76

166 38 8
                                    

Sudah satu jam lebih Juyeon cuma ngeliatin sang doi yang ketawa-ketawa nontonin tingkah rubah dan kelinci polisi yang lagi mecahin masalah hewan-hewan yang berubah jadi liar lagi. Bukan cuma hewan buas kayak harimau, singa, atau badak gitu. Ini juga termasuk kayak domba, jerapah, dan hewan yang lain yang dianggap hewan jinak.

Mereka duduk di kursi yang berada di daerah lapang, tepatnya di tempat Sinbi dan Umji pernah piknik disini. Di tepi pagar pembatas antara kawasan rumah sakit dan pantai yang ombak lautnya berdebur nyaring.

Cuacanya cerah, anginnya juga gak terlalu kencang. Mantap sudah.

"Nana,"

"Heem?"

"Noleh sini dong,"

"Bentar, dia lagi ngejar penjahatnya."

Juyeon menghela napas lalu mengacak rambut cewek disampingnya itu gemes. Dia dicuekin gara-gara film kartun itu.

Gak berapa lama, Umji noleh kearah cowok yang udah memasang wajah bosan itu. Dia nyengir lalu ngembaliin ponsel Juyeon ke pemiliknya. Filmnya udah selesai soalnya.

"Tadi manggil kenapa?" tanyanya.

"Seru ya filmnya?" Juyeon balik bertanya.

Lalu dibalas anggukan sama cewek itu. "Iya! Ternyata yang jahat itu wakil wali kota yang pengen nyingkirin hewan-hewan buas dikota itu biar dia sama kelompoknya bisa nguasain kota. Terus dia buat cairan dari tanaman ungu-ungu gitu buat disuntikin ke targetnya. Nanti hewan yang udah disuntik jadi ganas gitu deh. Seru."

"Tau gak apa persamaannya cerita itu sama manusia?"

Mata Umji mengerjap dua kali dengan perasaan bingung saat dengar ucapan cowok yang kini mencium pucuk kepalanya singkat.

"Gak tau. Emang apaan?"

"Semua hewan itu bisa jadi ganas meskipun dia termasuk hewan yang jinak. Dan hewan ganas juga bisa jinak juga. Itu karena semuanya berasal dari diri masing-masing."

Cewek itu ketawa kecil karena Juyeon nyubit pipinya saat nyebut "diri masing-masing." udah kayak manusia aja.

"Jahat atau baik itu gak konsisten, Na. Begitupun manusia. Diluarnya baik belum tentu dia gak punya niat jahat didalam dirinya. Begitu pula orang yang keliatan jahat belum tentu bener-bener jahat, dia pasti punya setidaknya satu persen kebaikan didalam dirinya."

Sebenernya si rambut biru disebelah Juyeon itu enggak paham. Tapi kemudian dia bisa mencerna maksud ucapan sang temen itu saat Juyeon ngelanjutin ucapannya.

"Aku enggak jahat, mungkin. Tapi kejadian kemaren bisa bikin kamu berpikir kalau aku ada niatan buruk ke kamu kan? Intinya semua itu bisa berubah tergantung kondisi Na. Jadi jangan mudah percaya sama orang lain ya?"

Juyeon ngeliat kalau Umji mengangguk paham. Disusul bergesernya cewek itu agak menjauh dari dia. Bener-bener langsung diterapkan rupanya.

Cowok berambut biru itu ngelus surai kebiruan milik sang doi yang senyum saat ngeliat senyumnya. "Aku cuma mau bilang kalau ramah dan baik ke orang lain itu penting, tapi jaga diri lebih penting, Na. Aku gak mau kamu ngalamin kejadian kayak sebelum-sebelumnya. Aku jahat udah bikin kamu takut kemaren, aku minta maaf."

Diluar dugaan, cewek itu malah menggeleng. "Tapi kamu bisa berhenti. Kalo yang lain enggak." katanya polos. "Itu enggak nyakitin kok, aku cuma takut kamu jadi kasar sampai mukul kayak si itu."

Dari ucapan Umji itu Juyeon jadi tau kalau masih ada rasa takut saat dia nyebut kata itu. Tapi kemudian cewek itu senyum saat Juyeon ngelus rambutnya lagi.

"Tapi aku suka."

Eh?

Kini giliran Juyeon yang kebingungan maksudnya apa.

KEEPER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang