11 - Bertemu Tante Merissa

82 8 3
                                    

"Bang, maksud lo apaan ngomong gitu ke Bella?" Suara Arsy setingkat lebih tinggi membuat aku terkejut mendengarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bang, maksud lo apaan ngomong gitu ke Bella?" Suara Arsy setingkat lebih tinggi membuat aku terkejut mendengarnya. Selama ini, aku jarang mendengarnya berbicara dengan nada yang tinggi. Bahkan, tidak pernah. Ya, beberapa tahun mengenalnya, aku percaya bahwa Arsy adalah seorang yang lemah lembut, termasuk dari segi tutur katanya. Namun, untuk saat ini ... apakah ia meningkatkan nada bicaranya karena membelaku?

"Ya, omongan gue benar, kan? Logikanya, ya, cowok baik manapun gak bakalan mau sama cewek yang masa lalunya itu gak bener. Sekalipun dia mau, itupun karena dia gak tahu apa-apa tentang masa lalu cewek itu. Sama kayak yang dirasain oleh cowok yang deket sama Bella itu, siapa namanya? Vero. Ah, Vero."

"Bang, lo gak berhak bilang gitu ke Bella. Itu nyakitin dia, Bang."

"Kenapa gue gak berhak?" Nada bicara Bang Radi tak kalah meninggi dengan Arsy. Aku yang mendengar keduanya merasa tidak enak karena menjadi bahan perdebatan mereka.

"Ar, udah, ya. Gak usah diladen lagi. I'm okay, kok." Aku mengelus lengan Arsy perlahan. "Dia abang kamu, Ar. Gak seharusnya kamu ngomong dengan nada yang tinggi sama dia."

"Tapi, Bel, dia udah-"

"Ar, udah. Aku gak mau cuma gara-gara belain aku, kamu sampai gak sopan sama bang Radi."

•-•-•-•-•

Setelah perdebatan kecil antara Arsy dan Bang Radi kemarin, aku memutuskan untuk pulang lebih cepat. Aku benar-benar merasa tidak enak dengan Arsy dan juga Bang Radi. Gara-gara aku, mereka jadi berdebat. Dan, gara-gara aku, Arsy sampai berlaku tidak sopan kepada Bang Radi. Arsy berniat mengantarkanku, hanya saja aku menolaknya.

Sebelum pulang, ada sebuah kalimat yang diucapkan Arsy dan masih membekas di pikiranku hingga saat ini. Ia sekaligus menyadarkanku akan suatu hal, bahwa di dalam hidup tak semua orang akan menyukai kita. Dan, sudah takdir kita untuk menerima semua rasa suka dan tidak suka itu menjadi bagian dari hidup kita.

Pukul delapan malam, saat aku hendak tidur, Arsy malah mengirimiku pesan. Seolah ia tahu, aku memang butuh jawaban dari ceritaku kemarin.

Arsy Mahaprana
Dari cerita kamu, aku simpulin, Vero menjauh karena dia pikir kamu kecewa sama dia.
Pas dia blg, dia ngevape, kamu tiba-tiba pulang, kan?
Dia pasti mikir kamu kecewa berat sama dia.
Saran aku, temui dia, dan jelasin semuanya baik2.

Begitu isi pesan Arsy yang hingga sekarang masih kubuka dan berusaha kucerna. Apa benar bila Vero salah paham dengan kejadian pulang cepatku saat itu? Jika benar, maka aku harus mengikuti saran Arsy untuk menemui lelaki itu dan membicarakannya baik-baik.

Ngomong-ngomong, saat ini aku sedang berada di sekretariat bersama dengan Razka dan beberapa koordinator panitia Dies Natalis kemarin. Razka memanggil kami ke sini pasti untuk memberitahukan perihal apa yang perlu direvisi dari LPJ yang kemarin telah kami serahkan.

Love isn't about Perfection [ Completed ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang