Jam 2 siang, aku baru bisa keluar dari cengkraman soal-soal ujian tengah semester. Sebenarnya, jadwal UTS hari ini hanya ada dua. Namun, ada perpindahan jadwal yang kemarin ditiadakan menjadi hari ini, sehingga kepalaku hampir ingin pecah diterjang dengan 3 mata kuliah sekaligus.
Setelah dari kelas, aku berjalan melewati koridor dan segera mencari ruang 211. Ruangan itu ialah ruangan yang selama seminggu ini digunakan Razka sebagai tempat pelaksanaan ujian. Kebetulan, aku sempat mendengar bahwa kelas Razka juga mempunyai jadwal ujian di siang ini.
Aku mencari lelaki itu tentunya masih karena masalah yang kemarin. Mungkin, semua yang diucapkan Razka kepada Shafa dan Eisha itu benar adanya. Aku tidak bisa menyalahkan lelaki itu atas hal tersebut. Namun, hal yang membuat aku marah ialah ia dengan semua sifat sok tahunya mencoba untuk mengganggu ketenanganku. Caranya memberitahu Shafa dan Eisha perihal keburukan Vero kemarin itu salah besar. Ia tidak pernah tahu gara-gara omongannya, hubunganku dan kedua sahabatku jadi kembali merenggang.
“Razka!” Suaraku terdengar begitu keras menggema di koridor. Belum sampai aku ke ruangan 211, lelaki yang tengah kucari itu keluar dari kelas dan berjalan berlawanan arah denganku. Setelah Razka menyadari panggilanku dan menoleh, aku segera menghampirinya.
“Kenapa, Bel?”
“Harusnya aku yang tanya sama kamu. Kenapa? Kenapa kamu selalu ikut campur sama urusan aku?”
Aku dapat menebak ia cukup terkejut mendengar pertanyaanku.
“Apanya yang ikut campur, Bel? Aku gak paham. Kamu itu memang suka gini, ya? Datang-datang main marah gitu aja tanpa alasan yang jelas,” ujarnya dengan alis yang dibuat naik sebelah.
“Alasannya jelas, Ka. Cuma emang kamunya aja yang gak pernah peka. Maksud kamu apa, bilang ke Eisha dan Shafa soal Vero? Mau buat semua orang bertekuk lutut di depan kamu trus muji kamu? Iya?”
Bukannya menjawab, lelaki di hadapanku itu malah tertawa kecil. “Udah kuduga. Pasti karena Vero,” ujarnya. “Sampai kapan kamu mau belain dia terus, Bel? Gak capek emangnya?”
Mendengar pertanyaan itu, aku terpancing untuk menyunggingkan senyumku. “Kalau gitu, sampai kapan kamu mau ngusik kehidupan aku trus, Ka? Gak capek emangnya?”
Skakmat. Ia tak lagi bisa berkutik.
“Oke, Bel. Aku minta maaf kalau aku lancang kasih tahu Shafa dan Eisha soal Vero. Tapi sebenarnya, aku sama sekali gak berniat ikut campur urusan kamu. Kemarin aku ikut hadir di pertemuan kelas kalian. Awalnya aku gak kepikiran untuk bilang ke dua sahabat kamu soal Vero. Tapi, gak sengaja aku dengar perbincangan Shafa dan Eisha soal Vero yang dimana mereka bilang kalau cowok itu cowok baik-baik. Sebelum hari itu, aku emang pernah ngelihat Vero makai vape di salah satu kafe. Ya, trus aku nimbrung gitu aja. Aku sadar, aku salah karena udah lancang,” jelas Razka panjang lebar. Syukurlah bila lelaki itu menyadari kesalahannya. Karena jika tidak, tentunya kami akan berdebat lebih lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love isn't about Perfection [ Completed ✔ ]
Romance[ Juara 3 Writing Project Kimbab Publisher ] Setelah sekian lama, Bella Kamala kembali dipertemukan dengan cinta pertamanya, Cavero Lastana. Cinta lama bersemi kembali mungkin adalah julukan yang tepat untuk kedekatan yang kembali terjalin di antara...