07 - Satu kebaikan Vero

149 18 18
                                    

Setelah pesan ajakan ketemuan dari Vero aku diamkan beberapa menit, akhirnya aku mengiyakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah pesan ajakan ketemuan dari Vero aku diamkan beberapa menit, akhirnya aku mengiyakannya. Kebetulan, jadwal kuliahku tengah kosong. Hitung-hitung, bertemu teman lama. Ya, aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Mungkin, pertemuan terakhir kami ialah pada saat acara perpisahan sekolah. Setelah itu, kami tidak bertemu lagi, sekalipun pada saat melangsungkan pengambilan ijazah dan cap tiga jari. Maklum saja, pengambilan ijazah dilakukan sendiri-sendiri, karena sudah bukan acara resmi dari sekolah.

Dan, gara-gara ajakan pertemuan itu, sekarang aku tengah pusing memilah pakaian mana yang harus aku kenakan untuk bertemu dengan Vero. Sudah nyaris setengah jam aku tidak menemukan pilihanku. Bahkan, isi lemariku sudah hampir kubongkar semua untuk menemukan pakaian yang cocok.

Aku mengambil sebuah dress selutut dengan motif polkadot putih, lantas menggelengkan kepalaku. Tidak. Dress seperti ini tidak cocok untuk aku kenakan di situasi seperti ini. Dress itu mempunyai kerah di bagian lehernya, benar-benar mencerminkan dress formal.

Aku mengacak-ngacak rambutku frustrasi, lantas melirik ke arah jam dinding. Waktu tersisa sepuluh menit lagi dan aku masih belum menemukan pakaian yang cocok.

"Ah, pakai ini aja. Bodo amat, deh, daripada nanti Vero nunggu," ujarku sembari mengambil sebuah jumpsuit berwarna mustard dan langsung mengganti pakaianku. Setelahnya, aku berdiri menghadap ke sebuah kaca yang tergantung di dinding dan mulai menyisir setiap helai rambutku. Tak lupa, aku mengoleskan lipbalm berwarna nude ke bibirku. Aku mengecap kedua bibirku lantas tersenyum. Penampilanku tidak buruk juga, setidaknya oke untuk bertemu Vero.

Aku keluar dari kamar, sembari menenteng slingbag berwarna putih. Sebuah flatshoes berwarna senada dengan slingbag juga menjadi pilihanku untuk melengkapi penampilan. Sisanya, aku tinggal menunggu kedatangan Vero untuk datang menjemput. Sebelumnya, aku memang sudah mengirimkan alamat indekos kepada Vero. Sebenarnya, aku sedikit tidak enak bila Vero harus datang menjemputku. Aku kan bisa pergi sendiri. Namun, Vero memaksa untuk menjemputku. Katanya, dia yang mengajak, masa iya dia membiarkanku pergi sendirian?

"Duh, kok deg-degan, ya?" gumamku, yang kini tengah duduk di ruang tamu. Aku dapat merasakan detak jantungku bekerja dua kali lipat lebih kencang.

Rasanya, sama seperti pertama kali jatuh cinta. Ah, tidak lucu kan jika aku kembali jatuh cinta pada Vero? Bisa-bisa, nama pertemuannya berubah. Tidak lagi bertemu dengan teman lama, melainkan bertemu dengan pemilik cinta yang lama.

Suara klakson motor menyadarkanku dari lamunan. Aku segera mengembangkan senyum kala melihat seorang lelaki yang kini berada di depan indekosku. Aku segera beranjak dari kursi, dan melambaikan tangan kepada Vero. Tidak lupa, aku menutup pintu indekos dan menguncinya. Aku berjalan menghampiri Vero.

"Hai," sapaku, yang juga dibalas oleh Vero.

"Dari dulu kamu gak pernah berubah, ya."

Aku mengernyitkan dahi tatkala mendengar ucapan Vero. "Gak berubah gimana?"

Love isn't about Perfection [ Completed ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang