15

14.1K 1.3K 68
                                    

Hari ini, Andrew mungkin masih belum agak baikan. Namun, dia sudah stand by di dapur untuk melaksanakan tugasnya. Yeah, hanya tugas kecil, tetapi itu cukup menguras banyak tenaga. Walau berkali-kali bibi menyuruhnya untuk kembali ke kamar, tetap saja Andrew tidak mau.

Omong-omong, mungkin ini adalah yang terakhir kali bagi Andrew untuk bersama bibi di dapur.

Beberapa hari kemudian, Andrew yang sudah merasa baikan dikejutkan oleh perkataan yang keluar dari mulut ayahnya.

"Bibi tidak akan bekerja lagi di sini." ucap Willie dengan nada yang datar.

Ekspresi Andrew berubah. Dia terkejut, sekaligus tak percaya. Dia berlari ke kamar bibi untuk mengeceknya. Dan benar saja! Kamarnya kosong ... hanya ada sebuah surat kecil di atas meja. Andrew segera meraihnya.

Dia berusaha membaca kata-kata yang dirangkai bibi dalam suratnya. Lalu, menggelengkan kepalanya karena tidak terima.


Andrew, mungkin bibi pergi terlalu cepat dan tak bisa memberitahu tentang ini secara langsung padamu. Kau tahu, kalau bibi akan pergi. Bibi pergi bukan karena bibi tak nyaman bersama kalian, tapi ... bibi sekarang akan tinggal di rumah saudara bibi di kota ini. Kau tahu soal keponakan bibi yang bibi ceritakan padamu beberapa hari lalu? Dia adalah anak saudaraku. Jadi, sekarang aku tinggal bersama mereka.

Bibi benar-benar meminta Andrew untuk tidak bersedih. Juga, jangan lupa untuk tetap menuruti ayahmu! Tetaplah jadi anak yang kuat. Kalau perlu kau harus menjaga kakakmu, ya?

Bibi.



Butuh waktu beberapa menit untuk membaca surat itu. Andrew keluar dari sana untuk menemui ayahnya, dan ayahnya malah tertawa.

"Saya tahu, kau tidak hanya takut kehilangan bibi itu. Kau takut karena pekerjaanmu di sini akan semakin berat, kan? Tenang saja ... saya tak akan mencari pembantu lagi."

"Kalau kau sudah ada di sini, untuk apa aku mencari pembantu lagi?" lanjut Willie keluar untuk berangkat kerja.

Andrew tidak percaya dengan semuanya. Barusan kemarin malam ia bercanda dengan bibi, dan tak terasa pagi ini berubah. Serasa hampa tanpanya.

Andrew ingin berterima kasih untuk setiap hal kecil yang menghangatkan dari sang bibi, tetapi kini ia terlambat. Kenapa dia pergi pagi-pagi sekali? Kenapa tidak ada yang memberitahunya soal kepergian bibi?

Andrew menatap dapur yang sepi. Kini dia meneteskan air mata dan tahu kalau ayahnya ternyata benar. Semua pekerjaannya pasti akan semakin banyak dan susah.

***

Hari-hari Andrew sekarang semakin sulit tanpa bibi. Semuanya berubah total. Penyiksaan yang semakin banyak berdatangan dalam hidupnya. Terkadang, ia melakukan banyak kesalahan seperti menumpahkan makanan, tak sengaja memecahkan piring atau perabotan rumah tangga lain, dan bahkan merusak pakaian ayahnya saat sedang menyetrika.

Kesalahan itu adalah hal wajar bagi semua orang mengingat usia Andrew yang masih belum layak untuk mengerjakan semua itu. Namun, kesalahan-kesalahan seperti itu bagi Willie adalah dosa. Dia menghukum anak kecil itu bagai siksaan di neraka.

Terkadang Andrew dihukum dengan disiram air, atau dilempari benda-benda keras. Dia juga sering dipukuli dengan tangan kosong, atau menggunakan benda seperti sapu atau ikat pinggang.

Anak itu benar-benar menderita sekarang. Ada banyak luka memar ditubuhnya, dan itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan kata-kata pedas dari mulut sang ayah yang jauh lebih menyakitkan.

"Kau tahu, kalau aku sebenarnya bisa saja membunuhmu! Namun, aku tak ingin berurusan dengan hukum hanya karena mengotori tanganku untuk membunuh anak haram sepertimu!" Kata-kata Willie itu cukup membuat Andrew untuk menangis.

Semuanya juga semakin berubah saat sang kakak, Aidan, mendapat nilai buruk di sekolah semester ini. Aidan kini sudah mulai tidak dekat dengan adiknya dan bahkan ia sering membentaknya.

Terkadang, Andrew merindukan sosok ibu. Terkadang ia membutuhkan seseorang untuk memeluknya. Terkadang ia juga berniat untuk mengakhiri hidupnya.

Namun, kekuatan hatinya membuatnya terus menjalani hidup sebagai anak haram. Sebagai anak yang harus menanggung dosa kedua orang tua.

***

Beberapa tahun berlalu ...

Waktu terus berlalu, dan semuanya juga perlahan berubah. Usia Andrew terus bertambah seiring berjalannya waktu. Walau kadang dia merasa sakit hati karena tidak ada yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya.

Andrew tumbuh menjadi remaja yang semakin kuat. Kedewasaannya dan senyumannya selalu mendampingi hari-harinya.

Aidan sepenuhnya tak berubah seratus delapan puluh derajat. Ia sebenarnya masih menyayangi adiknya walau ia sering membentaknya. Sebagai seorang kakak, ia tahu bahwa tugasnya adalah menjaga dan melindungi sang adik selalu.

Pernah di suatu saat, Aidan melindungi sang adik dari hukuman ayahnya. Aidan benar-benar tidak tahan melihat Andrew harus dihukum dengan dipukul kasar. Bahkan, setelahnya Andrew tidak diberi makan.

"Apa ayah tidak bisa membedakan mana binatang, mana manusia? Kenapa Andrew diperlakukan dengan kasar setiap saat, hah? Ayah cukup memarahi atau membentaknya saja. Jangan menghukumnya dengan cara seperti ini!"

"Ya. Mungkin Andrew adalah manusia. Tetapi kau tahu, kalau dia adalah anak haram. Anak haram itu lebih rendah dari binatang!" Willie meneriaki kata-kata itu di telinga Aidan.

Aidan menggeleng tidak percaya. "Ayah, bukankah Andrew adalah anak kandungmu juga? Lalu, kenapa Andrew diperlakukan seperti ini? Jika ayah tak bisa menjaganya, maka kembalikan dia pada ibunya." ujar Aidan.

Andrew bersembunyi di belakang kakaknya. Dia benar-benar takut, tetapi tak menangis seperti yang ia lakukan saat masih kecil.

"Kau berani membelanya? Apa kau bisa membela dirimu sendiri, jika seandainya ayah juga memberlakukan hal yang sama padamu? Hah?" Willie menarik lengan remaja itu.

"Kau tidak bisa apa-apa selain menyusahkan diriku di sini! Kenapa kau tidak menyusul ibumu ke luar negeri saja? Hah?! Kau bodoh! Di sekolahmu kau tidak becus untuk diandalkan. Entah jadi apa kau nanti!" lanjut Willie meremas kedua pipi anak itu dengan satu tangannya.

Aidan mengangguk. "Aku akan pergi! Aku akan menyusul ibu ke sana. Ayah puas?"




T. B. C.

Anak Haram [TERBIT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang