01

75.6K 3.6K 378
                                    

Bumi, 25 Juli 2014

***

Seorang anak terlihat sedang berusaha membuka pintu perlahan, dia tak ingin pintu itu berderit dan ketahuan oleh ayahnya. Anak itu bersusah payah untuk tidak membuat pintu dengan engsel berkarat itu berbunyi. Dia mengintip keadaan luar kamarnya sekarang.

Hari ini, sebuah pesta besar diadakan di rumah mewah itu. Sebuah pesta untuk merayakan ulang tahun yang keduabelas Aidan Graham - Putra dari Willie Graham.

Karena lahir sebagai anak orang kaya, tidak heran kalau perayaan ulang tahun Aidan cukup besar. Ayahnya, Willie, benar-benar mempersiapkan yang terbaik untuk anak lelakinya itu.

Willie tidak hanya memiliki satu anak saja. Dia memiliki seorang anak laki-laki bernama Andrew, yang usianya akan menjadi sepuluh tahun.

Kini, Andrew - Anak lelaki bungsu Willie itu sedang mengintip pesta besar itu dari dalam kamarnya. Dia tidak berani keluar karena ayahnya menyuruhnya untuk tidak ikut campur dalam urusan keluarga.

Walau Andrew adalah anak Willie, tetapi Willie tidak menganggapnya sebagai anak ataupun keluarga. Andrew baginya hanyalah pembantu dan sosok manusia haram.

***

Andrew hanya bisa mengunci diri dalam kamar selagi pesta berlangsung. Dia berkali-kali mengintip keluar untuk mengetahui apakah dia akan kebagian kue coklat di atas meja.

"Apakah mereka akan menyisakan kuenya untukku?" Anak kecil itu terus mengintip dan menatap semua orang yang tersenyum bahagia.

Dia duduk di dalam kamarnya, menarik nafas dalam-dalam dan mengembuskan napasnya pelan. Dia bosan tak melakukan apa-apa selain menunggu pesta itu berakhir.

Tentu saja ... Pesta akan berakhir!
Kini, Andrew membuka pintu dan keluar. Dia melihat semua orang telah pergi, kecuali Willie dan Aidan yang sedang mengurus semua kado pemberian teman-teman Aidan. Sedangkan, Andrew menuju meja dan menatap sisa-sisa kue coklat sebelumnya.

Dia tersenyum dan meraih sebuah piring kecil untuk mengumpulkan sisa kue itu lalu berlari ke kamar untuk menyembunyikan kuenya. Setelahnya, dia kembali untuk membantu Bibi membereskan ruangan yang berantakan tersebut.

***

Selesai beres-beres, Andrew kembali ke kamarnya dan menikmati kue coklat sebelumnya tanpa sepengetahuan ayahnya. Dia terpaksa diam-diam memakannya, karena ia tahu ... ayahnya mungkin tidak akan memberinya kue itu dan membuangnya ke tempat sampah.

Perlakuan Willie yang tidak adil ini sudah dirasakan Andrew hampir dua tahun lamanya. Dua tahun setelah ibunya menitipkan Andrew di rumah Willie.

Willie hanya bisa menampung sosok 'Anak Haram' itu di rumahnya, dan memperlakukannya dengan tidak baik. Ibu kandung Andrew pergi entah kemana.

Andrew yang masih kecil itu tidak mengerti apa-apa. Dia hanya menuruti semua perintah Willie agar Willie tidak menghukumnya. Terkadang saat melakukan kesalahan, Andrew bahkan tidak diberi makan. Andrew juga tidak disekolahkan oleh Willie. Anak kecil itu seperti sosok pembantu rumah tangga bagi Willie. Andrew harus mengerjakan pekerjaan rumah yang berat walau umurnya masih kecil.

Andrew tak pernah menangis dan memberontak karena Willie tidak akan segan-segan menamparnya.
Anak itu tetap tersenyum ... menunggu janji ibunya dua tahun lalu. Sebuah janji bahwa ia akan menjemput Andrew kembali dan membawanya pergi dari rumah itu.

***

"Ibu janji akan kembali! Sementara, kau harus di sini bersama ayahmu!"

"Ayah?"

"Ya! Ayahmu!"

"Bukankah ayahku adalah ayahnya Johan?" tanya Andrew kepada ibunya.

Sang ibu hanya menggeleng. "Bukan. Kamu tahu? Laki-laki tadi adalah ayahmu. Sekarang kamu boleh masuk ke dalam."

"Ibu, tapi aku tidak mau masuk ke dalam," anak itu menggelengkan kepalanya. "Aku takut dengannya!"

Sang ibu menoleh ke arah pintu. Melihat sosok laki-laki yang berdiri di samping pintu. Lalu tersenyum ke arah anaknya. "Dia bukan orang yang menakutkan! Dia adalah ayahmu!"

Andrew menunduk ragu, menatap sekali lagi ke arah pintu dan menatap laki-laki yang menunggunya di sana.

Dia kemudian mengangguk dan menatap ibunya. "Hanya sementara kan, Bu?"

"Iya. Tidak akan lama. Nanti ibu kembali, kok!" Sang ibu tersenyum dan menarik tangan anaknya mendekat ke arah pintu.

Andrew mendekat ke arah pintu, lalu Willie - laki-laki yang sedari tadi menunggu mereka menyuruh Andrew masuk.
Terlihat sosok Aidan yang merangkul Andrew, dan membawanya masuk.

Sebelum itu, sang ibu sempat memberikan sebuah coklat batangan kepada Andrew dan berucap, "Selamat Ulang Tahun, Sayang! Kamu Anak yang Kuat!"

***

Sudah hampir dua tahun berlalu, tetapi ibu kandung dari Andrew tak kunjung kembali untuk menjemputnya. Andrew menderita! Dia disiksa oleh ayahnya itu. Dia sama sekali tidak diperlakukan seperti seorang anak!

Andrew merindukan ibunya. Dia ingin lepas dari penderitaan di rumah ini, tetapi dia masih sangat kecil untuk berniat kabur dari rumah.

Setiap mendapat perlakuan kasar dari ayahnya, Andrew menangis diam-diam di kamarnya yang sempit itu sambil menatap coklat batangan pemberian ibunya dua tahun yang lalu. Ya, dia masih menyimpan coklat yang bungkusannya tertera tanggal kadaluarsa. Telah hampir dua tahun, dan coklat itu mungkin sudah kadaluarsa.

***

"Aku sudah tidak tahan menjaga anak haram ini selama delapan tahun. Aku yang menanggung semua malu selama mengandungnya. Dan sekarang, kau harus menjaganya!"

"Jika kau membawa anak itu kemari, itu sama saja kau membawanya ke neraka! Kau yakin memberikan anak haram itu padaku?"

"Aku tidak peduli. Dia sudah memberiku penderitaan yang luar biasa selama ini dan aku ingin kembali ke keluarga lamaku. Meminta maaf pada suamiku. Juga meminta maaf pada anak pertamaku yang kehilangan kasih sayang dari saya selama ini."

Willie tertawa, "Baiklah! Aku juga tidak peduli dengan urusanmu dan keluarga lamamu. Aku hanya sedikit mengingatkan, kalau aku menerima Andrew di sini karena istriku pergi ke rumah orang tuanya di luar negeri. Seandainya istriku kembali, aku akan mengusir anak ini dan dia akan jadi gelandangan!"

"Aku tidak peduli."

***

"Ah, sudah habis!" ucap Andrew. Dia menatap piring kecilnya yang kosong.
Kini potongan-potongan kue coklat telah habis ia makan. Kemudian, ia berniat keluar untuk mencuci piring itu.

Namun, saat ingin keluar, Andrew teringat bahwa dia belum mengucapkan selamat ulang tahun untuk kakaknya, Aidan.
Dia memutuskan untuk pergi ke kamar kakaknya itu setelah selesai mencuci piring kecilnya.

T. B. C.

Anak Haram [TERBIT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang