Di atas meja melingkar, empat orang dengan aura yang tidak biasa duduk bersama. Selama beberapa saat hanya ada keheningan di antara mereka dan tidak ada yang berniat untuk memecahkan keheningan tersebut. Sampai dua orang pelayan datang dengan sebuah troli tertutup berisi makanan pesanan mereka.
Saat makanan telah disajikan dan ketiga orang lainnya bersiap untuk memulai acara makan mereka, Aaron menatap jam yang melingkar pada lengan kirinya. Sikapnya menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak ingin berada di sini.
Alano yang tengah memotong steak, diam-diam menangkap gerak-gerik Aaron yang terus menerus menatap waktu. "Ada apa Aaron?" Tanya Alano seraya memberikan piring berisi steak yang telah dipotongnya pada istrinya.
Selama beberapa saat Aaron tidak menjawab, saat sosok seorang wanita yang mungkin tengah menunggunya muncul dalam pikirannya.
"Seseorang sedang menungguku." Jawab Aaron setelah kembali memfokuskan dirinya pada situasi saat ini.
"Tapi asistenmu mengatakan kau tidak ada janji makan malam, malam ini." Balas Alano dengan santai tanpa menyadari sikap Aaron yang perlahan berubah.
"Saya tidak ingat, pernah mengatakan Anda bisa mengetahui jadwal pribadi saya." Ujar Aaron dengan nada dinginnya.
Orang lain akan mulai gemetar saat mendengar nada dingin Aaron, namun kali ini Alano hanya tersenyum.
"Baik, aku salah." Ujar Alano.
"Kedatanganku dan istriku kemari untuk berterima kasih padamu."
"Benar, Aaron terima kasih karena kau bersedia untuk membantu pengobatan Alice. Jika tidak ada dirimu, aku tidak tahu bagaimana nasib Alice." Ucap nyonya Devonte.
"Pengobatan belum dilakukan dan kita tidak tahu kedepannya." Balas Aaron yang diam-diam mulai tidak sabar.
"Benar, tapi tetap saja kita berterima kasih." Ujar Alano lagi, karena dia merasa benar-benar berterima kasih karena keluarga Barnaby bersedia untuk membantu pengobatan putri sulungnya itu.
Mendengar basa-basi itu, Aaron tidak lagi menanggapi dan berdiri dari duduknya.
"Ku terima ucapan Anda. Jika begitu, saya mohon undur diri." Tepat saat pria itu bersiap untuk membuka pintu ruang pribadi itu. Suara Alano kembali terdengar.
"Aaron, tidak bisakah kau biarkan putriku tinggal lebih dekat denganmu?" Tanya Alano menghentikan langkah Aaron yang telah memegang ganggang pintu.
"Apa maksud Anda?" Tanya Aaron balik dan memandang Alano dengan tatapan semakin tidak suka.
"Bukan apa-apa. Aku hanya mengkhawatirkan Alice. Jika ada orang terdekat yang dia kenal, itu lebih baik. Tidak bisakah biarkan dia tinggal satu gedung denganmu?" Alano yang tampak tidak akan menyerah terus bertanya.
"Terserah. Jangan melebihi batas Anda." Balas Aaron dan setelah mengatakan hal itu, dia keluar dari ruang pribadi tersebut.
Pria itu berjalan melewati setiap tatapan orang yang di tujukan padanya dengan tidak peduli. Meski dia tahu kedatangannya kemari dengan keluarga Devonte akan menjadi berita, dia juga tidak peduli.
Biarkan orang lain terus menganggap bahwa dia dan Evelyn tidak terkait. Karena dengan itu, pemikiran orang yang ingin mencelakainya juga akan berkurang.
Saat Aaron mengendarai mobilnya, dia menatap waktu yang menunjukkan pukul delapan dan lebih sayangnya lagi, jarak antara restoran yang dipilih keluarga Alano jauh dengan restoran Olio.
Saat pria itu bersiap untuk menelphone Evelyn, sebuah kendaraan besar tampak datang dari arah berlawanan, dan anehnya kendaraan itu tampak berjalan menuju ke arah kendaraannya.
Lebih anehnya lagi jalan yang ia lalui sekarang, hampir tidak ada satu pun kendaraan yang lewat.
Aaron baru menyadarinya sekarang.
Kendaraan besar itu tampak akan menabraknya, dengan gesit pria itu memutar setir mobil ke arah kiri dan tidak mengurangi kecepatannya sama sekali, melihat hal itu pengemudi kendaraan besar itu juga mengikutinya dan memojokkan mobil Aaron ke arah pembatas jalan.
Tidak menyerah, Aaron semakin mempercepat mobilnya dan membelokkan setir ke arah kanan, yang mau tidak mau menabrakan pembatas jalan juga, karena dia tidak mengurangi kecepatannya. Dan beruntung kendaraan asing itu berhenti membuntutinya, mungkin karena mereka hampir berada di jalan yang mulai terlihat normal.
Sial.
Mengatur napasnya, pria itu mulai kembali tenang dengan cepat dan segera mencari ponselnya yang terpental entah kemana.
Sayangnya, mungkin karena benturan, ponselnya tidak bisa di hidupkan, lebih sialnya lagi, sepertinya dia tidak akan memiliki waktu untuk bertemu Evelyn.
Aaron kembali melajukan mobilnya.
Setengah jam kemudian dia tiba di depan restoran yang tampak tutup. Olio.
Menatap waktu yang menunjukkan tengah malam, tidak mengherankan jika Olio tutup.
Pada akhirnya hari ini dia tidak bisa bertemu dengannya.
^^^
Siang itu seorang wanita dengan penampilan dan kehadiran yang mampu menarik perhatian turun dari mobil yang di kendarai sopirnya di depan gedung Barnaby Corp dengan dua paperback yang tampak mahal.
Wanita itu memasuki perusahaan dengan ekspresinya yang datar dan tatapan matanya yang tajam. Penjaga pintu depan dan resepsionis bahkan tidak berani menghalangi jalannya.
Wanita itu berhenti tepat di depan lift yang bergerak ke lobby. Para karyawan yang tadinya juga menunggu lift, segera menyingkir dengan takut dan memberi ruang bagi wanita itu. Bahkan saat pintu lift terbuka dan karyawan yang berada di dalam lift seketika terkejut melihat wanita itu berdiri dengan tenang di depan lift.
Tidak menunggu lama mereka semua segera keluar dan memberi ruang kosong bagi wanita itu, tidak ada yang berani satu lift dengannya.
Wanita itu tidak lain adalah Evelyn Geraldo, siapa yang tidak tahu bagaimana kejamnya wanita itu?
Dan para karyawan perusahaan Barnaby Corp tahu, jika wanita itu adalah tunangan CEO mereka.
Tidak lama pintu lift itu terbuka dan berhenti di lantai paling atas, lantai yang hanya berisi ruang konfrensi dan kantor CEO, segera Evelyn keluar dari lift dan berjalan menuju kantor CEO.
Sekertaris yang melihat kedatangan Evelyn, tidak bisa tidak terkejut. Bahkan asisten Aaron yang baru saja keluar dari kantor CEO, terdiam melihat Evelyn yang sudah berada di depan pintu.
"No... Nona Evelyn." Ucap asisten itu terbata-bata dan secara tidak sengaja melirik ke arah ruang tunggu dengan kaca transparan sebagai dinding yang secara otomatis terlihat dari luar.
Melihat itu, Evelyn juga ikut melirik ke arah ruang tunggu, dimana seorang wanita berdarah Italia duduk di sana seraya menatap ke arah mereka dengan majalah di pangkuannya dan secangkir teh di atas meja.
Tanpa mengatakan apapun, Evelyn mengalihkan pandangannya dan masuk ke ruang kerja Aaron, bahkan asisten pria itu tidak menghalanginya, seperti bagaimana dia menghalangi Alice untuk masuk ke dalam ruangan Aaron.
Dia adalah satu-satunya orang yang selalu berani memasuki wilayah pribadi Aaron tanpa ijin.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
عاطفيةMereka telah saling mengenal sejak kecil, namun ini bukanlah hubungan akrab teman masa kecil sebagaimana terjadi pada umumnya. Dia pernah hampir membunuhnya pada saat pertemuan pertama mereka. Sedangkan dia selalu mendorongnya menjauh dan terus me...