Seseorang turun dari mobil hitam tersebut. Dia adalah sosok laki-laki yang memakai kemeja biru, dan sebuah jam tangan emas di tangannya. Laki-laki itu dengan cepat mendekati keduanya.
Aidan dan Andrew saling berpegangan tangan saat itu, tetapi laki-laki yang telah berada di dekat mereka berdua langsung menarik tangan Andrew dengan paksa. Andrew merasa sakit di bagian pergelangan tangannya. Dia diseret oleh laki-laki itu hingga jatuh ke tanah. Dia memegangi pergelangan tangannya dan merintih.
Aidah tidak tinggal diam melihatnya. Dia menghampiri laki-laki yang menyakiti adiknya itu, dan mendorong bahunya.
"Kenapa kau tidak mati saja, hah? Kenapa kau tidak berhenti mengganggu kebahagiaan anak saya?! Kenapa kau tidak lenyap saja dari awal?!"
Laki-laki itu mendorong Aidan, dan langsung menarik baju Andrew. Dia mengangkat tubuh anak itu dan menatapnya dengan beringas. "Aku akan membunuhmu untuk mengembalikan semua kebahagiaan anakku!"
"P-paman siapa? Siapa yang paman maksud dengan anak paman?"
"Kau tidak usah banyak tanya!" teriak laki-laki itu membanting Andrew ke tanah.
Dia mencekik anak itu, lalu menamparnya dengan sangat keras. Aidan berteriak untuk menghentikannya, tetapi laki-laki itu malah makin nekat.
Mendengar kekacauan di luar, Willie dan Olivia segera pergi keluar untuk melihat apa yang terjadi. Mereka benar-benar terkejut melihat Aidan melakukan perlawanan dengan sosok laki-laki berusia 40-an itu.
Andrew memegang pipinya dan menangis kesakitan. Dia merasa hidungnya mengeluarkan sesuatu. Andrew merabanya, dan benar saja ... darah mengalir dari hidungnya. Andrew benar-benar sangat panik saat melihat darah.
Aidan yang melihat adiknya terluka semakin marah dan terus melakukan perlawanan dengan laki-laki itu. Laki-laki itu terjatuh ke tanah saat Aidan mendorongnya dengan kekuatan penuh.
"Aidan! Berhenti melawannya! Willie lakukan sesuatu! Hentikan mereka!" Olivia benar-benar menghawatirkan anaknya yang masih melayangkan tinjunya ke wajah sang laki-laki.
"Kau baik-baik saja, hah?" Aidan kemudian memegang pipi sang adik yang berusaha menghentikan darah yang keluar dari hidungnya. Aidan benar-benar sangat cemas padanya.
"A-aku baik-baik saja, Kak ..." Andrew menjawab sambil tersenyum. Kepalanya agak sedikit pusing, tetapi sepertinya dia masih baik-baik saja.
Willie juga turut mengambil bagian dari kekacauan itu. Dia memegang tangan laki-laki tersebut. "Pergi dari sini! Jangan kembali lagi kemari untuk melukai putraku!"
Laki-laki itu menyeringai dan menunjuk ke arah Andrew. "Tidak! Aku tidak bermaksud melukai anak sialanmu itu! Aku hanya ingin melenyapkan anak haram yang sedang bersamanya!"
Laki-laki itu menendang perut Willie hingga Willie tersungkur ke tanah. Dia berusaha bangkit untuk menahan sang pria. Namun, sepertinya pria itu sudah bangkit dan meraih batu besar yang ada di dekatnya.
Pria itu ingin menghantam batu itu di kepala Andrew yang masih menunduk untuk mengelap darah di hidungnya. Aksi pria itu gagal, saat Aidan dengan cepat menahannya.
Pria tersebut semakin marah, hingga akhirnya mendorong Aidan. Aidan terjatuh. Kejadian terjadi begitu cepat! Mereka pikir laki-laki itu akan menghantam batu itu ke kepala Andrew, tetapi batu itu malah dilayangkan ke kepala Aidan.
"Tidak! Aidan!" Olivia berteriak saat menyaksikan batu itu mengenai kepala anaknya dengan keras. Dia berlari menghampiri Aidan yang masih kuat berdiri walau kakinya sudah mulai gemetar.
Andrew yang tidak sempat melihat kejadian itu kini sadar saat ia mengangkat kepalanya. "K-kakak?"
"Tidak!" Willie dengan cepat menangkap tubuh putranya itu sebelum akhirnya Aidan jatuh ke tanah.
Pria itu melangkah mundur perlahan. Tangannya gemetar dan menjatuhkan batu itu ke tanah. Dia benar-benar tidak sengaja melakukannya. Amarahnya kini membuatnya dalam masalah besar.
***
Aidan terlihat masih sadarkan diri. Kepalanya kini mengeluarkan banyak darah. Pandangannya benar-benar kabur. Dia berusaha memegang pipi ibunya, tetapi tangannya yang gemetar tak bisa menggapainya. Dia merasa sangat sesak. Aidan masih sempat memberikan senyuman hangatnya sebelum akhirnya ia tak sadarkan diri.
"Kakak!" Andrew berteriak. Dia merangkak mendekati sang kakak yang sudah tak sadarkan diri di pangkuan ibunya.
Pria itu benar-benar panik. Nafasnya tidak beraturan karena kepanikannya. Dia memutuskan untuk segera pergi dari sana. Andrew yang melihat pria itu ingin pergi, langsung berusaha bangkit dan memeluk kakinya. "Kau harus membalas luka pada kakakku! Kau tidak boleh pergi."
Laki-laki itu tidak mempedulikannya. Dia menendang anak itu lalu masuk ke mobilnya. Dia pergi dari sana dengan sangat cepat.
Andrew menangis dan kembali menghampiri kakaknya. Terlihat Olivia yang berusaha membangunkan putranya dengan segala cara. "Cepat panggil ambulance, Willie! Bawa putraku ke rumah sakit! Cepatlah!"
"Bangun, Kak!" Suara Andrew terdengar sangat kecil karena ia tak berani mengucapkan apa-apa saat itu dengan suara keras. Sedangkan Willie, dia panik dan masuk ke dalam rumah untuk mencari kunci mobil.
Olivia menepuk-nepuk pipi sang putra. Dia menggoyangkan tubuhnya dan menyuruhnya bangun segera. Namun, Aidan masih menutup matanya. Olivia benar-benar sangat panik. Dia tidak menyangka semua ini terjadi pada putranya.
Aidan kehilangan banyak darah. Mukanya pucat dan terlihat Andrew yang meraih tangan kakaknya itu lalu menggenggamnya dengan penuh rasa khawatir.
"Kau harus kuat, sayang. Tolong, jangan buat ibu takut! Kau tidak boleh pergi! Tidak boleh, ya?" Olivia menangis. Dia memeluk anaknya yang untungnya masih bernafas itu.
"Willie! Cepat!" Olivia berteriak makin keras. Dia sangat panik, dan hatinya penuh rasa takut.
"A-aku sudah menghubungi rumah sakit. Mereka akan segera tiba!" ucap Willie mendekati mereka. Dia juga tidak kalah paniknya dengan Olivia saat itu.
Olivia menggelengkan kepalanya. "Kita tidak punya banyak waktu! Suruh mereka untuk cepat!"
***
Sementara itu, sang pria menyetir mobilnya dengan penuh rasa bimbang. Dia mengulang semua kejadian tadi dalam ingatannya. Dia membanting setir mobil dan menginjak rem. Ia menenangkan dirinya sejenak, tetapi ia malah mendapat telepon saat tengah membutuhkan waktu untuk mengontrol diri.
Panggilan masukMy son, Johan.
T. B. C.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Haram [TERBIT✓]
General Fiction"Apa itu anak haram?" *** Beberapa part dihapus untuk kepentingan penerbitan! Highest ranking: #1 - pelukan (01/08/2021) #1 - coklat (09/08/2021) #18 - ibu (13/09/2021) #12 - ayah (17/09/2021) #5 - sad (23/09/2021) #8 - remaja (25/09/2021) #1 - seny...