Kenan memijat pelipis matanya yang mulai berdenyut. Kepalanya sedikit pusing dan berkas yang harus ia periksa masih menumpuk. Baru saja ia ingin menyadarkan sejenak kepalanya di sandaran kursi kerjanya, seseorang mengetuk pintu. Tak lama kemudian muncul seorang gadis berwajah indo dengan senyum sumringah.
"Siang, Pak Boss. Ada ibunda ratu mau ketemu." Ujarnya sambil cengengesan.
Gadis itu Jane, sekretarisnya. Ia gadis yang periang dan cukup bisa diandalkan untuk membantu Kenan.
Kenan mengerenyit. Ibunya datang kenapa tidak langsung masuk. Kenapa harus Jane yang menyampaikan berita kedatangannya. Ini bukan jaman joseon kan? Biasanya ibunya akan langsung menyelonong tanpa disuruh."Iya, suruh masuk aja." Jawab Kenan.
Tak berapa lama, wanita anggun itu masuk. Berjalan dengan gemulai."Tumben sih, bu. Nggak langsung masuk aja." Tegur Kenan.
"Ibu takut ganggu kamu. Belakangan ini kamu sibuk sekali. Sampai nggak sempat menjenguk ibumu ini."
Kenan menghampiri ibunya yang telah duduk di sofa. Mencium tangan wanita yang telah melahirkannya.
"Ibu bawain kamu makan siang. Sudah lama to kita ndak makan siang bareng." Nastiti meletakkan beberapa kotak makan di atas meja. Membuka tutupnya sehingga aroma masakan sedap itu segera menyebar keseluruh ruangan Kenan.
Nasi liwet dengan beras merah, ikan cakalang jagung manis dan sayur bening bayam, jangan lupakan sambal tomat ternikmat buatan Mbok Tum. Ini menu favorit Kenan ketika ia masih kecil. Dan sudah hampir dua belas tahun Kenan sudah tidak pernah mencicipinya. Semenjak memutuskan tinggal berpisah dengan orangtuanya Kenan jadi terbiasa makan masakan restoran atau menu barat. Sudah lama ia tak menyantap masakan rumahan seperti sekarang ini.
"Tinggal dua minggu lagi kamu menikah. Sempatin pulang kerumah. Ibu tuh kangen sama kamu. Kamu anak ibu satu-satunya malah selalu sibuk sama bisnis kamu sampai mengabaikan ibumu sendiri." Keluh Nastiti.
Kenan yang tengah menyuap makanan kemulutnya jadi merasa bersalah. Ia tidak bermaksud seperti itu.
"Besok ibu mau ke Bandung. Mau ketemu calon mantu ibu. Nanti ibu mau bilang sama Ning, kalau sudah menikah sama kamu harus sering-sering menjenguk ibu sama bapak. Jangan kayak suaminya." Sindir Nastiti lagi.
"Injih, kanjeng ibu." Kenan sadar berdebat dengan ibunya tak akan membuahkan hasil apapun. Ia dan ayahnya adalah tipikal orang yang sama. Memilih mengalah demi kedamaian di rumah. Jangan dikira ayah Kenan adalah orang yang diktator. Ia jauh dari gambaran itu, meski memiliki embel-embel gelar sekaligus keturunan murni keraton, beliau jauh dari kata sombong atau angkuh. Ayah Kenan adalah orang yang bersahaja dan sayang pada keluarganya.
"Kamu sudah carikan apartemen untuk Ning selama dia melanjutkan kuliahnya setelah menikah? Kalau bisa jangan tinggal di kostan lagi, Ken. Nanti apa kata orang kalau kamu menginap di kostan Ning. Di apartemen bisa lebih bebas. Apalagi kalian suami-istri nantinya."
Kenan menghela napas (lagi), menghadapi kecerewetan ibunya. Setidaknya sudah dua minggu ini sang ibu rutin mengunjunginya, memaksanya melakukan ini dan itu. Apalagi ini sudah menjelang hari besarnya. Semakin banyak hal yang harus ia kejar. Belum lagi Dian juga berkali-kali menawarkan paket bulan madu romantis.
Bulan madu romantis? Membayangkan babak selanjutnya dari pernikahan ini saja Kenan tidak berani.
"Yasudah, selesaikan pekerjaanmu. Supaya saat acara pernikahan nanti kamu ndak harus sibuk dengan urusan bisnismu. Harusnya si Londo bisa bantu kamu handle. Katanya perusahaan bersama." Keluh Nastiti seraya merapikan peralatan makan Kenan.
"Roland, bu. Bukan Londo." Ralat Kenan sedikit geli dengan sebutan ibunya untuk rekan bisnis sekaligus sahabatnya sejak dibangku kuliah.
"Ya mbohlah, pokoknya yang kayak wong londo."
KAMU SEDANG MEMBACA
FIL ROUGE
RomanceAnindya Ningrum, gadis berjiwa bebas dan penuh mimpi, sama sekali tidak menduga bahwa kehidupannya telah di atur sedemikian rupa. Dengan siapa dia akan menikah ? bagaimana ia harus bersikap ? Anin tidak pernah tahu, bahwa sejak kecil sang kakek tela...