Arti Cinta

1.2K 154 32
                                    

Pagi ini begitu cerah, memancing segerombolan burung bernyanyi dengan riang dibalik pepohonan rindang. Sinar matahari nampak malu-malu mengintip dari celah-celah jendela kamar Kenan. Laki-laki itu terbangun, seperti deja vu melihat Anin tertidur dalam dekapannya. Ia tersenyum, teringat malam pertama yang ia lewati bersama Anin. Semalaman Kenan terjaga saat Anin tertidur dalam dekapannya. Kala itu Kenan pun tak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah lelap Anin. Ketenangannya mampu menghipnotis Kenan untuk tak mengalihkan pandangannya.

Kenan enggan untuk beralih dari posisinya yang sekarang. Ketika Anin tertidur lelap dalam pelukannya. Anin tertidur membelakangi Kenan, tangan kekarnya memeluk pinggang istrinya posesif. Seolah menunjukkan kepemilikannya atas gadis itu. Kenan menghirup dalam-dalam wangi rambut Anin, ini adalah kenyamanan tersendiri untuknya.

Perlahan Anin bergerak dalam tidurnya, ia memutar posisi tubuhnya seolah tak sadar saat ini ia berada dalam dekapan sang suami. Jantung Kenan serasa berhenti berdetak, takut kalau-kalau Anin terbangun dan kaget seperti yang sudah-sudah saat menyadari ia berada dalam dekapan laki-laki itu. Cepat-cepat Kenan memejamkan matanya kembali, berpura-pura tidur agar istrinya tidak malu saat menyadari apa yang terjadi saat ia terbangun. Dalam hati Kenan berdebar.

Semenit... dua menit... tak ada pergerakan lagi dari Anin. Kenan sedikit membuka matanya, ternyata Anin masih tetap pulas. Tampaknya ia benar-benar lelah seharian kemarin. Dalam hati Kenan merasa bersalah sudah merepotkan istri kecilnya itu. Seharian kemarin Anin mengurusnya yang sedang sakit tanpa kenal lelah. Pelan-pelan, Kenan mengecup kening Anin. Gadis itu beringsut, balas memeluk suaminya, menyembunyikan wajahnya di dada bidang itu. Kenan makin mengeratkan pelukannya. Hingga tanpa sadar ia kembali tertidur dalam kenyamanan dekapan Anin.

Dengkuran pelan dan hembusan napas Kenan mengusik tidur Anin. Perlahan ia membuka matanya, menyadari satu hal yang rasanya berbeda. Sebuah pelukan hangat dan aroma musk khas Kenan. Anin menatap dada bidang yang kini menjadi sandarannya. Ia tersadar pada satu hal. Cukup pelan untuk dapat mengusik tidur suaminya, Anin menggerakkan sedikit kepalanya, mendongak, menatap Kenan yang tidur dengan tenang. Ia kembali menyadari satu hal. Kenan memeluknya begitu erat. Anin tersenyum. Ia menggeser sedikit posisi tubuhnya, berusaha mengagumi wajah lelap laki-laki berparas tampan itu. Namun, seolah Kenan tak mengijinkan Anin untuk menjauh. Laki-laki itu semakin mengeratkan pelukannya, memaksa Anin meringsek maju, hingga wajah gadis itu tenggelam dalam dada bidangnya. Anin kembali tersenyum, ia balas memeluk Kenan. Biar... biar seperti ini terus untuk beberapa saat. Kenyamanan ini tak akan bisa ia dapatkan lagi setelah Kenan terbangun. Jadi, biarkan seperti ini dulu.

.......

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, Kenan terbangung tanpa Anin di sisinya. Ia mengedarkan pandangannya keseluruh kamar, tidak ada Anin di sana. Ia memutuskan untuk bangun. Mencari keberadaan istrinya. Dengan langkah pelan ia berjalan menuruni tangga. Terdengar suara berisik dari arah dapur. Perasaannya lega saat melihat Anin dan Mbok Rumi yang sedang sibuk memasak. Tampaknya Anin belum mandi. Gadis itu mengikat rambutnya yang berantakan dengan asal-asalan. Piyama abu-abu itu masih sama seperti yang digunakan istrinya semalam. Cukup lama Kenan berdiru di anak tangga terakhir, mengamati Anin dari jauh yang sedang memasak sambil mendengarkan instruksi dari Mbok Rumi. Sesekali ia mengangguk sambil mengaduk masakannya saat Mbok Rumi menjelaskan perihal urutan bumbu-bumbu yang harus di masukkan terlabih dahulu.

Kenan tersenyum, wajah Anin terlihat begitu polos saat ia sedang bersungguh-sungguh mendengarkan. Getaran aneh itu kembali menjalar dalam hati Kenan. Semalaman ia berpikir keras saat terbangun, terlebih lagi saat memandangi wajah Anin yang serasa candu memaksanya untuk tetap mengagumi cantik alami gadis itu. Apakah ini cinta ? Entah, Kenan baru sekali merasakan jatuh cinta. Tapi, bersama Anin perasaan ini tampak berbeda. Perasaan itu muncul secara alami, tumbuh perlahan melalui proses yang begitu lama. Hingga akhirnya hari ini Kenan menyadari satu hal. Ada satu rasa yang begitu mengusiknya, terlebih lagi ketika ia menyadari tadi pagi istrinya tak ada. Kenan takut kehilangan Anin.

FIL ROUGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang