Part ini memang gak jelas, semangat bacanya!
"Juyeon!"
Cowok bertopi hitam itu noleh ke sumber suara. Tepatnya dari ambang pintu kelas yang keadaannya masih sepi. Masih dua puluh menit sebelum bel masuk bunyi soalnya.
"Sendirian? Sepi banget ni kelas."
Juyeon ngangguk. Umji datang terlalu tiba-tiba. Dia jadi bingung ngerespon apa.
"Dikelas gue juga sepi, belum ada yang datang kecuali gue," ucap Umji menjelaskan. Maksudnya biar Juyeon menanggapi ceritanya, bukan cuma dia yang ngomong. Tapi apalah daya, yang dia dapet cuma deheman kecil doang.
Umji jadi ikutan bingung mau bersikap gimana.
"Kemaren Kino bilang lo mau bicara sama gue ya? Cuma keburu gue dijemput sama krucil satu itu makanya gajadi. Maaf ya, Juy," kata Umji teringat chatan Kino tadi subuh. Ngechatnya sih malam, cuma karena langsung tidur jadi gak kebaca.
"Iya gapapa."
"Emang mau ngomong apa?"
Juyeon mendadak membatu. Dia jadi gugup buat ngajak jalan Umji hari ini sebagai ganti karena gagal ngajak kemaren. Soalnya dia mikirnya bakal ketolak karena cewek itu harus kerja.
Kino kek kambing. Begituan kenapa sih harus dikasih tau orangnya?
"Tadi mau ngajak jalan, cuma keburu dijemput pulang," jawab Juyeon akhirnya sambil terus merhatiin reaksi Umji.
Cewek bersurai biru didepannya membulatkan mata.
"Astaga, jahat banget gue," ucapnya dengan raut wajah ngerasa bersalah. "Maaf banget, Juy. Gue gatau kalo lo mau ngajak jalan."
Juyeon cuma senyum tipis. "Gapapa. Salah juga ajakinnya dadakan."
"Iya kemaren tuh, San tiba-tiba ngajakin ke taman bermain. Bentar aja sih soalnya keburu kerja," kata Umji sambil meringis. "Tapi beneran gapapa? Ntar lo nangis, Sunoo ngamuk ke gue karena bikin abangnya nangis."
"Dih enggak lah. Lo kira gue anak kecil?"
"Enggak sih," balas Umji lagi. "Cuma kayak anak kucing."
"Halah, ngaca dong siapa yang mirip anak kucing?" Kata Juyeon sambil ngacak rambut Umji yang ketawa. "Ini nih mukanya kayak kucingnya Sunoo dirumah."
"Gapapa kayak kucing, imut." kilah Umji sambil benerin rambutnya yang berantakan akibat tangan Juyeon tadi. Tapi masih aja tangan satunya bertaut sama tangan kiri Umji.
Juyeon ketawa kecil. "Imut darimananya?"
"Dari hati dong,"
"Iyain dah."
Umji ketawa sebelum akhirnya noleh kearah pintu kelas yang kedatangan beberapa teman sekelas Juyeon. Untungnya laki-laki, jadi mereka bodo amat sama mereka berdua. Lain kalo yang datang perempuan, bisa di tanya-tanyain sampe berlumut mereka.
"Udah rame. Gue balik kekelas aja deh," ucap Umji sembari bangkit dari duduknya.
Grep!
Umji noleh kearah Juyeon. Terus ngelirik ke tangannya yang dicekal cowok itu.
"Kenapa, Juy?"
"Kalo gue ajak jalan lo hari ini, lo mau?"
***
Umji ngusap peluhnya yang mencair akibat terpaan panas matahari yang semangat banget manggang dia. Sambil terengah akibat lari dari lapangan ke aula sekolah yang jaraknya jauh, dia berusaha ngangkat sekardus ukuran sedang yang berisi hadiah-hadiah buat para pemenang lomba eskul dan hias kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEEPER ✔
Fanfiction[AU, completed] Kisah klasik di bangku akhir SMA. Juyeon yang terbiasa flat harus merasakan perasaan suka untuk pertama kalinya ke satu manusia yang kadar kepekaannya sangat rendah, Umji. Lalu buku ini, menceritakan bagaimana makhluk datar yang mela...