"Berikan ini untuknya, saat dia terbangun nanti. Katakan ini adalah hadiah dariku sebagai ucapan terima kasih dan selamat ulang tahun." Ucap wanita itu saat menyodorkan paper bag entah berisi apa pada Aaron.
"Kau akan pergi?" Tanya Aaron saat melihat Alice yang berdiri dari duduknya dan berniat pergi.
"Iya, aku ingin melakukan hal yang telah lama kurencanakan. Berkeliling dunia dan menemukan pria seksiku sendiri." Jawab wanita itu setelah tersenyum begitu indah. Namun senyumnya tidak dapat melelahkan hati seorang Aaron Barnaby. Karena satu-satunya senyum yang ingin dia lihat adalah, senyum bahagia seorang Evelyn Geraldo.
Alice melangkah pergi dari sana dan meninggalkan Aaron yang masih duduk dengan tenang, kini dua paper bag di atas meja berada di hadapannya.
Berbagai macam pikiran terbentuk di dalam kepala pria itu. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya tengah dia pikirkan, saat dering ponsel yang menandakan panggilan masuk menghentikan lamunannya.
Drrt...drrt...drrt...
"Halo." Ucap Aaron saat menerima panggilan itu.
"Tuan, Nona--"
***
Malam yang panjang, angin dingin yang menerpa, keheningan yang mencengkam, rasa sedih yang datang tanpa diundang dan kesepian yang berkepanjangan.
Semua itu kini di buang ke belakang oleh keluarga Geraldo dan Barnaby saat kabar yang tidak terduga datang di malam yang panjang ini.
Rasa khawatir dan cemas menyelimuti, membuat beberapa dari mereka bahkan tidak mempedulian bagaimana penampilan mereka saat ini yang sangat berantakan.
Kekhawatiran terlihat jelas pada raut wajah mereka yang menanti di lorong rumah sakit yang sepi itu, saat suara seseorang yang berlari terdengar dan memecah kesunyian. Semua orang bahkan tahu apa yang tengah dia rasakan dari suara langkah kakinya yang cepat.
Semua orang yang ada di sana menoleh, untuk mendapati pria dengan setelan formalnya yang tidak di ganti sejak pagi ini. Keringat bercucuran, ekspresi khawatir terlihat jelas dan nada suaranya yang lemah namun jelas terdengar.
"Apa...apa yang terjadi?" Tanyanya pada semua orang yang ada di sana. Namun tidak ada jawaban, entah mereka tidak tahu harus menjawab apa, atau mereka tidak sanggup menjawabnya.
Aaron segera menatap pada ruang rawat inap yang tertutup dengan seorang dokter dan beberapa perawat yang terlihat khawatir dan tengah berusaha.
"150 joule." Ucap sang dokter yang kini tengah ada di atas Evelyn dengan alat Difibliator di tangannya.
Sang perawat segera melakukan perintah dokter yang langsung meletakkan alat itu di atas dada Evelyn. Membuat wanita yang masih menutup matanya itu, melonjak dari ranjang, namun tidak ada perubahan apapun yang terjadi.
Dokter sekali lagi meletakkan alat di tangannya pada dada Evelyn, dan sekali lagi wanita itu melonjak, tapi irama jantung pada alat terus sama.
"200 joule." Ujar dokter dan kembali meletakkan alat itu di dada Evelyn. Gerakan yang sama kembali terjadi, namun garis hijau di layar alat, tidak berubah.
Tidak. Tidak. Evelyn, kumohon.
Ruangan dengan AC itu terasa tidak beefungsi, saat keringat yang muncul akibat berbagai usaha yang di lakukan dokter turun dengan deras. Tatapan khawatir, gerakan tangan yang cekatan dan berbagai kata penuh perintah pada perawat terus terlontar, sebagai bukti usaha yang di lakukan untuk membuat garis di layar kembali bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
RomanceMereka telah saling mengenal sejak kecil, namun ini bukanlah hubungan akrab teman masa kecil sebagaimana terjadi pada umumnya. Dia pernah hampir membunuhnya pada saat pertemuan pertama mereka. Sedangkan dia selalu mendorongnya menjauh dan terus me...