"Udahlah, Sof. Nggak usah cantik-cantik. Biasa aja. Belum tentu juga dianya ganteng." Gerutu Anin saat Sofia sibuk memulas blush on di wajahnya.
"Din, kasih tahu kakakmu nih. Dia cewek bukan sih." Adu Sofia, gemas.
Andine hanya mencebik. Mungkin terlalu bosan menceramahi Anin tentang pentingnya make up untuk menunjang penampilannya.
Anindya lahir enam menit lebih dulu ketimbang Andine. Iya, mereka kembar. Tapi, kembar fraternal. Mereka sama sekal tidak mirip untuk di katakan sebagai anak kembar. Andine memiliki alis dan rambut yang lebih tebal dibanding Anin. Pipi Andine lebih tirus, sedang Anin sedikit lebih chubby. Yang membuat mereka terlihat sama adalah mata bulat dan senyum manisnya.
"Aku tuh udah capek ngasih tahu dia. Dasarnya aja sahabatmu itu bebal, Sof." Sahut Andine.
"Sini, rambut kamu aku rapihin dulu." Andine begitu antusias menyulap penampilan kakaknya yang terbiasa natural menjadi super cantik.
"Jangan terlalu berlebihan, Din. Nanti kesannya aku kayak tante-tante." Protes Anin.
"Ssttt... diem deh, Ning. Jangan banyak protes. Masa kamu meragukan kehebatanku." Sahut Andine. Sofia terkikik mendengar perdebatan dua kakak beradik itu.
Anin dan Andine memang dua pribadi yang berbeda. Sejak kecil Anin terbiasa tampil apa adanya dan terkesan tomboy. Berbeda dengan Andine yang lebih feminin dan centil. Apalagi profesi yang Andine geluti saat ini sebagai Beauty Vlogger mengharuskan dia tampil dengan full make up di setiap aktifitasnya. Mana mungkin seorang Andine tampil kucel, bisa-bisa penggemarnya kabur.
Setelah sejam lebih Anin pasrah dipermak habis oleh sahabat dan adiknya. Akhirnya, kini gadis itu bisa bernapas lega.
"Nah, udah cantik." Seru Andine heboh. "Nggak sia-sia kan, Ning. Punya adik beauty Vlogger and beauty consultant." Canda Andine.
Anin menatap pantulan dirinya di cermin. Memang berbeda dari penampilannya sehari-hari. Untuk kali ini Anin merasa berkah memiliki adik centil seperti Andine. Tak berapa lama wajahnya kembali murung. Mengingat beberapa jam lagi ia akan bertemu calon suaminya.
"Kok muka kamu jadi ditekuk gitu sih, Nin ?" Tanya Sofia, ketika wajah sendu Anin berhasil tertangkap indera penglihatannya.
Andine yang sedang merapihkan peralatan make up-nya pun menoleh.
"Yah, jangan murung begitu dong, Ning. Sia-sia kan make up ku kalau kamu sedih gitu." Andine duduk bersandar pada meja rias Anin.
"Aku takut." Jawab Anin lirih.
Andine meraih tangan kakaknya. Menggenggamnya erat dan membisikkan bahwa semua akan baik-baik saja.
"Tenang, Ning. Percaya sama Eyang. Pilihan eyang itu yang terbaik. Eyang nggak mungkin memilihkan jodoh yang salah buat kamu. Kamu kan cucu kesayangan eyang."
KAMU SEDANG MEMBACA
FIL ROUGE
RomanceAnindya Ningrum, gadis berjiwa bebas dan penuh mimpi, sama sekali tidak menduga bahwa kehidupannya telah di atur sedemikian rupa. Dengan siapa dia akan menikah ? bagaimana ia harus bersikap ? Anin tidak pernah tahu, bahwa sejak kecil sang kakek tela...