Hari ini, aku akan diantar ke kampus oleh Vero. Ya, anggap saja ini hari terakhirnya mengantar jemput ku, karena jika hari ini ia diputuskan diterima kerja, besok-besok ia sudah tidak bisa lagi seperti ini.
Jadwal kuliahku hari ini pukul 9 pagi, dengan mata kuliah statistika matematika. Kalian tahu, kan, jika sudah berhubungan dengan statistika, maka otak harus siap-siap disuguhi oleh ratusan data? Membayangkannya saja sudah membuat kepalaku hendak pecah. Lagipula, aku paling benci statistika. Ya, karena apalagi jika bukan karena data-data tersebut.
Jika harus memilih satu mata kuliah favorit, aku akan dengan lantang menjawab kalkulus diferensial. Iya, kalkulus diferensial atau yang biasa kami singkat kaldif memang favoritku. Di mata kuliah itu, kami belajar mengenai hukum limit, turunan, dan lain sebagainya. Sedari SMA, aku sudah begitu menguasai materi ini, sehingga tak heran bila di dunia perkuliahan, aku tidak perlu repot-repot mempelajari dasarnya. Cukup memperdalam ilmu yang kupunya dan itu sangatlah menyenangkan.
Aku mematut diriku di depan cermin, lantas memutar tubuhku guna melihat penampilanku secara keseluruhan. Hari ini hari Jumat, yang artinya aku bebas mengenakan kemeja bermotif apa pun. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk mengenakan kemeja kotak-kotak dengan motif plaid berwarna hitam putih. Tema baju yang aku inginkan hari ini adalah monokrom. Maka dari itu, aku memadukan kemejaku dengan celana kain berwarna hitam polos.
Aku melirik jam tangan yang melingkar di tanganku. Lima menit menuju jam 8.30. Seharusnya, dalam lima menit itu pula Vero sudah datang menjemput. Perjalanan dari indekos ke kampus memakan waktu kurang lebih lima belas menit, belum lagi jika terkena macet dadakan. Aku selalu mengantisipasi keterlambatan ke kampus dengan berangkat setengah jam lebih awal dari jadwal kuliah.
Sembari menunggu Vero datang, aku memutuskan untuk menghilangkan dahaga dengan meminum segelas susu cokelat dingin. Aku membuka kulkas dan segera mengambil sekotak susu cokelat. Setelah itu, menuangkannya di gelas yang kuambil itu hingga penuh.
Dengan segera aku meneguknya hingga habis tatkala mendengar suara ketukan pada pintu utamaku. Aku meletakkan gelas itu di bak cuci piring, lantas berjalan dengan cepat meraih tote bag yang warnanya senada dengan tema monokromku hari ini. Aku membuka pintu dan wajah tampan Vero menyambutku saat itu juga.
“Hai, Ver,” sapaku, yang kemudian dibalas olehnya. Tanpa banyak berbasa-basi, aku langsung mengajak Vero untuk berangkat ke kampus. Takut terlambat, ujarku.
“Pakai dulu helm-nya, Tuan Putri,” katanya yang membuat aku segera memalingkan wajah. Sejak hari dimana hubungan kami kembali membaik, ia memang selalu memanggilku dengan sebutan 'Tuan Putri'. Bahkan, ia juga memperlakukanku layaknya seorang putri kerajaan. Jantungku dibuatnya berdegup lebih kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love isn't about Perfection [ Completed ✔ ]
Romance[ Juara 3 Writing Project Kimbab Publisher ] Setelah sekian lama, Bella Kamala kembali dipertemukan dengan cinta pertamanya, Cavero Lastana. Cinta lama bersemi kembali mungkin adalah julukan yang tepat untuk kedekatan yang kembali terjalin di antara...