Kamu Candu

1.6K 125 66
                                    

Bangun pagi jadi rutinitas yang Anin benci hari ini, sebab dekapan hangat Kenan terlalu berat untuk ia lepaskan setiap harinya. Menatap sejenak wajah tegas yang terlelap, Kenan seperti tak menyadari bahwa pesonanya itu berbahaya. Dan kini, Anin mulai merasakan cemburu dengan segala aktifitas suaminya di luar rumah, dengan semua orang yang ditemui Kenan setiap hari. Ia tak rela untuk berbagi ketampanan Kenan. Haah...padahal dahulu semua terasa biasa. Semenjak penyatuan itu semua jadi berbeda. Rasa Anin...dan cemburunya kini terarah pada satu objek yang terlelap tepat di sampingnya.

Anin menggeliat, menjauh dari pelukan nyaman itu. Pergerakan kecilnya mengusik tidur Kenan. Ia terbangun dan mendapati punggung Anin yang membelakanginya, berdiri di depan jendela dengan piyama putihnya yang tampak menerawang tertembus sinar mentari pagi.

Kenan terdiam, menikmati pemandangan indah itu dengan senyuman tipis. Setiap pagi ia selalu melihat pemandangan ini. Entah mengapa kali ini terasa berbeda, mungkin karena Anin sekarang sudah sepenuhnya milik Kenan?

Anin berbalik, wajahnya mendadak bersemu merah saat melihat Kenan tengah memandanginya sambil tersenyum.

"Mas, kenapa ngeliatin aku kayak gitu?" tanya Anin, ia berjalan menjauh dari jendela.

Kenan memberi instruksi agar Anin mendekat, menepuk sisi kosong di sampingnya.

"Sini...!!" Pinta Kenan.

"Udah siang lho..."

Ekspresi wajah Kenan seolah ia tidak ingin ada penolakan. Anin berjalan mendekat sambil menggelengkan kepala. Ia duduk di tempat yang suaminya pinta.

"Kita masih ada sehari di Bali. Aku mau benar-benar manfaatin waktu berdua sama kamu."

Kenan mencondongkan tubuhnya ke arah Anin. Mengecup bibir tebal itu penuh hasrat. Tangannya kembali menggerayangi tubuh mungil Anin. Menyibak piyama tipisnya.

"Room service...." seru sebuah suara di iringi ketukan pintu dari luar kamar mereka.

Kenan mengerang menahan kesal mendapati gangguan pagi itu.

"Itu pasti pesanan aku. Tadi aku sengaja minta sarapan kita di antar ke kamar." Ujar Anin sambil meringis.

Kenan beranjak dari ranjang, berjalan menuju pintu. Sementara Anin menghela napas lega. Perlakuan Kenan tadi hampir membuat jantung Anin copot. Padahal baru semalam Kenan meminta haknya sebagai suami. Tapi, tetap saja Anin masih grogi dan malu.

Kenan kembali membawa senampan sarapan mereka dan meletakkannya di meja makan. Ia kembali menghampiri Anin yang baru saja berdiri dari duduknya.

"Mas mau langsung sarapan atau mandi dulu?" tanya Anin saat Kenan berjalan sambil melepas kaos hitamnya dan melempar sembarangan, Anin pikir Kenan mau mandi.

Dengan langkah cepat Kenan berjalan ke arah Anin.

"Mau makan kamu." Jawab Kenan. Tanpa aba-aba laki-laki itu mencium bibir tebal Anin dengan buas, hingga tubuh ramping Anin kembali terhempas ke ranjang. Ciuman Kenan memburu, membuat Anin melenguh ketika tangan besar itu bermain di area dada sang istri.

"Aaahh..." bisik Anin pelan.

Ciuman Kenan semakin turun kebawah, melewati leher jenjang Anin. Bermain di sana cukup lama, tangannya tak tinggal diam, perlahan melepas kancing piyama Anin hingga payudara Anin yang polos tanpa bra terekspos. Bagian tubuh istrinya yang paling Kenan suka. Ia mendongak menatap Anin yang tengah menahan hasratnya. Tangannya kembali bermain di atas payudara Anin dari gerakan pelan sampai cepat. Tanpa sadar Anin melenguh kencang. Suara desahan kecil itu semakin membuat hasrat Kenan membara. Tanpa pikir panjang Kenan melepas semua pakaian Anin dan pakaiannya hingga mereka berdua polos tanpa sehelai benang pun. Kenan kembali membelai tubuh Anin dengan bibirnya. Menjelajah tiap inci kulit halus dan seputih porcelain itu tanpa terkecuali.

FIL ROUGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang