24 - Meisya

49 10 3
                                    

Hari ini ialah hari pertama aku akan berkenalan dengan teman-temannya Vero

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini ialah hari pertama aku akan berkenalan dengan teman-temannya Vero. Jika sebelumnya pertemuan kami hanya sebatas pertemuan singkat di kafe, maka mungkin hari ini kami akan saling mengetahui nama satu sama lain. Vero bilang, ia akan menjemputku pukul 10 pagi. Sekarang masih pukul 8, itu artinya aku masih sempat untuk membereskan indekos terlebih dahulu. Dimulai dari menyapu, mengepel, mengelap meja hingga mencuci piring bekas kemarin.

Setelah membereskan semua itu, aku lantas masuk ke kamar dan berganti pakaian. Kali ini aku tidak terlalu pilih-pilih pakaian, seperti kali pertama aku bertemu dengan Vero. Aku hanya mengenakan blus berwarna biru muda dipadukan dengan celana jeans berwarna putih. Aku lantas mengambil slingbag berwarna putih favoritku. Aku tidak mengoleksi banyak tas dengan beragam warna. Aku lebih suka membeli sesuatu dengan warna putih lantaran warna itu selalu cocok dipadukan dengan warna apa pun. Sesekali, aku juga membeli warna hitam yang sama netralnya dengan putih.

Aku keluar dari kamar lalu duduk di kursi ruang tamu. Sembari menunggu jam sepuluh, aku memilih untuk menonton video-video jenaka di sebuah aplikasi yang akhir-akhir ini cukup viral. Waktu terus berjalan hingga tanpa terasa sudah pukul sepuluh. Suara klakson motor cukup mengagetkanku yang tengah asyik menonton video. Aku melirik lewat jendela dan menemukan Vero yang kini duduk di atas motornya. Aku segera mengambil slingbag dan membuka pintu lantas menghampiri Vero setelah memastikan pintu indekos terkunci.

“Hai, Ver. Langsung jalan?”

Vero mengangguk. “Iya, langsung jalan aja. Teman-teman aku udah di sana katanya.”

Tujuan kami bukanlah pergi ke kafe tempat biasanya Vero nongkrong, melainkan ke rumah salah satu teman Vero. Meski sebenarnya, niatan awal kami memang pergi ke kafe. Namun, salah satu teman Vero diminta untuk menjaga rumah, mengingat kedua orang tuanya tengah pergi ke luar kota. Maka dari itu, kami berpindah haluan. Menurut perkataan Vero, rumah temannya itu cukup luas dengan taman dan kolam renang di belakang rumah. Tapi, tenang saja, aku tidak berniat untuk menyebur di kolam renang itu.

Perjalanan selama 15 menit akhirnya selesai kami tempuh. Motor Vero berhenti di depan sebuah rumah besar dengan gerbang besi yang menjulang tinggi. Vero membunyikan klakson. Kemudian seorang pria berusia 40 tahunan keluar dari ruangan kecil di dekat gerbang.

“Pak Budi, tolong bukain gerbangnya,” ujar Vero kepada Pak Budi yang mengenakan seragam navy-putih dengan badge bertuliskan security di bagian dada kiri atas. Pak Budi dengan segera membukakan gerbang untuk kami.

“Terima kasih, Pak.” Vero lantas memasukkan motornya di pekarangan rumah temannya yang kini terisi oleh beberapa motor lainnya. Aku turun dari motor dan menyerahkan helm kepada Vero.

“Ayo, Bel, masuk,” ujarnya lantas menggenggam tanganku. “Rumah Reno luas, takutnya kamu nyasar,” ucapnya setengah meledek.

Love isn't about Perfection [ Completed ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang