A New Chapter Begin

783 134 29
                                    

Sedari pagi benar Anin dan keluarga besarnya telah tiba di keraton Surakarta. Acara pernikahannya sendiri dilangsungkan ditempat ini atas kesepakatan keluarga Keraton dan keluarganya. Anin dan keluarganya menempati Keraton Kidul, tempat para tamu penting keraton biasanya singgah.

Gadis itu tengah merapikan pakaiannya manakala seseorang mengetuk pintu kamar yang ia tempati dari luar.

Tok...tok...tok...

Anin bergegas membukakan pintu. Tampak seorang emban menghadap, memberi hormat pada Anin.

"Nyuwun sewu, Raden Ayu. Kanjeng Gusti Susuhan mengutus saya untuk menjemput Raden Ayu ke Keraton Wetan." Ujar Emban tersebut.

"Keraton Wetan?". Tanya Anin sedikit bingung. Mengapa ia harus ke sana?

"Lho, memangnya kenapa saya harus ke sana, Nyai ?".

"Nyuwun sewu, Raden Ayu. Menurut perintah Gusti Pangeran Harya Dwi Handaru, kamar pengantin Raden Ayu dan Raden Mas terletak di sana. Jadi selanjutnya Raden Ayu akan tinggal di Keraton Wetan sampai acara akad dan resepsi dilaksanakan." Jawab emban tadi.

Anin mengangguk paham. Tapi, barang-barang bawaannya sudah terlanjur ia tata dilemari.

"Jangan khawatir, Raden Ayu. Nanti akan ada orang yang khusus membawakan barang-barang Raden ke tempat tinggal Raden yang baru. Mari, Raden Ayu. Kereta kudanya sudah menunggu di depan." Ajak Emban tersebut.

Anin berjalan mengukuti wanita berkebaya dengan motif lurik itu hingga ke taman depan, tempat kereta kuda utusan ayah Kenan menanti. Sebuah kereta kuda yang nantinya juga akan digunakan oleh Anin dan Kenan saat kirab manten berkeliling kota Solo.

 Sebuah kereta kuda yang nantinya juga akan digunakan oleh Anin dan Kenan saat kirab manten berkeliling kota Solo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kereta kuda itu berjalan perlahan saat Anin telah duduk di dalamnya. Entah mengapa jantung gadis itu berdebar begitu cepat. Hari ini akhirnya tiba. Hari dimana semua kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat. Hari yang tak pernah Anin bayangkan akan datang secepat ini. Tangannya mendadak gemetar dan hatinya kalut. Telapak tangannya berkeringat dingin. Bahkan tatapan matanya seperti kosong, pemandangan disekitar Keraton Surakarta Hadiningrat seolah tak menggugah kekagumannya sama sekali. Padahal kalau ditilik lebih jelas, tempat ini begitu luas dan terdiri beberapa bangunan megah yang sebagiannya dibuka untuk umum.

Sudah tampak keriuhan meski hari masih terlampau pagi. Semua orang terlihat sibuk dan seolah diburu waktu. Anin bisa melihat keindahan dekorasi disepanjang jalan yang ia lewati. Ini menjadi pernikahan termegah pertama setelah sekian tahun keraton Surakarta sepertinya terlelap oleh gempita pesta pernikahan. Kenan adalah pangeran pertama calon penerus tahta.

Kereta kuda itu berderit sebelum benar-benar berhenti. Anin masih termangu. Seolah ia tak sadar bahwa ia telah tiba ditempat tujuannya. Hingga seorang abdi dalem membuka pintu kereta kencana berpelitur coklat itu.

"Nyuwun sewu, kita sudah sampai, Raden Ayu." Ujar Bekel anom berpakaian hitam dengan blangkon menghiasi kepalanya. Anin tampak linglung, ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Perlahan ia turun. Seorang abdi dalem perempuan yang usianya terlihat lebih tua dari ibunya, datang menghampiri. Membungkuk memberi hormat.

FIL ROUGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang