Andrew terus melangkahkan kakinya menuju alamat yang dulu Aidan berikan padanya. Kalau memang alamat tersebut benar, maka itu adalah harapan terakhir Andrew. Dia berusaha mengingat jalan yang pernah ia lalui beberapa tahun sebelumnya. Hingga akhirnya, Andrew pun tiba di tempat tersebut.
Tidak ada yang perubahan besar pada rumah tersebut. Hanya saja, kini warna dinding rumah tersebut berbeda dari yang dulu. Andrew tersenyum melihat rumah itu masih berdiri kokoh dan terlihat terawat, menandakan rumah tersebut ada penghuninya.
Dia melangkah perlahan memasuki halaman rumah. Pintu gerbang rumah tersebut sudah kian terbuka lebar untuknya. Mungkin agak kurang sopan, tetapi Andrew memilih menerobos sampai halaman rumah karena dia sudah tidak sabar mengetahui kebenaran tentang keberadaan ibunya.
Dia sampai di teras yang dipenuhi dengan tanaman hias gantung. Dia memberanikan mengetuk pintu rumah, dan menyapa penghuni rumah tersebut.
Pintu dibukakan untuknya. Dia terkejut saat melihat sosok wanita yang wajahnya sudah mulai menunjukan keriput kecil. Andrew mengingat betul wajah sang wanita walau pun mukanya tidak semuda dulu.
Tentu saja! Wanita itu adalah Adena, ibu kandung Andrew sendiri.
"Ibu!" Andrew tak kuasa menahan air matanya. Rasa sakit hatinya kini mulai tak tertahankan sehingga ia memeluk sang ibu untuk menghapus semua rasa itu. Tak hanya itu, pelukan yang erat itu juga menandakan betapa besarnya kerinduan Andrew pada sosok ibu yang selama ini tidak di sampingnya.
"Ibu! Andrew benar-benar merindukan ibu!" Andrew menangis sekencang mungkin.
"Andrew?" Adena langsung mengenali anak itu. Dia memang hanya memiliki dua orang anak di dunia ini. Hanya Johan, dan juga Andrew yang selama ini ia terlantarkan.
"Kau masih hidup dan tumbuh dewasa ternyata." ucap Adena dalam hatinya. Melihat Andrew telah tumbuh dewasa, membuat Adena benar-benar merasa bersalah.
Adena ingin mengangkat tangannya untuk membalas pelukan Andrew, tetapi ia mengurungkan niatnya setelah melihat Johan datang sambil mengelap keringatnya sehabis olahraga.
"Mama? Dia siapa?" tanya Johan. Dia mungkin sudah mulai dewasa sekarang, tetapi sebenarnya tidak sama sekali.
"Oh ... ah, dia, dia Andrew. Dia anak mama--"
"Anak mama? Maksud mama, anak haram itu?" Johan terlihat kesal melihat Andrew masih memeluk mamanya.
"Eh, kau jangan berbicara seperti itu, Johan! Jaga perkataanmu!" Adena melepas pelukan Andrew darinya. "Baiklah, Andrew ... kau boleh masuk." Adena merangkul anaknya itu tiba-tiba.
Andrew sendiri tidak menyangka betapa baiknya sang ibu menyambutnya. Dia berpikir sebelumnya, kalau dia akan diusir. Namun, kenyataannya sang ibu bersikap lembut padanya.
Andrew mengangguk pelan lalu mengusap air matanya. Johan yang melihat Andrew masuk, langsung menghampiri dan menampar Andrew.
PLAK!
"Johan? Apa yang kau lakukan?!"
Johan menarik Andrew yang berstatus sebagai saudaranya itu. "Keluar dari sini, sebelum aku melakukan hal yang buruk padamu!"
Andrew hanya bisa memegangi pipinya yang sakit, dan ia tak berani menatap saudaranya itu.
"Keluar dari sini! Atau aku akan menyeretmu!" Suara Johan terdengar meninggi. Andrew dengan ketakutan meraih tasnya dan pergi keluar.
Adena menarik Johan dan menenangkannya. "Jangan sampai amarah mengendalikan dirimu, sayang. Ibu tahu kau masih belum menerimanya. Lupakan masa lalu yang buruk itu. Ayo, terima kenyataan bahwa Andrew adalah bagian dari keluarga kita."
"Bagiku dia bukanlah bagian dari keluarga ini, Ma!" bentak Johan. Dia menunjuk ke arah Andrew dengan gemetar. "Dia ingin merebut mama dariku!"
"Tidak, Johan. Dia tidak akan melakukan hal itu. Mama akan selalu bersamamu. Dengar, Andrew adalah adikmu, kau tahu?"
"Aku sama sekali tidak memiliki adik! Dia bukan adikku!" Johan marah, lalu masuk ke dalam rumah.
Andrew masih terdiam di halaman rumah itu. Dia berdiri sambil memegangi tasnya. Dia menatap wajah sang ibu dengan seribu harapan. "Ibu akan mengusirku, kan? Tolong, Ibu ... jangan lakukan itu."
Andrew menangis dan berlari memeluk sang ibu. "Aku merindukan Ibu. Aku sangat menyayangi Ibu! Jangan usir Andrew dari sini. Andrew tidak punya harapan lagi selain ibu!"
Adena terdiam. Ia mengusap kepala anaknya itu dengan belaian kasih sayang seorang ibu. "Ibu minta maaf padamu, Andrew."
"Aku tak ingin melihat anak itu! Jika ia masih berada di sana, maka aku akan membunuhnya! Atau, mama akan melihatku mengakhiri semuanya!" teriak Johan dari kamarnya. Terdengar suara benda pecah seperti sengaja dijatuhkan Johan.
Adena melepas pelukan itu. "Kau boleh pergi dari sini, sebelum semuanya terlambat. Ibu tidak ingin kau terluka karena Johan sedang tak bisa mengendalikan emosinya."
"Aku akan tetap di sini!" Andrew menggeleng.
"Tidak! Kau tidak bisa tinggal di sini apapun yang terjadi! Lupakanlah kalau kau punya ibu. Mulailah hidupmu sendiri sekarang, Andrew. Ibu hanya bisa mengatakan maaf padamu." Adena memandang wajah anak itu sesaat lalu masuk menutup pintu.
Andrew mencoba mengetuk pintu berkali-kali, tetapi pintu tak lagi dibukakan untuknya. Dia tak sadar, dibalik tirai jendela ada sosok yang menatapnya.
***
Adena membuka pintu kamar Johan. Dia melihat seluruh kamar kacau balau. Ada pecahan kaca di lantai dan terlihat Johan yang sangat santai menekan tuts piano. Irama yang dimainkan oleh Johan menggambarkan suasana hatinya sekarang. Dia tak menatap mamanya yang sedang berada di dekatnya dan terus melanjutkan bermain piano.
"Andrew adalah adikmu, Johan. Kau harus menerima kenyataan itu."
Johan tak menjawabnya.
"Kau tahu, mama benar-benar sayang pada kalian berdua. Mama juga sangat merindukannya. Kau tahu, walau mama merindukan Andrew, mama tak memeluknya atau menciumnya untuk menjaga perasaanmu."
Johan tidak mengacuhkan kata-kata ibunya. Dirinya sudah hanyut ke dalam setiap nada yang mengalun indah dari pianonya.
"Mama tak tahu harus bilang apa, tetapi Johan ... tolong jangan bersikap egois seperti ini."
Adena terus memandangi permainan piano Johan. Lalu Adena tak sengaja mengeluarkan air mata di sudut matanya. Ia benar-benar mengerti betapa hancur semua ini sekarang.
"Mama minta maaf telah membuat semuanya menjadi kacau."
T. B. C.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Haram [TERBIT✓]
General Fiction"Apa itu anak haram?" *** Beberapa part dihapus untuk kepentingan penerbitan! Highest ranking: #1 - pelukan (01/08/2021) #1 - coklat (09/08/2021) #18 - ibu (13/09/2021) #12 - ayah (17/09/2021) #5 - sad (23/09/2021) #8 - remaja (25/09/2021) #1 - seny...