Anin mengerjapkan matanya yang masih terasa berat. Ia mendengar suara pintu terbuka dan tertutup kembali. Diliriknya jam yang terpasang di atas pintu kamarnya, masih pukul dua pagi. Walau sedikit malas Anin bangun juga. Siapa yang datang di jam segini. Rasanya semalam Andine sudah tidur sejak pukul sepuluh. Apa jangan-jangan ada pencuri masuk. Anin berjalan mengendap-endap, mencari benda apapun yang bisa ia gunakan untuk melawan orang jahat. Anin menemukan sebuah payung lipat. Ia kembali melangkah, membuka pelan pintu kamarnya dan bersiap melayangkan pukulan andai benar orang yang sedang masuk ke unit apartemennya adalah pencuri.
Betapa terkejutnya ia saat tahu siapa yang kini berada di dapurnya.
"Mas Ken ?" gumam Anin. Kenan yang sedang meneguk air dingin menoleh ke arah Anin, keningnya mengerut.
"Kamu mau pukul saya sama payung, Ning ?" tanya Kenan. Meletakkan kembali gelasnya di wastafel.
Anin baru sadar ia sedang dalam posisi siaga, siap menyerang siapa pun yang ada di hadapannya. Buru-buru Anin menurunkan tangannya, meletakkan payung itu di meja kecil dekat sofa ruang tamu. Anin nyengir dan menghampiri Kenan.
"Saya kira tadi pencuri."
Kenan tersenyum, ia menarik kopernya membawanya menuju kamarnya.
"Eh, Mas. Andine masih menginap. Koper Mas taruh di kamar saya aja." Cegah Anin sebelum Kenan membuka pintu kamar yang biasa ia tempati.
"Oh, Andine belum balik ke Solo ?" tanya Kenan.
"Belum, panjang ceritanya. Sini saya bantu." Anin mengambil alih koper yang dibawa Kenan. Membawanya ke kamar. Kenan menyusul di belakang.
"Mas Ken mau di buatin makanan ?" tanya Anin.
Kenan menggeleng, duduk di ranjang Anin sambil melepas sepatunya.
"Nggak usah, Ning. Saya ngantuk." Kenan berjalan ke arah Anin, mengambil baju ganti dari dalam koper.
Ia melepas kemeja birunya, dan menggantinya dengan kaos polos berwarna hitam. Anin langsung mengalihkan pandangannya, malu. Ia pernah melihat Kenan berganti pakaian beberapa kali, tetap saja ia masih malu.
Setelah berganti pakaian Kenan kembali merebahkan tubuh lelahnya di ranjang Anin.
"Kamu, ngapain bengong di situ ? Sini, tidur lagi. Masih malem." Kenan menepuk tempat kosong di sebelahnya.
"Engh... iya." Jawab Anin pelan. Ia menarik selimutnya dan tidur tepat di sebelah Kenan.
"Kamu nggak keberatan kan saya tidur di sini ?" tanya Kenan sedikit menggumam. Sepertinya Kenan sudah mengantuk berat. Wajar, ia baru saja menempuh perjalanan jauh.
"Nggak kok." Jawab Anin. Setelah itu tak ada pembicaraan lagi. Terdengar suara napas Kenan yang teratur. Sepertinya Kenan sudah tertidur. Anin memberanikan diri menoleh ke arah suaminya. Kenan tertidur dengan posisi miring membelakanginya.
Anin menghembuskan napasnya pelan. Berada sedekat ini dengan Kenan masih membuatnya gugup luar biasa. Ujung-ujungnya Anin sulit tidur hingga pagi seperti pengalaman yang sudah-sudah.
.......
Kenan terbangun dari tidurnya yang lelap. Sudah pukul delapan pagi. Ia melewatkan waktu sholat subuh karena keasyikan tidur. Setelah mandi, Kenan keluar dari kamar Anin. Di ruang makan yang menyatu dengan dapur, Anin dan Andine tampak asyik mengobrol sambil menikmati sarapan.
"Lho, udah bangun ?" sapa Anin.
"Eh, mas Kenan kapan sampai ?" tanya Andine kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIL ROUGE
RomanceAnindya Ningrum, gadis berjiwa bebas dan penuh mimpi, sama sekali tidak menduga bahwa kehidupannya telah di atur sedemikian rupa. Dengan siapa dia akan menikah ? bagaimana ia harus bersikap ? Anin tidak pernah tahu, bahwa sejak kecil sang kakek tela...