06 - Ketemuan, yuk

155 18 18
                                    

Aku beranjak keluar kelas terakhirku tepat jam 12 siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku beranjak keluar kelas terakhirku tepat jam 12 siang. Rasanya siang ini begitu panas, aku mengibas-ngibaskan tanganku berusaha mendapatkan angin, sembari berjalan menyusuri lorong kampus. Banyak mahasiswa yang lalu lalang di hadapanku. Mungkin, baru selesai kelas juga. Kulihat beberapa dari mereka menggunakan name tag beserta pin bergambarkan logo himpunan mereka. Mereka yang biasanya memakai atribut lengkap seperti itu adalah mahasiswa baru, yang dimana tengah mengikuti perintah dari para senior. Penggunaan atribut berupa name tag itu harus dipakai selama dua semester alias setahun, hingga mereka naik pangkat menjadi kakak tingkat dan mempunyai adik tingkat baru.

Sambil berjalan, aku menyapa beberapa teman sejurusan dan kakak tingkat yang melewatiku. Tak lupa, senyuman paling hangat kulemparkan kepada mereka.

Aku berjalan menuju parkiran, dan mencari keberadaan motor Scoopy berwarna putihku diparkirkan. Tak lama, aku sudah menemukannya. Aku berjalan menuju motorku dan duduk di atas jok, sembari menunggu Eisha dan Shafa yang tengah bertemu dengan anak-anak bidang acara kepanitiaan Dies Natalis kemarin. Entahlah, mungkin hendak membahas LPJ.

Selagi menunggu Eisha dan Shafa, aku mengambil ponselku dari saku almamater. Ya, hari ini memang jadwalnya menggunakan almamater. Setiap hari Senin dan Selasa, kami sebagai mahasiswa entah itu mahasiswa baru atau yang sudah senior sekalipun wajib menggunakan almamater sebagai abdi kami kepada kampus. Sedangkan untuk hari Rabu dan Kamis, kami wajib mengenakan kemeja batik. Beda halnya dengan hari Jumat, kami diperbolehkan menggunakan kemeja bebas.

Tapi, tetap wajib kemeja, mengingat kami yang berada di kampus FKIP ini ialah calon guru. Masa iya seorang guru nantinya mengajar menggunakan kaos berkerah saja? Ya, kalau guru olahraga, sih, sah-sah saja sebenarnya.

Aku menyalakan data seluler di ponselku. Beberapa notifikasi menyerang masuk sekaligus. Aku melihat beberapa daftar yang masuk dari panel notifikasi. Merasa tidak ada yang menarik untuk kubuka, aku kembali menyimpan ponselku di saku almamater. Namun, baru saja aku menyimpannya, ponselku sudah bergetar, tanda ada notifikasi yang baru saja masuk. Aku segera mengambil ponselku.

“Astaga,” pekikku terkejut kala melihat notifikasi yang masuk itu. Getaran itu tercipta karena adanya balasan chat dari Vero.

Aku segera membuka aplikasi Instagram, dan menekan baris pesan milik Vero.

@caverolastana
Oke, udah.

Hanya mendapat balasan sebanyak dua kata, namun aku sudah senang bukan main. Jika saja aku kehilangan urat maluku, maka aku sudah jingkrak-jingkrak sedari tadi.

Aku segera mengetikkan balasan untuk Vero.

@caverolastana
Makasih, ya^^ [deleted]
Oke, thanks. [deleted]
Kamu apa kabar? [deleted]

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku untuk balasan terakhir. Bukankah pesan itu terkesan terlalu sksd alias sok kenal sok dekat? Lebih lagi, belum tentu lelaki itu masih mengingatku.

Love isn't about Perfection [ Completed ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang