17

13.1K 1.4K 60
                                    

"Kau tahu, kalau aku sangat membencimu?" Aidan membentak adiknya itu. Dia meneriaki telinga adiknya. "Kau adalah orang yang telah mengubah segalanya!"

Andrew hanya bisa menatap Aidan dengan mata yang merah. Rasa ingin menangis baginya, tetapi ia harus tetap tersenyum saat itu.

"Kau tahu, kalau semenjak kehadiranmu kemari, hidup saya berubah! Ayah semakin hari semakin suka memarahiku karena kehadiranmu! Kau tahu, demi membelamu aku selalu terkena masalah?" Aidan melempar sesuatu yang ada di tangannya. Dan itu mengenai wajah Andrew.

"Apa kau pikir hanya kau yang menderita di sini? Hah? Apa kau pikir ayah hanya marah-marah dan membentakmu saja? Ayah juga sering memarahiku, dan kau tahu kenapa dia begitu padaku? Itu karena kamu! Kalau aku tidak mencoba membelamu, maka mungkin saja hubunganku dan ayah baik-baik saja sekarang!" Aidan berteriak lagi. Dia mengguncang tubuh adiknya yang dari tadi hanya bisa diam.

Andrew mengangguk, lalu ia tersenyum. "Lalu, kalau begitu kenapa kakak tetap bersikeras membelaku? Jika kakak tahu akibatnya, maka kenapa kakak terus-menerus membelaku?"

Aidan tak menjawabnya. Dia menatap Andrew dengan mata berkaca-kaca. Ia ingin memeluk adiknya itu dan meminta maaf karena ia telah membentaknya, tetapi dirinya berubah pikiran.

"Seharusnya, aku tak selalu membela anak haram sepertimu." Aidan menarik lengan baju remaja itu. Andrew memandang wajah kakaknya lalu menangis.

"Kenapa, Kak? Hah?! Kenapa kakak melakukan ini padaku? Kenapa kakak mempermainkan aku?! Hah?" Andrew berteriak.

"Itu karena kau anak haram! Dan kau tahu, kalau ayah benar soal anak haram! Kau lebih rendah daripada binatang!!" Aidan membalas teriakan Andrew barusan.

"Apa kau tahu apa itu anak haram? Hah? Anak haram itu adalah kamu! Dan kamu adalah anak haramnya! Kamu adalah hasil dari dosa ayahku dan ibumu! Kau seharusnya tidak berhak hidup di dunia ini. Kau tahu, hah?! Kau tahu bahwa kehadiranmu mengubah segalanya. Ibuku pergi ke luar negeri itu gara-gara kau dan ibu kandungmu! Aku selalu berusaha membantumu, tetapi kau tidak pernah menunjukkan rasa terima kasih sedikit pun padaku! Apa kau ingin aku membunuhmu, hah?!" Aidan lagi-lagi mengeluarkan kata-kata yang membuat Andrew terluka.

"K-kakak ..."

"Kau lebih baik pergi dari sini! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi di sini!" Aidan menjauh lalu menuju pintu keluar. Dia keluar dari rumah itu, sedangkan kini Andrew duduk di lantai dan meratapi nasibnya.

Kenapa kakaknya tiba-tiba begitu? Kenapa malaikatnya tiba-tiba membencinya? Andrew salah apa padanya?

Dia memeluk lututnya dan menangis. "Ibu ... aku ingin pulang. Aku telah kehilangan kekuatanku!"

***

Andrew mendengar suara ketukan pintu setelah berdiam diri dalam kesepian selama kurang lebih satu jam. Dia mendengar segera membuka pintu.

Dia terkejut saat melihat ayahnya bersama seorang wanita yang sepertinya seumuran dengan Willie. Andrew menatap ayahnya kebingungan. "Ayah, dia siapa?"

"Sampai kapan kau harus memanggilku ayah? Hah? Dia istriku. Ibunya Aidan."

Andrew terkejut. "Ibunya kakak?"

"Ya. Ini adalah kejutan untuknya. Sekarang, di mana dia? Aidan mana?" tanya Willie.

"T-tadi ... tadi kakak keluar." jawab Andrew.

Wanita itu tersenyum manis ke arah Andrew. Senyumannya mirip dengan senyuman Aidan. "Kau pembantu di sini, ya?" tanya wanita itu.

Andrew menggeleng. "Tidak! Aku anak ayah. Aku adiknya Andrew."

Wanita itu kaget sekaligus bingung. Dia menoleh ke arah Willie. Willie hanya bisa mengajak masuk istrinya dan tak ingin membahas soal status Andrew sekarang.

"Apa kita harus mencari Aidan keluar? Aku tidak sabar ingin bertemu dengan anakku!" ucap wanita itu pada Willie.

Willie hanya menggeleng. "Tidak perlu. Aidan nanti akan pulang. Bersiaplah, ini akan jadi suprise untuk Aidan. Dia benar-benar merindukanmu."

Wanita itu mengangguk senang. "Ya, aku juga sangat merindukan dia. Jika dia datang, maka aku akan langsung memeluknya! Aku sudah tidak sabar, Willie!" Wanita itu sesekali menatap ke arah pintu.

"Hei, tenanglah. Aku akan menghubunginya, OK?" Willie mengambil handphonenya.

"Aku benar-benar merasa bersalah padanya, karena sudah membuatnya tertekan dalam kehidupan sekolahnya." lanjut Willie setelah mencoba menghubungi Aidan, tetapi tak diangkat.

"Kamu anak yang sangat manis, ya?" wanita yang berstatus sebagai ibu kandung Aidan itu tersenyum saat melihat Andrew menyajikan minuman dan makanan ringan di atas meja.

"Terima kasih, Bu." Andrew tersenyum, dan itu membuatnya semakin manis untuk dipandang.

"Aku benar-benar tak sabar ingin melihat wajah anakku setelah bertahun-tahun lamanya. Dia pasti sebesar dirimu sekarang."

Andrew mengangguk. "Kakak sangat manis. Dia seperti malaikat."

"Kau juga sangat manis!" Wanita itu meraih gelasnya. Dia sangat ramah dan kelihatan lembut. Andrew benar-benar tidak menyangka bahwa sifat kakaknya mirip dengan sifat wanita ini.

"Ayolah, jangan terus memuji anak itu!" Willie kesal.

Wanita bernama Olivia Graham itu menatap Willie. "Ada yang salah jika aku memujinya?"

"Tidak. Hanya saja dia adalah pembantu!" Willie menarik tangan Andrew dan membawanya ke kamar. Andrew hanya menundukkan kepalanya lalu menuruti ayahnya.

"Jangan mengganggu kebahagiaan keluarga kami di sini!" Willie berbisik. Dia terdengar mengancam Andrew.

"Apa maksudnya, ayah?" Andrew tak mengerti.

Willie menyeringai. "Kau ulang tahun hari ini, kan? Sebagai hadiah ulang tahun untukmu, kau boleh pergi dari rumah ini!"

"Hadiah ulang tahun? Pergi dari rumah? Itu ..." Andrew benar-benar kebingungan.

"Ulang tahunmu kali ini, adalah yang paling terakhir di rumah ini. Kau boleh pergi sekarang! Rapikan barang-barangmu, dan silakan pergi!"

Andrew terkejut. "Apa? A-ayah ...."


T. B. C.

Anak Haram [TERBIT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang