It's You 3

9.9K 606 12
                                    

Waktu terus berjalan, malam semakin larut dan satu persatu tamu undangan mulai meninggalkan tempat pesta setelah sekali lagi mengucapkan selamat diikuti berbagai doa baik untuk pemeran utama dalam pesta tersebut.

Saat tamu undangan terakhir keluar, itu merupakan waktu bagi keluarga inti berkumpul untuk membuat waktu yang tersisa di hari itu menjadi semakin berharga.

Di dalam ruangan kerja dengan ukuran yang cukup luas, lima orang telah berada di posisinya masing-masing. Para anak Geraldo telah bersiap memberikan hadiah dan ucapan selamat untuk orang tua mereka yang tengah berbahagia.

"Ayah, Ibu. Selamat hari jadi pernikahan kalian." Ujar Falicia dengan penuh keceriaannya seraya memberikan sebuah hadiah diikuti dengan pelukan yang disambut hangat oleh Helen dan Alfred.

"Terima kasih Falicia."

"Selamat Ibu, Ayah. Kuharapa segala hal baik akan terus terjadi." Ucap Austin dengan senyum kecilnya yang khas.

Tanpa mengucapkan kata-kata manis seperti yang dilakukan kedua adiknya, Evelyn meletakkan sebuah kotak di atas meja kerja Alfred, dimana pria itu tengah duduk di kursi kebesarannya.

Menatap kotak itu, membuat ekspresi Helen dan Falicia terlihat senang dengan senyum lebar mereka, sedangkan Alfred menatap heran pada kotak yang di berikan oleh Evelyn.

Selama beberapa saat pria itu terdiam sebelum memilih untuk meraihnya dan membuka kotak tersebut. Seketika wajah yang tadinya tanpa ekspresi kini terlihat marah dengan Helen dan Falicia yang telah melunturkan senyum pada bibirnya.

"Apa maksud dari ini Eve?" Tanya Alfred berusaha menahan amarahnya, saat Helen diam-diam menggenggam tangan suaminya itu.

"Apakah kau sudah lupa Pak tua? Itu adalah anggur terbaik yang kupesan secara khusus. Itu juga anggur yang membuatmu secara tidak sengaja memilikiku sebagai seorang anak.

"Ah benar, aku juga sudah memesankan sebuah kamar hotel untukmu. Bagaimana? Apakah dua hadiahku membuatmu teringat pada seseorang?" Lanjut Evelyn seolah teringat akan suatu hal.

"Evelyn jangan--"

"Kau... tentu tidak akan melupakan Ibuku kan Alfred Geraldo? Anggur dan kamar hotel, anggap itu sebagai kebaikanku untuk membuatmu terus ingat pada orang yang membawamu pada kesuksesan saat ini." Setelah memotong kalimat Helen, wanita itu bahkan memanggil Alfred tanpa embel-embel Ayah.

"Cukup Evelyn." Ujar Alfred seraya menutup kelopak matanya berusaha untuk menahan amarah yang sudah diujung tanduk.

"Jangan menjadi seseorang yang tidak tahu terima kasih. Meski pernikahanmu dan Ibuku adalah sebuah tragedi, dia tetap memberi keuntungan padamu. Bahkan sampai saat ini aku tidak mengerti mengapa wanita seperti Ibuku menjadi begitu bodoh dalam memilih seorang pria." Kini Evelyn mengucapkan kalimat itu seraya menatap Alfred penuh dengan hinaan.

Manik mata almondnya menatap tajam pada pria paruh baya yang juga tengah menahan amarah akan setiap hinaan yang diucapkan putrinya padanya.

"Kau pikir siapa yang sedang kau hina ini Eve?" Tanya Alfred seraya mengepalkan telapak tangannya yang ada di atas meja. Tampaknya pria paruh baya itu juga tengah berusaha mati-matian untuk menahan emosinya.

"Orang bilang kau Ayahku, tapi rasanya tidak seperti itu. Haruskah kita kembali melakukan tes DNA?" Tanya Evelyn tanpa rasa takut dan terkesan menantang.

Brak.

"Tidak!"

"Ayah!" Teriak Helen dan Falicia dalam waktu bersamaan saat melihat Alfred melempar ukiran kayu yang tepat mengenai bahu telanjang Evelyn.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang