Sabtu kali ini indekosku tidak akan sepi seperti biasanya. Akan ada dua bidadari cantik yang dikirim oleh Sang Pencipta guna meramaikan indekos. Siapa lagi jika bukan Eisha dan Shafa.
Jam delapan pagi, mereka berdua sudah bertengger di depan indekos. Menurutku, mereka tidak hanya datang berdua, karena mereka datang bersama tiga kantong plastik besar khas minimarket yang isinya hampir membludak. Aku membantu mereka untuk membawa kantong itu masuk.
“Kalian beli makanan sebanyak ini buat apa?” tanyaku setelah menutup pintu indekos. Aku heran dengan keduanya. Ingin quality time saja sampai memborong sebanyak ini. Apa mereka sekalian ingin mengisi kulkasku yang hampir kosong itu? Ya, maklum, aku belum belanja bulanan.
Balik lagi kepada keduanya. Saat ini keduanya tengah tertawa kecil mendengar pertanyaanku.
“Ya buat dimakan lah, Bel. Masa dibuang?” kata Eisha.
“Ya, aku juga tahu buat dimakan. Cuma kalau sebegini banyaknya, kayaknya lebih cocok buat didonasikan ke panti asuhan,” ujarku asal.
Sekadar memberi tahu kepada kalian, aku dan kedua sahabatku ini memang sering mengadakan quality time bersama. Tidak bisa dikatakan sering juga, mengingat quality time dilaksanakan setiap dua bulan sekali. Kadang-kadang juga sebulan sekali tergantung kesibukan.
Tempat quality time kami juga sering berpindah-pindah, tapi tidak jauh-jauh dari rumah Shafa, Eisha, ataupun rumahku —yang saat ini berpindah ke indekos—.
Biasanya, kami membagi tugas. Misalnya, untuk bulan ini jadwal quality time diadakan di indekos milikku, maka Shafa dan Eisha bertugas untuk membawa makanan dan minuman kemari. Anggap saja hari ini, aku tengah menyewakan indekosku sebagai tempat huru-hara kami.
Selain menyewakan indekos, aku juga bertugas menyediakan beberapa barang lainnya. Biar aku sebutkan. Ada laptop untuk menonton drama korea, speaker bluetooth yang nantinya akan dihubungkan ke ponsel guna mendengarkan lagu, stopkontak untuk mengecas ponsel jika kehabisan daya, dan peralatan dapur untuk wadah menyimpan makanan kami nantinya.
Hal yang membuatku kesal jika sudah dikunjungi dua bidadari itu ialah biaya listrikku yang akan naik beberapa puluh ribu dari biasanya. Biang utamanya ialah Eisha. Aku heran padanya. Setiap kali kami mengadakan quality time bersama, ada saja barang yang ingin ia cas di sini atau dimanapun tempat kami berada. Entah itu ponselnya, kipas angin portable bergambar kucing wanita berpita, dan masih banyak lagi tetek bengek miliknya. Seolah-olah, di rumahnya tidak ada aliran listrik yang menyebabkan ia harus numpang mengecas.
Tapi, itu tidak masalah bagiku. Anggap saja, biaya yang kukeluarkan untuk membayar listrik itu setara dengan uang yang mereka keluarkan untuk membeli makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love isn't about Perfection [ Completed ✔ ]
Romantizm[ Juara 3 Writing Project Kimbab Publisher ] Setelah sekian lama, Bella Kamala kembali dipertemukan dengan cinta pertamanya, Cavero Lastana. Cinta lama bersemi kembali mungkin adalah julukan yang tepat untuk kedekatan yang kembali terjalin di antara...