Sebulan telah berlalu sejak pesta penuh topik hangat mengenai hubungan Evelyn, Aaron dan Alice. Dan tidak ada tanggapan sama sekali dari ketiganya.
Hanya bagaimana Aaron yang tampak semakin intim dengan Alice dan mampu menarik minat para media dan netizen dan semakin lama kehadiran Evelyn lah yang dianggap sebagai penganggu, seakan mereka lupa bahwa statusnya dan Aaron lebih jelas.
Namun sampai sekarang pun Evelyn tetap diam.
Di dalam kantor Evelyn, wanita itu sibuk dengan berbagai dokumen yang tampaknya tidak ada habisnya, meski kini dia tidak lagi meributkan masalah posisi direktur, tapi sampai sekarang dia masih tidak mau bertemu dengan Alfred.
Perubahan Evelyn membawa dampak bagi beberapa orang terdekatnya, termasuk asistennya. Meski tampaknya Evelyn tenang di luar, siapa yang tahu, jika wanita itu mungkin akan meledak tiba-tiba. Maka dari itu beberapa orang di sekitarnya berhati-hati.
Saat asistennya keluar dari ruangannya setelah mengambil beberapa dokumen yang telah di setujuinya, Evelyn mengalihkan pandangannya pada pemandangan di luar yang tampak suram dengan langit mendung dan awan kelabu.
Tampaknya akan hujan lebat.
Evelyn ditarik kembali dari lamunannya saat dering ponselnya yang menandakan panggilan masuk terdengar.
Menatap terkejut pada ID Caller yang tertera di layar ponselnya.
Aaron.
Terkejut karena pria itu hampir tidak pernah memanggilnya duluan.
"Iya nih." Adalah kata pertama yang Evelyn ucapkan saat mengangkat panggilan pria itu.
Berusaha menyembunyikan degupan jantungnya yang tampak tidak normal.
"Aku ingin bertemu denganmu untuk makan malam. Bisakah?"
Dan untuk pertama kalinya, Aaron berinisiatif untuk bertemu dengannya. Namun entah mengapa, Evelyn merasakan kegelisahan melanda dirinya, merasa bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Mengesampingkan perasaannya, wanita itu segera membalas, "Baik."
"Kutunggu pukul tujuh di Olio."
Itu adalah kata-kata yang Evelyn gunakan saat dia mengajak Aaron untuk bertemu, namun berakhir mengecewakan.
"Baik." Dan panggilan terputus.
Menatap linglung pada ponselnya, Evelyn bertanya-tanya apa tujuan Aaron mengajaknya untuk bertemu. Apakah pria itu akan kembali padanya? Atau meminta maaf telah membuat semua kekacauan ini?
Tidak mungkin.
Menyingkirkan pikirannya, Evelyn menatap jam yang masih menunjukkan pukul empat sore, masih ada beberapa jam untuk bertemu dan lebih baik dia melanjutkan pekerjaannya.
Tepat pada pukul enam, Evelyn menyelesaikan semua pekerjaannya. Bangun dari duduknya, wanita itu keluar dari ruang kerjanya seraya membawa tas miliknya.
Menuju ke parkir bawah tanah, Evelyn segera mengendarai mobil pribadinya dan menuju ke tempat untuk yang telah dijanjikan oleh Aaron.
Saat sampai tepat di depan restoran, petugas valet yang melihatnya menyapanya dengan hormat dan segera mengendarai mobilnya untuk diparkirkan.
Memasuki restoran, manajer restoran tersebut datang dengan tergesa-gesa dan menyambutnya dengan senyum hangat dan berkata, "Nona, Anda di sini." Dia adalah manajer yang sama yang mengusir Evelyn terakhir kali dan siapa yang akan menyangka, jika wanita yang hampir dia tendang keluar, kini menjadi pemilik restoran tersebut.
"Reservasi atas nama Aaron." Ujar Evelyn dengan cepat seraya melihat ke arah sekitar dan tidak menemukan pria itu.
"Tentu, Tuan Barnaby memesan ruang pribadi. Mari Nona." Pria itu menuntunnya ke arah ruang pribadi dan membuka pintu ruangan yang tampak masih kosong.
Evelyn duduk di sana dengan tenang dan tidak mempedulikan manajer yang diam-diam keluar dengan tenang dan meninggalkannya sendiri.
Beberapa menit kemudian, pintu ruangan tersebut kembali dibuka dan memperlihatkan seorang pria dalam balutan jas berwarna hitam yang di buat khusus untuknya, wanita manapun akan jatuh hati padanya saat pandangan pertama, bagaimana tatapan datarnya yang membuat jantung berdetak kencang dan bagaimana reputasinya yang sudah tersebar hampir di seluruh dunia.
Pria yang hampir sempurna.
Siapa yang tidak menginginkannya?
Bahkan Evelyn terus mengejarnya selama dua dekade lebih.
Duduk di hadapannya, Aaron tampak tidak berniat untuk memulai percakapan di antara mereka, sampai pelayan datang dan menyajikan makanan.
Detingan peralatan makan menjadi musik di dalam ruangan itu, tidak ada dari mereka yang ingin memecahkan keheningan tersebut. Sampai saat Aaron menyelesaikan bagiannya dan meletakkan peralatan makan, pria itu menyesap anggur yang di sajikan dan menatap lekat pada wanita di hadapannya.
"Evelyn, mari kita batalkan pertunangan ini dengan baik-baik." Ucap Aaron setelah meletakkan gelas anggur yang kosong.
Mendengar ucapan pria itu, menghentikan gerakan Evelyn yang tengah memotong steak. Namun itu hanya bertahan selama beberapa detik sebelum Evelyn kembali memotong steaknya dan bersikap seakan dia tidak pernah memdengar apa yang dikatakan Aaron.
Melihat ketidak pedulian wanita itu, Aaron kembali menuang anggur di dalam gelasnya dan kembali meneguknya habis sebelum menatap lekat pada Evelyn.
"Aku ingin menikahinya Eve." Dan hal itu kembali membuat Evelyn membeku, wanita itu balas menatap Aaron.
Meletakkan peralatan makannya, Evelyn tampak tidak berniat membuka mulutnya.
"Aku ingin menikahi Alice. Jadi kumohon, lepaskan aku."
Selama beberapa menit berlalu, tidak ada jawaban dari Evelyn yang memalingkan wajahnya dari Aaron.
Setelah beberapa saat, wanita itu membuka mulutnya dan berkata, "Apa kau... mencintainya?"
Pertanyaan itu tiba-tiba membawa rasa sesak dalam dirinya. Alih-alih menjawab, Aaron menatap lekat pada Evelyn tepat pada manik matanya, tampak berusaha mengetahui apa yang tengah wanita itu pikirkan dengan memberikannya pertanyaan tersebut.
"Benar, aku mencintainya." Jawaban itu adalah kejutan tidak terduga, entah bagi Evelyn ataupun Aaron yang masih menatap lekat pada Evelyn yang mengalihkan pandangannya.
Kata yang di harapkan oleh Evelyn, kini Aaron ucapkan. Sayangnya ucapan dan perasaan pria itu ditujukan untuk wanita lain.
Pada akhirnya, apakah penantian selama dua dekade yang dilakukannya menjadi sia-sia?
TBC
Maaf banget baru upload. Tugas menumpuk dan UAS mendekat h3h3
Hope you enjoy it :)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
RomanceMereka telah saling mengenal sejak kecil, namun ini bukanlah hubungan akrab teman masa kecil sebagaimana terjadi pada umumnya. Dia pernah hampir membunuhnya pada saat pertemuan pertama mereka. Sedangkan dia selalu mendorongnya menjauh dan terus me...