Pelarian

585 79 24
                                    

Keano menemani Anin ngopi di sebuah kafe favoritnya.

"Lagi-lagi aku kalah telak." Ujar Keano. Anin yang tengah sibuk membuka buku menu menghentikan aktifitasnya dan menatap Keano bingung.

"Gimana?" Tanya Anin.

Keano menatap setiap sudut kafe. "Ya ini..." menunjuk sekeliling kafe.

"Padahal belakangan ini aku lagi sering banget bolak-balik Bandung. Tapi, aku nggak tahu ada tempat sebagus ini buat ngopi."

Anin tersenyum, "Aku harus bangga atau kasihan sama kamu?" Candanya.

"Mas Kenan nggak nemenin kamu, Nin?" Tanya Keano, pasalnya semenjak bertemu Anin kemarin.

Anin menggeleng, "Justru aku butuh me time. Aku tuh cuma lagi bosan aja sama rutinitasku." Jawab Anin. Keano bisa mencium kebohongan dari gelagat dan cara bicara Anin. Ia memilih tak menghiraukan kebohongan itu.

"Rencana berapa lama kamu di Bandung?"

Anin mengangkat bahunya sebagai jawaban.

"Sampai aku bosen." Jawab Anin santai.

"Mau aku temenin nggak? Tapi, sampai akhir minggu ini aja. Atau kamu yang nemenin aku, aku lagi ada project pemotretan nih." Tawar Keano.

Anin tampak berpikir sejenak. Kemudian ia mengangguk sambil tersenyum, "bolehlah, mumpung aku lagi gabut."

Keano mengangkat kedua alisnya mendengar alasan Anin. Ia kemudian tertawa. Laki-laki berwajah timur tengah itu selalu bisa menghangatkan suasana.

"Jadi gabut nih sekarang?" Canda Keano. Anin menggedikkan bahu kemudian tertawa.

"Jadi ibu rumah tangga itu nggak mudah lho, kadang banyak bosennya. Udah apply lamaran kerja dimana - mana belum ada panggilan juga. Yaah..jadi banyak gabutnya. By the way kalau pas kamu ada kerjaan boleh lah ajak aku sebagai tenaga freelance. "

Keano tampak berpura - pura berpikir sambil mengetuk - ngetukkan telunjuknya di kening.

"Hmm...boleh lah ide kamu itu, nanti akan aku pertimbangkan. Tapi... ada tapinya nih. Kamu harus ijin dulu sama suami. Nggak enak aku kalau sampai kena damprat bawa pergi istri orang tanpa ijin"

Anin hanya tertawa, ada kegetiran di dalam tawanya. Keano hanya melirik Anin menyembunyikan berbagai tanya yang saat ini berkecambuk di kepalanya. Ada rasa khawatir, namun juga lega karena di saat kalut justru ia yang menemukan Anin. Takdir memang sebercanda ini pada hidupnya.



********

Kenan sama sekali tidak bisa berkonsentrasi pada apapun yang sedang ia kerjakan saat ini. Pikirannya bercabang kemana - mana. Pada kesehatan Taskia, pada keberadaan Anin yang sama sekali tidak ia ketahui, dan pada keberadaan Paulo yang saat ini pun tengah ia cari.

Kenan menghela napas berat, beberapa jam yang lalu ia menelpon mertuanya di Solo bermaksud menanyakan keberadaan Anin di sana, nyatanya nihil. Anin sama sekali tidak kembali ke rumah orangtuanya. Padahal Kenan berharap istrinya ada di sana supaya ia tak perlu merasa khawatir sampai hampir gila rasanya. Setidaknya  jika Anin kembali ke sana, istrinya punya tempat untuk berkeluh kesah dan menumpahkan kekesalannya terhadap Kenan pada siapapun yang ada di sana.

"Di sini to kowe, Ken ?!" Dian muncul bersama dua sahabatnya yang lain, Sasha dan Citra.

Sasha dan Citra langsung duduk di ruang tamu rumah orangtua Kenan sebelum laki - laki itu mempersilakan mereka untuk duduk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FIL ROUGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang