20

16.4K 1.5K 81
                                    

Adena masih belum mendapat jawaban dari Johan setelah beberapa saat berdiri di sana. Dia akhirnya memilih keluar dari kamar itu, dan membiarkan sang putra sendiri yang menenangkan dirinya.

"Mama akan keluar. Jangan lupa rapikan kamarmu, ya, Sayang!"

Adena keluar, dan menutup pintu. Dia kemudian berpapasan dengan Erik. Laki-laki itu rupanya sudah menyimak semua kejadian barusan. Dia tersenyum menatap Adena. "Kau masih menyayangi putra sialan-mu itu rupanya."

Adena memalingkan wajahnya terhadap Erik. Dia tak ingin melanjutkan membahas ini semua.

"Apa kau lupa dengan perkataanmu? Perkataan kalau kau akan membenci anak sialan itu demi Johan? Kenapa kau tidak mengingat semua itu?"

"Andrew juga anakku!" sahut Adena.

Erik hanya bisa mengangguk. "Ya. Aku mengerti perasaanmu. Kau adalah seorang ibu, kan? Seorang ibu tak mungkin membenci anaknya. Namun, aku heran padamu. Jika kau menyayanginya, maka kenapa kau membiarkannya menderita?"

"Bukankah sudah kukatakan padamu, kalau aku membuang Andrew hanya demi kebahagiaan Johan? Lebih baik kau diam saja! Ini adalah masalah antara ibu dan anak." jawab Adena.

"Sebagai ayahnya Johan, aku tidak bisa melihatnya sedih seperti itu!" Erik membentak Adena.

"Saat ia masih sangat kecil, kau sudah banyak membuatnya menangis! Dan sekarang, kau juga masih ingin membuat dia menangis?!"

Adena marah. "Aku sama sekali tidak menginginkan kedua anakku menangis, kau tahu?! Aku menginginkan kebahagiaan untuk mereka. Kau tahu kalau semua yang terjadi di masa lalu adalah kesalahan. Andrew seharusnya tak menerima perlakuan seperti ini!"

"Itu adalah kesalahanmu dan laki-laki bajingan itu!" sergah Erik.

Adena terdiam.

"Jika semua hal ini berkaitan dengan kebahagiaan Johan, maka aku akan melakukan apapun untuk itu. Aku akan pergi untuk melenyapkan anak itu!"

Erik melangkah pergi. Adena berusaha menghentikannya, tetapi langkah Erik terlalu cepat untuk dikejar Adena.

***

Aidan kini tiba di rumahnya. Dia benar-benar terkejut saat melihat sosok wanita yang berdiri di depan pintu. Wanita itu tersenyum padanya.

Aidan benar-benar tak mengenali sosok wanita itu. Dia mendekat perlahan ke arah sang wanita. Dia merasa kalau wanita itu adalah sang ibu yang ia rindukan selama ini.

"Oh, my son ..." ucap wanita itu membuat Aidan semakin yakin kalau dia adalah ibunya.

"I-ibu?"

Sang wanita membentangkan tangannya, seakan dia menyambut pelukan dari Aidan. Aidan tak kuasa menahan air matanya saat wanita bernama Olivia itu mengucapkan kata yang manis. "Ibu merindukanmu, sungguh."

Dia berlari memeluk sang ibu. Sang ibu pun juga ikut memeluknya. Keduanya menangis dan saling melepas rindu setelah belasan tahun berpisah.

Aidan menangis sekeras mungkin. Mungkin dia sudah tumbuh besar, tetapi dia tetaplah hanya seorang anak yang membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Pertemuan yang mengejutkan itu membuat Aidan bahagia sekaligus terharu.

***

Aidan menatap sekelilingnya. Setelah beberapa lama, dia tak melihat Andrew di rumah tersebut. Dia bertanya pada sang ayah. "Hei, Ayah! Di mana Andrew?"

"Menurutmu di mana? Hah ... kau tahu, kalau ayah sudah mengusirnya tadi. Dia sekarang tidak lagi tinggal di sini." ucap Willie dengan santainya, tetapi sekarang Aidan sudah sangat panik dan langsung mengecek kamar Andrew.

"Ayah mengusirnya? Kenapa ayah melakukan itu? Bagaimana jika Andrew tidak punya tempat bernaung di luar sana?" Aidan benar-benar marah saat ia menghampiri sang ayah lagi. "Ayah harus mencarinya dan bawa dia pulang!"

"Kenapa kau sangat khawatir padanya? Dia bisa tinggal di kolong jembatan sana jika seandainya dia butuh tempat bernaung, kan?"

Aidan menggeleng. "Aku akan mencarinya!"

Tap!

Saat Aidan akan melangkah keluar, tangan Willie menangkap bahunya. Dia tersenyum.
"Kau yakin ingin keluar sekarang? Kau tidak menunggu ibumu dulu?"

Aidan berhenti melangkah. Dia kemudian menoleh ke arah sang ibu yang sedang memasak sesuatu untuknya di dapur.

"Kau lebih memilih untuk pergi keluar sekarang? Atau menunggu ibumu selesai memasak? Dengar, Aidan! Ini adalah yang pertama kalinya ibumu memasak untukmu. Kau harus menghargainya."

***

Andrew melangkah pelan-pelan sambil membawa tas berisi baju-bajunya. Dia sedang melamun di pinggir jalan dan tidak memedulikan orang yang ada di sekitarnya. Ia terus memikirkan betapa hidupnya tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya. Oleh karena semua yang terjadi, Andrew kini memutuskan untuk menyerah. Dia menatap jalanan yang ramai akan kendaraan. Dia menghapus air matanya dan menjatuhkan tasnya.

Sepersekian detik kemudian, dia berlari ke tengah jalan. Dia ingin membiarkan dirinya ditabrak kendaraan dan kemudian mengakhiri semua rasa sakit ini. Namun, sebuah mobil yang mendekat dan nyaris menabraknya berhasil berhenti tepat di depannya.

Semua orang menatap Andrew dan juga mobil yang hampir menabraknya. Andrew seketika lemas dan duduk di jalanan itu.

Pemilik mobil kemudian keluar dari sana dan menghampiri Andrew. Dia beruntung karena Andrew sama sekali tidak terluka dan masih baik-baik saja.

Pemilik mobil itu menarik kerah baju anak itu dan marah. "Dengar! Jangan membuatku harus menanggung semua ini. Bagaimana jika tadi aku menabrakmu? Hah? Aku pasti akan celaka! Aku tak ingin berurusan dengan hukum hanya karena melakukan hal konyol seperti tadi!"

Andrew diam menatap wajah pemilik mobil itu. Dia mengeluarkan cairan bening di sudut matanya. "Kenapa paman tidak menabrakku saja tadi?"

***

Andrew kini sedang berada di sebuah tempat sepi. Dia menangis sendirian sambil mengingat kejadian tadi. Rencana bunuh dirinya yang gagal membuatnya kehilangan akal.

Dia lalu menatap langit biru. Langit biru itu sangat cerah dan itu membuat dia tersenyum. Dia tersenyum walau air matanya terus mengalir membasahi pipinya.

"Kapan aku memiliki hidup secerah langit biru itu? Apakah ini adalah hidup seorang anak haram? Jika aku tahu sejak awal tentang menyakitkannya dunia ini, maka aku akan memilih untuk tidak lahir sebagai anak haram."



T. B. C.

Hello! :v
Mau sad ending atau happy ending, nih?

Part ending sudah dekat, lho!

Yeah, Enjoy this story while you can, and wait for the end!




Anak Haram [TERBIT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang