Detik Kebersamaan

872 138 25
                                    

Kenan masuk ke dalam kamar pengantinnya dan mendapatkan isterinya telah tertidur begitu lelap. Masih tampak gurat kelelahan pada wajah gadis itu.

Ia berjalan perlahan menuju meja rias, melepas blangkon dan beskap yang dipakainya. Rasanya sedikit lega setelah sebelumnya ia merasa sesak selama berjam-jam. Kenan duduk di depan meja rias cukup lama. Menatap Anin dari balik pantulan cermin besar di hadapannya. Gadis itu tidur menghadap kiri, dengan telapak tangan kiri sebagai bantalan kepalanya. Kenan menghela napas. Beralih menatap jari manisnya yang kini telah berhias cincin emas putih berukirkan nama Anindya Ningrum pada bagian dalamnya. Ia kini adalah suami dari gadis itu. Gadis sederhana yang entah bagaimana, tiba-tiba memiliki ikatan dengan dirinya tanpa ia ketahui. Ikatan benang merah yang sudah lama dibuat oleh kakek-kakek mereka.

Kalau biasanya sepasang pengantin baru begitu menantikan malam pertama mereka. Kenan justru sebaliknya. Ia malah bingung dan resah, berbagi ranjang dengan orang lain rasanya sedikit aneh. Kenan berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar membasuh tubuhnya yang terasa lengeket. Sesungguhnya malam ini bukan akhir dari keribetan dalam hidupnya. Masih ada esok hari yang tak kalah melelahkan. Esok justru puncak dari acara pernikahannya. Sang Eyang sengaja mengadakan pagelaran tari dan wayang semalam suntuk.

Kenan kembali ke kamarnya setelah mandi. Ia masih mendapati Anin tertidur dengan posisi yang sama. Kenan tampak berpikir sejenak. Menatap setiap sudut kamarnya. Tak ada tempat lagi untuknya merebahkan tubuh. Satu-satunya tempat ternyaman adalah ranjang pengantinnya. Setelah berpikir cukup lama Kenan memutuskan tidur disebelah Anin, setelah sebelumnya mengunci pintu kamarnya.

Perlahan, pangeran muda itu merebahkan tubuhnya. Berusaha sebisa mungkin tidak menimbulkan gerakan yang bisa mengusik tidur lelap isterinya. Baru saja Kenan menarik selimut dan bersiap untuk tidur, Anin berbalik dan memeluknya tanpa sadar. Kenan menahan napasnya seketika karena terkejut. Dadanya berdebar tak karuan saat ujung hidung bangir Anin bersentuhan dengan lehernya. Ia bisa merasakan hembusan napas hangat gadis itu. Membuat desiran darahnya mengalir cepat. Kenan menelan salivanya, berusaha menenangkan jantungnya yang bergemuruh. Nalurinya sebagai laki-laki meronta dihadapkan pada situasi seperti ini. Hanya saja hati nuraninya menolak untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan. Walau sebenarnya itu hal yang sah-sah saja ia lakukan kepada isterinya. Kenan tidak mau mengambil haknya tanpa kesepakatan dengan Anin. Dan ia tidak ingin melakukannya tanpa cinta. Pelan-pelan Kenan melepaskan pelukan Anin pada pinggangnya. Kembali berusaha mati-matian agar setiap gerakannya tidak mengusik Anin. Memperbaiki posisi tidur Anin adalah sebuah tantangan tersendiri untuknya.

Setelah memastikan Anin dalam posisi 'aman' di dekatnya. Kenan meletakkan guling sebagai pembatas antara mereka berdua. Kenan kembali merebahkan tubuhnya. Dalam hitungan menit akhirnya ia bisa terlelap.

.......

Cahaya matahari yang menembus melalui celah ventilasi kamar, cukup mengganggu tidur nyenyak gadis itu. Ia mengerjapkan matanya perlahan. Mengumpulkan seluruh kesadarannya yang masih mengambang. Ada yang aneh pagi ini. Ia menangkap dengkuran halus dan aroma yang sedikit tidak asing berada begitu dekat dengannya. Pandangannya yang kabur secara perlahan kembali. Anin terkejut setengah mati saat melihat siapa yang berada begitu dekat dengannya. Ia mendapati dirinya tengah memeluk Kenan pagi itu. Sontak Anin beringsut. Ia segera menarik dirinya menjauh sebelum Kenan terbangun dan mendapati mereka berdua berada dalam posisi begitu dekat tanpa jarak. Anin berbalik, mengusap dadanya yang berdebar tak karuan sambil ber-istighfar dalam hati.

Sesungguhnya Kenan telah bangun lebih dulu dari isterinya. Hanya saja laki-laki itu berpura-pura tidur saat Anin bangun dan belingsatan sendiri karena kaget. Kini ia membuka matanya perlahan, melirik Anin yang kini tengah memunggunginya. Samar-samar ia bisa mendengar isterinya bergumam. Kenan tahu Anin sudah bangun. Sekarang ia malah bingung sendiri, ia ingin ke kamar kecil. Cuma, ia bingung. Berada dalam satu kamar bersama Anin cukup membuat adrenalinnya bergejolak.

FIL ROUGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang