pergerakan orang itu. Aleena segera berlari menghampiri Beno si cowo berkacamata yang saat ini di bully oleh Dandi beserta kedua temannya.

"Lo ngga papa kan? Ada yang luka ngga?" Aleena bertanya sembari membersihkan rambut Beno yang di penuhi mi. Beno menggeleng dengan tubuh yang bergetar hebat.

Dandi tentu tidak tinggal diam, dia paling tidak suka seseorang menghentikan kesenangannya. Dandi menarik lengan Aleena agar berdiri.

"Cantik, mending lo minggir ya, ngga usah ikut campur urusan gue atau nasib lo juga sama kayak si cupu."

Aleena melepaskan paksa lengannya. Menatap Dandi menantang seolah dia tidak takut dengan gertakan cowo itu, "emangnya dia salah apa sampai lo bully gini?" tanyanya bernada songong.

Bukannya ingin jadi pahlawan kesiangan, Aleena hanya tidak suka melihat Dandi berlaku seenaknya. Kayak dia aja yang punya sekolahan. Aleena tidak munafik, dia juga pernah melakukan hal semacam ini. Sering malah. Tentu dengan sebuah alasan, seperti orang itu melakukan kesalahan dan tidak meminta maaf pada Aleena. Dia tidak mungkin menindas atau berkelahi tanpa kesalahan yang membuatnya kesal atau murka pada orang itu.

"Emangnya urusan lo apa? Dia pacar lo? Waduh kasian amat, cantik-cantik kok suka yang cupu sih. Mending sama gue. Lo mau gue bayar juga bisa kok." Dandi tertawa mengejek bersama kedua temannya di belakang.

Plak!

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Dandi. Menghentikan tawanya terganti ringisan sakit merasakan panas menjalar di pipinya.

"Berani lo tampar gue?!" Dandi berteriak marah sambil memegang pipinya yang kena tampar.

"Kenapa?! Mau gue tampar lagi?"

Cowok itu mendekati Aleena dengan wajah merah padam. Aleena tidak takut sama sekali. Dia membalas tatapan Dandi tak kalah tajam. Dandi mencengkram lengan Aleena kuat menatap cewek itu murka. Kalau saja dia cowok mungkin sudah Dandi habisi sekarang.

"Banci!"

Cengkerama tangan Dandi terlepas sebab cowok itu terperosok ke belakang akibat pukulan seseorang. Tubuh Aleena di tarik ke belakang oleh Putra dan Beno sudah di tolong oleh Davi. Ternyata Gazka lah yang memukul Dandi.

"Lo siapa lagi sih?! Mau sok jadi pahlawan lo di sini?" Dandi meludah ke lantai.

Mungkin tadi matanya tiba-tiba buta karena tamparan Aleena. Bisa-bisanya dia masih bertanya siapa pada Gazka? Di Verdant siapa sih yang tidak kenal si Alpha itu? Atau paling tidak mereka semua mengenal Betrova. Terlalu kudet jika tidak mengenal komplotan itu.

ANOMALYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang