"Apa? Ayah ingin aku pergi?" tanya Andrew. Dia benar-benar terkejut.
Willie menarik lengan anak itu. "Jangan banyak tanya, dan bereskan barang-barangmu!"
Andrew menggeleng pertanda ia tidak mau. "A-ayah ... aku tidak bisa pergi dari sini. Andrew tak tahu harus kemana nanti. Ku mohon, Ayah! Biarkan Andrew tinggal di sini. Andrew janji tidak akan mengganggu ayah dan yang lain."
"Apa aku harus mengusirmu dengan cara kasar? Sebelum aku membunuhmu, lebih baik kau pergi dari sini sekarang!" Willie mendorong anak itu hingga terjatuh.
Andrew menangis sesenggukan dan memeluk kaki ayahnya. "Ayah, jangan usir Andrew. Andrew tak tahu harus tinggal di mana nanti. Andrew janji akan mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan baik, asalkan Andrew tetap di sini."
Willie tak meladeni anak itu. Dia keluar dari kamar tersebut dan menunggu anak itu selesai membereskan barang-barangnya.
Andrew benar-benar gemetar tak tahu harus apa. Dia mengambil sebuah tas dan memasukkan baju-baju lusuhnya ke dalam tas tersebut. Dia sebenarnya tak ingin pergi, tetapi dia takut pada ayahnya. Dia juga tak lupa memasukkan batang coklat yang sebelumnya telah bertahun-tahun ia simpan. Coklat itu terlihat tampak utuh, tetapi bungkusannya sudah tidak terlihat baik seperti dulu.
***
Andrew keluar dari kamarnya, dia menatap ayahnya yang dari tadi menunggunya di luar.
"Ayah, Andrew tidak bisa melakukan ini ... Andrew ingin tetap di sini. Tolong, jangan mengusir Andrew." Andrew memandang wajah ayahnya.
"Kau boleh pergi sekarang." ucap Willie dengan nada datar.
Andrew menggeleng. Dia tetap berdiri di sana sambil memegangi tasnya. Melihat Andrew diam saja, membuat Willie marah dan langsung menarik tangannya dan menyeretnya keluar.
"Ayah, Andrew mohon! Jangan usir Andrew. Andrew benar-benar membutuhkan ayah ... ku mohon." Andrew memeluk kaki ayahnya saat ia sudah berada di halaman rumah. Willie menendang anak itu lalu Andrew terlempar sedikit darinya.
Olivia yang melihat itu tidak diam saja. Dia langsung menangkap bahu Willie dan memarahinya. "Apa yang kau lakukan, Willie? Jangan menyakitinya! Biarkan dia tetap di sini. Kenapa kau mengusirnya?!"
Willie menghalangi Olivia yang ingin mengecek keadaan Andrew. "Jangan peduli dengannya! Dia tidak penting, Olivia. Kau tahu Adena? Dia adalah anakku dengan Adena! Apa kau yakin ingin dia tetap di sini?! Hah?"
Olivia menghentikan langkahnya untuk mendekat ke arah Andrew. Dia menoleh ke arah Willie. "Anakmu? Dengan Adena? Maksudmu ..."
"Ya! Dan sekarang apa kau yakin ingin mengasihani dirinya? Keberadaannya di sini hanya akan merusak kebahagiaan kita, kau tahu?" Willie menarik nafas dalam-dalam.
Olivia memandang Andrew yang tersungkur ke tanah. Andrew dengan sekuat tenaga berusaha untuk berdiri. Olivia ingin mengulurkan tangan untuk membantu anak itu, tetapi perkataan Willie membuat hatinya bimbang.
"Bu, tolong ... jangan usir Andrew dari sini. Andrew janji akan melakukan semua hal dengan baik." Andrew meraih kaki Olivia dan memeluknya.
Olivia mematung di sana. Ia tak berani menatap anak itu dan menengadah kepalanya ke langit. Willie mendekat lalu menarik Andrew.
"Pergi dari sini, sialan!"
Andrew menggeleng. Dia terus menatap wajah Olivia seakan ingin meminta belas kasihan.
"Hei, Nak! Pergilah dari sini sebelum ayahmu itu melakukan hal yang lebih buruk padamu!" Olivia hanya bisa mengucapkan hal itu lalu kembali masuk ke dalam rumah.
Willie menyeringai dan jongkok untuk membantu anak itu berdiri. "Kau tahu, kalau aku dan ibu kandungmu telah membuat kesepakatan sebelumnya? Bahwa jika ibunya Aidan pulang, maka aku akan mengusirmu dari sini."
Andrew hanya bisa menangis. Dia kemudian memutuskan untuk mengambil tasnya dan pergi dari sana sebelum sang ayah melakukan hal yang lebih buruk dari sebelumnya.
***
Sementara Aidan sedang berada di sebuah
Kafe untuk menenangkan diri. Dia selalu terbayang akan sosok adiknya, Andrew. Dia sebenarnya sengaja mengatakan hal-hal tadi kepada Andrew agar Andrew membencinya.Besok ia akan pergi ke luar negeri menemui ibunya. Andrew pasti akan sangat sedih dengan itu. Jadi, dia memutuskan untuk mengucapkan hal-hal yang membuat Andrew sakit hati agar Andrew membencinya. Dia ingin Andrew melupakan tentang kakak yang selalu membantunya. Sehingga saat Aidan sudah tidak ada di sisi Andrew, sang adik sudah bisa menjalani hidupnya sendiri.
Namun, Aidan berpikir semua yang ia katakan barusan sudah berlebihan. Kenapa ia harus menyebut Andrew sebagai anak haram? Kenapa ia harus mengungkap kebenaran masa lalu Andrew? Andrew pasti benar-benar sangat sakit hatinya sekarang. Itu membuat Aidan merasa bersalah.
Ia ingin meminta maaf, tetapi butuh waktu beberapa menit untuk ia memutuskan harus mengatakan apa pada Andrew. Selesai menghabiskan secangkir kopi-nya, Aidan pulang ke rumah untuk menemui Andrew dan meminta maaf padanya.
***
Sementara di jalan, Andrew terus melangkahkan kakinya ke depan. Ia tak tahu harus kemana. Dia kehilangan arah kehidupannya. Ayahnya sangat membenci dirinya dan bahkan kini ayah mengusirnya.
Andrew juga kehilangan kekuatan terbesar dalam hidupnya. Ya, itu adalah kakaknya. Andrew sendiri tidak tahu kenapa sang kakak tiba-tiba membencinya.
Semua pertanyaannya tentang anak haram kini telah terjawab. Kakaknya sendirilah yang telah menjelaskan semua tentang itu. Kini ia tahu akan asal-usulnya. Dia kini benar-benar sangat hancur dan kehilangan semua kekuatannya.
Ia duduk di samping jalan dan menatap langit yang mulai mendung bagaikan hidupnya. Ia terpikirkan akan ibunya. Lalu, ia memutuskan untuk kembali.
Kembali menyusuri alamat yang dulu Aidan berikan padanya. Alamat yang memastikan keberadaan ibunya sekarang.
T. B. C.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Haram [TERBIT✓]
General Fiction"Apa itu anak haram?" *** Beberapa part dihapus untuk kepentingan penerbitan! Highest ranking: #1 - pelukan (01/08/2021) #1 - coklat (09/08/2021) #18 - ibu (13/09/2021) #12 - ayah (17/09/2021) #5 - sad (23/09/2021) #8 - remaja (25/09/2021) #1 - seny...