10 - Ucapan ketus Bang Radi

83 9 4
                                    

Kehidupanku berlanjut sebagaimana semestinya, sama seperti yang aku katakan kepada orang tuaku, bahwa semuanya baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kehidupanku berlanjut sebagaimana semestinya, sama seperti yang aku katakan kepada orang tuaku, bahwa semuanya baik-baik saja. Hanya saja kurasa, minggu pertama di bulan ketiga ini aku harus siap-siap untuk sedikit stres. Karena tepat di minggu kedua bulan Maret, kami sudah akan mengadakan ujian tengah semester serentak sekampus. Dan, sudah menjadi rutinitas beberapa dosen untuk memberikan setumpuk tugas menjelang UTS. Biasanya, dosen-dosen ini adalah dosen yang jarang memberi tugas di dua bulan pertama semester baru.

Beruntungnya selama kelas, aku selalu mendengarkan penjelasan dari dosen, sehingga aku tidak mengalami kesulitan yang berarti saat mengerjakan tugas. Bahkan tak jarang, Eisha dan Shafa berkunjung ke indekos untuk bertanya mengenai tugas. Mereka berdua memang sekelas denganku. Namun biasanya ketika di kampus, Eisha memang lebih sering bersama dengan Shafa, sementara aku lebih suka sendirian. Lagian, rumah mereka juga berdekatan. Maka tak heran bila Eisha dan Shafa selalu berangkat bersama.

Bersahabat bukan berarti harus kemana-mana bersama melulu, kan? Bagiku, arti sebuah persahabatan bukanlah yang selalu ada, melainkan yang tak pernah meninggalkan di kala kita membutuhkan. Se-simple itu memang.

Kini, aku tengah duduk di teras indekos. Terasnya memang tidak luas, karena satu setengah meter dari garis pintu, lantainya sudah bukan keramik lagi, melainkan semen. Yang artinya, batas rumahku hanya sebatas sampai lantai keramik itu saja, sedangkan sisanya sudah termasuk jalan.

Aku memandangi langit di seberang sana yang kini sudah mulai berubah warna. Warna jingganya yang sedari tadi memancarkan keindahan, kini perlahan menggelap, dan berubah menjadi hitam. Artinya, malam sebentar lagi tiba. Sejujurnya, aku bukan seseorang yang mendeklarasikan diri sebagai pengagum semua hal tentang langit. Akan tetapi, memandangi langit seperti ini juga kadang rasanya menenangkan.

Sebuah notifikasi datang dari ponselku, membuatku mengalihkan pandanganku dari langit. Tidak ada notifikasi yang penting, hanya notifikasi pesan dari nomor yang terdiri dari lima angka. Biasalah ... pesan yang isinya menawarkan pembelian kuota gratis internet.

Aku meletakkan kembali ponselku lantas kembali menyaksikan perubahan langit yang kini sudah drastis. Langit sudah benar-benar menggelap. Namun, langit gelap itu tampak belum sempurna karena bintang-bintang yang belum muncul menghiasi kanvas Sang Pencipta itu.

Sama seperti beberapa hari terakhirku yang kujalani dengan begitu datar. Aku baru saja teringat akan sesuatu hal. Entah mengapa, rasa-rasanya hubunganku dengan Vero sedikit mengalami kerenggangan. Ia jadi lama membalas pesanku, padahal biasa-biasanya tidak. Sekalinya membalas, itu juga seadanya.

Apa ia marah kepadaku? Lantas, mengapa?

Setelah beberapa menit mencoba memikirkan tentang letak kesalahanku, aku menyerah. Ternyata, laki-laki juga sama rumitnya dengan perempuan. Seringkali pemikiran mereka tidak bisa ditebak begitu saja. Ya, tidak ada bedanya dengan perempuan. Tapi anehnya, yang selalu dicap rumit itu perempuan. Sedangkan, laki-laki tidak.

Love isn't about Perfection [ Completed ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang