04 - Satu hari bersama Arsy

222 18 21
                                    

Minggu pagi yang produktif, mungkin itu judul yang tepat untuk mendeskripsikan hari weekend kali ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu pagi yang produktif, mungkin itu judul yang tepat untuk mendeskripsikan hari weekend kali ini. Pagi-pagi buta, aku sudah bangun, dan mengobrak-abrik seisi dapur.

Hari ini, aku akan ke rumah Arsy. Nama lengkapnya Arsy Mahaprana. Ia adalah pemberi saran yang baik bagiku, sama seperti halnya mendiang Tante Retha—bundanya Arsy—yang baru meninggal setahun yang lalu. Tante Retha adalah seorang psikolog. Dulu aku sempat mempunyai trauma akan sesuatu hal, yang membawa aku bertemu dengan Tante Retha. Setelah traumaku perlahan sembuh, aku malah harus mendengar kabar bahwa Tante Retha meninggal akibat kecelakaan mobil bersama dengan suaminya—Om Julian—.

Sejak hari itu, posisi Tante Retha sebagai pendengar terbaikku digantikan oleh seorang Arsy, putra bungsu tante Retha. Arsy mempunyai seorang abang, namanya Radi Mahaprana. Berbanding terbalik dengan Arsy yang lemah lembut, Bang Radi memang sedikit tempramental. Mungkin, hanya kepadaku saja. Ia terlihat tidak menyukaiku, terutama semenjak Tante Retha meninggal dan aku dekat dengan Arsy.

Saat ini, Arsy hanya tinggal berdua dengan Bang Radi. Mereka tidak mempunyai asisten rumah tangga sejak kecil, bahkan saat orang tua mereka meninggal pun, mereka tetap menjalankan segala pekerjaan rumah secara mandiri. Rumah mereka terletak di gang sebelah indekosku. Cukup dekat, hingga biasanya aku cukup berjalan kaki untuk pergi ke sana. Sudah menjadi rutinitasku untuk berkunjung ke rumah Arsy setiap hari Minggu, entah itu sekadar bercerita kepada Arsy mengenai masalah kuliahku atau mengajaknya untuk bersepeda bersama.

Aku memulai aktivitas memasakku dengan mempersiapkan segala alat dan bahan yang akan aku gunakan. Hari ini, aku ingin memasak nasi goreng spesial untuk aku bawa ke rumah Arsy. Setelah cukup lama mengobrak-abrik dapur, akhirnya aku selesai memasak. Aku mengambil sebuah piring, lantas mencicipi nasi goreng buatanku. Rasanya, sempurna. Aku mengambil seporsi nasi dan menghabiskannya dengan segera.

Setelah menghabiskan makananku, aku mengambil rantang makanan dan memasukkan nasi goreng ke rantang bertingkat dua itu. Sengaja aku ambil yang bertingkat dua, karena aku sekalian membawakan Bang Radi sarapan. Meski sejujurnya aku ragu jika Bang Radi akan memakan nasi goreng buatanku.

Aku memutuskan untuk mencuci piring terlebih dahulu, sebelum akhirnya berangkat menuju rumah Arsy.

"Pagi, Bu Elia," sapaku pada Bu Elia yang tengah menyiram bunga di halaman rumahnya.

"Pagi juga, Bel. Wah, udah rapi aja pagi ini. Mau ke rumah Arsy, ya, pasti," ujarnya seolah tahu kebiasaanku. Arsy memang beberapa kali pernah berkunjung di rumahku, sehingga tak heran Bu Elia mengenal lelaki itu.

"Tahu aja, nih, Bu." Aku tertawa membalas ucapannya. "Bella jalan duluan ke rumah Arsy, ya, Bu," pamitku.

"Hati-hati, ya, Bella."

Love isn't about Perfection [ Completed ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang