R.A. Anindya Nigrum

1K 128 3
                                    

Pagi ini terlalu indah untuk di lewatkan oleh Anin. Gadis cantik bermata bulat itu berdiri sambil merentangkan tangannya, menghalau cahaya matahari yang menyinari balkon kamar hotelnya.

"Good morning beautiful world, good morning people !!" Teriak Anin dengan suara nyaring.

"Heh, Nin. Ojo edan kowe." Tegur Sofia, sahabat Anin.

Sofia baru bangun tidur. Rambutnya masih acak-acakan, after party gadis berambut panjang itu langsung terlelap. Ia sedikit mabuk di acara pesta pernikahan Yovita dan Samuel semalam. Ya, salah satu sahabat Anin menikah dengan bule, jadi jangan kaget kalau ada minuman beralkohol di acara pesta resepsinya.

"Heh, Nin.. telpon dari ibumu." Seru Sofia dari dalam kamar.

Anin bergegas masuk. Meraih ponsel yang ia carge di atas meja rias. Tertera nama sang bunda di sana.

Ibu ? Dalam hati Anin bertanya-tanya.
Pasalnya ia sudah pamitan pergi ke Jogja selama lima hari. Dan ini baru hari kedua.

"Hallo, bu." Sapa Anin.

"Assalamualaikumnya mana?" tegur Nimas, ibu Anin.

Anin memutar bola matanya jengah. Ia lupa mengucap salam.

"Assalamualaikum, ibunda ratu." Ujar Anin, kemudian ia tertawa cekikikan mendengar omelan ibunya dari ujung sana.

"Wa'alaikumsalam. Ning, Bapak nyuruh kamu pulang besok." Ujar Nimas.

"Lho, ono opo to,bu ? Kok mendadak ? Kan Ning pulangnya baru hari selasa." Jawab Anin sedikit bingung. Pasalnya ia sudah ijin sampai selasa depan. Kenapa mendadak disuruh pulang ?

"Memangnya bapak sakit ?" Tanya Anin sedikit khawatir kalau-kalau sang ayah mengalami serangan jantung seperti tempo hari.

"Ndak, bapak sehat. Pokoknya besok pulang, Ning. Ini perintah bapakmu."

Anin menghela napas. Ia tidak bisa berbuat apa-apa kalau ibunya sudah mengulitimatum seperti itu.

"Iya, iya. Besok Ning pulang." Sahut Anin pasrah.

"Yawes, jangan macem-macem ya selama di Jogja. Ibu ndak bisa percaya kalau kamu perginya sama Sofia. Lha wong dia aja susah jaga dirinya sendiri, gimana mau jaga kamu." Cerocos Nimas panjang lebar.

"Yaudah ya, Bu. Telponnya tak tutup dulu. Ning mules. Mau ke wc." Potong Anin saat alarm peringatannya berbunyi. Kalau ibunya mulai keluar petuah, itu tandanya ia harus siap menjadi pendengar selama sejam non stop. Makanya Anin memilih segera menyudahi pembicaraan mereka sebelum ibunya terus membahas tentang Sofia.

Usai meletakkan ponselnya kembali, Anin berniat mengajak Sofia berjalan-jalan menikmati suasana Jogja di pagi hari sebelum ia kembali ke Solo.

"Yah, si kebo ini masih enak aja tidur." Gumam Anin saat melihat Sofia kembali tertidur pulas dengan posisi meringkuk seperti kucing kedinginan.

Anin tidak mau liburannya sia-sia dengan bermalas-malasan di kamar hotel. Maka ia memutuskan untuk berjalan-jalan seorang diri. Waktunya tinggal hari ini saja. Sayang kalau dilewatkan tanpa kenangan.

Sekarang sudah pukul delapan pagi, saat Anin meninggalkan hotel. Ia memilih pergi ke Taman Sari yang letaknya tidak terlalu jauh dari hotel tempatnya menginap. Anin hanya perlu naik becak untuk sampai ke sana. Sensasi naik becak di pagi hari itu menyenangkan. Hembusan angin pagi serasa sejuk menyentuh pori-pori kulit. Sesekali Anin mengabadikan objek menarik menggunakan kamera ponselnya. Jalanan Jogja memang padat, tetap saja tidak sepadat jalanan Jakarta. Beberapa 'bakul' atau pedagang sedang menjajakan dagangannya di pinggir jalan. Anin memutuskan berhenti tak jauh dari pintu masuk Taman Sari saat tanpa sengaja melihat ibu-ibu pedagang kue gethuk tengah melayani pembelinya. Mendadak Anin ingin makan gethuk, salah satu jajanan pasar favoritnya. Setelah membayar ongkos becak, Anin berjalan menghampiri si penjual gethuk, seorang ibu paruh baya dengan pakaian khas wanita jawa. Lengkap dengan sanggul kecil menghiasi kepalanya.

FIL ROUGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang