Sehari setelah Aidan dimakamkan, Olivia yang masih diselimuti perasaan hancur menatap dirinya di depan cermin. Matanya sembab, ditambah wajahnya yang kusam membuatnya terlihat menyedihkan. Willie yang melihat kondisi istrinya tersebut mengajaknya untuk sarapan pagi, tetapi Olivia menolak untuk makan.
"Aku adalah ibu paling bodoh, paling menyedihkan, dan paling sial," ujarnya sembari kembali meneteskan air mata.
Dia terdiam selama beberapa saat, lalu memutuskan untuk melihat-lihat kamar Aidan, anaknya. Wanita itu benar-benar gemetar ketika memegang kenop pintu kamar. Ia berusaha menguatkan hatinya agar tidak kembali menangis. Perlahan, ia memberanikan diri membuka pintu kamar tersebut.
Dia menatap sekeliling beberapa waktu. Semua barang-barang terlihat berbeda dari yang terakhir kali ia lihat. Bahkan, warna dinding kamar tersebut juga berubah. Olivia telah meninggalkan Aidan saat umur Aidan masih lima tahun, lalu ia kembali setelah sang anak telah berumur tujuh belas tahun.
Ia menyentuh beberapa barang-barang Aidan dengan matanya yang mulai berair. Olivia menutup mulutnya sambil menangis ketika melihat beberapa fotonya di atas meja, juga di dinding. Aidan memang dari dulu telah memajang beberapa foto ibunya di kamar.
Olivia terduduk di ranjang anaknya. Ia memukuli dadanya sendiri, seperti sedang menghakimi diri akan kesalahannya.
"Anakku ..."
Wanita itu melihat beberapa buku Aidan dan piagam penghargaan di sebuah rak buku mini. Olivia sering mendapat kabar kalau selama ini anaknya tersebut telah berusaha menjadi yang terbaik. Ia melangkah menuju rak buku tersebut, lalu penasaran dengan sebuah buku kecil yang terselip di antara buku-buku lain. Olivia membuka buku tersebut, dan membaca isinya.
***BUKU KECIL MILIK AIDAN
Halaman 1:
Namaku Aidan Graham, aku adalah anak yang mungkin bisa dikatakan beruntung, atau mungkin juga bisa dibilang sial. Ayah dan ibuku sangat baik padaku, tetapi aku tidak bisa merasakan sepenuhnya kasih sayang mereka. Aku ingin menjadi seperti mereka yang bisa selalu bersama-sama dengan kedua orangtuanya, ya, selalu bersama.Halaman 2:
Waktu itu, aku bertemu dengan seseorang yang membuatku bisa tersenyum lepas. Seseorang yang membuatku berpikir, bahwa ada yang lebih menderita dari padaku. Seseorang yang lebih membutuhkan pelukan kasih sayang daripada aku sendiri.Namanya Andrew. Seorang anak yang sangat dibenci ayahku. Seseorang yang sangat menyedihkan hidupnya. Lalu, aku memutuskan untuk menolongnya. Menjadi orang yang terbaik baginya.
Halaman 3:
Aku menganggap Andrew sebagai adikku. Dia adalah seseorang yang mungkin menjadi alasan kenapa ibu dan ayahku berpisah. Namun, aku tidak tahu kenapa aku tak bisa membenci dirinya. Perasaan kasih sayang itu muncul secara tiba-tiba ketika aku menatap matanya yang penuh dengan kepolosan.Halaman 4:
Andrew adalah sosok yang begitu kuat. Dia telah memberiku banyak pelajaran mengenai kekuatan dan kesabaran. Ayahku, selalu memperlakukan Andrew dengan sangat kasar. Kebenciannya kepada Andrew benar-benar membuat ayahku selalu menyakiti adikku itu.Aku tak bisa melihat Andrew menangis, hatiku tak bisa melihatnya diperlakukan dengan tidak baik. Maka dari itu, aku selalu membantunya semampuku. Aku harus melakukan yang terbaik untuk menjadi seorang kakak yang sempurna baginya.
Halaman 5:
Ayah sering kali memanggil Andrew dengan sebutan "Anak Haram", yang artinya tidak begitu aku mengerti. Sebuah julukan yang bagiku terdengar sangat menyedihkan walau maksudnya belum aku ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Haram [TERBIT✓]
General Fiction"Apa itu anak haram?" *** Beberapa part dihapus untuk kepentingan penerbitan! Highest ranking: #1 - pelukan (01/08/2021) #1 - coklat (09/08/2021) #18 - ibu (13/09/2021) #12 - ayah (17/09/2021) #5 - sad (23/09/2021) #8 - remaja (25/09/2021) #1 - seny...