Kembali

911 146 41
                                    

Kenan duduk di kursi ruang tengah, melepaskan sepatunya. Anin yang melihat suaminya sudah pulang segera menghampiri. Menyuguhkan secangkir wedang jahe merah untuk Kenan. Sebuah kebiasaan baru untuk laki-laki itu. Dan Kenan menyukainya.

"Makasih, ya !" Ujar Kenan, tersenyum sambil mengangkat cangkir yang baru Anin letakkan di meja. Pelan-pelan Kenan menyeruput wedang jahe itu. Lumayan melegakan tenggorokannya.

"Mau langsung mandi atau makan dulu?"

Kenan tampak berpikir, kemudian menggeleng.

"Nggak keduanya." Kenan menepuk tempat kosong di sebelahnya. Meminta Anin untuk duduk di situ.

Anin mengerutkan keningnya, "ngapain ?" tanya Anin polos.

"Saya mau isi energi." Jawab Kenan santai. Sesantai itu wajahnya. Tak ada lagi Kenan yang dingin dan berwajah datar seperti awal-awal mereka menikah.

Anin tersenyum sambil menggelengkan kepala, ia bangkit dan duduk di sebelah Kenan. Tak menunggu waktu lama, Kenan langsung memeluk Anin dari samping. Menyandarkan kepalanya tepat di lekukan leher Anin. Menghirup dalam-dalam wangi khas gadis itu. Ini yang menjadi kebiasaan Kenan setiap pulang kerja.

Kalau ditanya apakah Kenan sudah jatuh cinta pada isterinya? Kenan sendiri masih bingung. Ia merasa terbiasa bersama Anin, kenyamanan dan kehangatan yang Anin berikan membuat Kenan merasa spesial. Dan gadis itu selalu tidak keberatan dengan perlakuan Kenan saat ini. Mereka terlihat begitu manis.

"Mas...!" Ujar Anin, membuka obrolan mereka.

"Hmm...!" Gumam Kenan masih belum bergeming.

"Aku ada interview besok." Lanjutnya, "Kamu keberatan nggak kalau aku kerja ?"

Kenan mengangkat kepalanya, menatap Anin dari samping. Gadis itu menunduk tak berani balas menatap suaminya.

"Dimana ?"

"Di Perusahaan kontraktor gitu. Di Daerah Jakarta Barat."

"Kamu udah tau tempatnya ?" tanya Kenan. Anin menggeleng.

"Belum sih. Tapi aku udah searching di map. Nanti tinggal naik taksi daring aja."

Kenan tampak berpikir sejenak. "Besok aku antar aja."

Anin terkejut mendengar perkataan Kenan barusan.

"Nggak usah, Mas. Besok kan Mas Ken kerja juga. Aku bisa kok, yakin bisa..."

Kenan menggeleng sambil mengusap pipi Anin.

"Nggak Ning, aku suami kamu. Aku wajib menjaga kamu."

Auwh...perkataan Kenan terdengar begitu manis bukan. Siapapun yang mengenal sosok laki-laki dingin itu pasti tak akan menyangka bahwa Kenan memiliki sisi romantis yang jarang ia tunjukkan pada orang lain.

"Besok aku yang antar. Fix no debat !" Kenan bangkit dari duduknya. "Aku mandi dulu."

Anin mengangguk. Menatap punggung suaminya yang berjalan menuju kamar mereka di lantai dua. Senyum Anin mengembang. Perasaannya begitu senang, perlahan ia meraba pipinya yang tadi disentuh Kenan. Padahal suaminya sudah sering bermanja padanya. Tapi, terkadang perlakuannya yang diluar dugaan tetap saja mampu membuat Anin berdebar tak karuan.

.......

Kenan masuk ke kamar dan mendapati Anin masih sibuk mematut diri di depan cermin. Padahal sekarang sudah pukul sebelas malam. Di ranjang mereka berserakan beberapa pakaian milik Anin yang baru selesai di coba.

FIL ROUGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang