It's You 19

7K 494 7
                                    

Di mansion Barnaby

Rumah itu penuh keheningan seakan sesuatu mengancam kediaman itu dalam diam. Kehadiran Dario Barnaby yang tiba-tiba, mengancam mansion itu untuk berada dalam kekacauan.

Karena jika bukan masalah besar yang menimpa keluarga Barnaby, Dario yang sedang menikmati masa liburannya bersama sang istri, tidak akan tiba-tiba datang dan meminta bertemu dengan Aaron.

Saat itu, Aaron yang tampak baru saja keluar dari sebuah ruangan di bawah tanah mansion Barnaby, yang hanya beberapa orang ketahui, mendengarkan kepala pelayannya, bahwa ayahnya datang dan meminta bertemu dengannya.

"Aku akan mandi terlebih dahulu sebelum menemui ayahku." Ucap Aaron pada kepala pelayan tersebut yang mengangguk setuju saat melihat kemejanya yang terdapat beberapa bercak darah.

Dia yakin Tuan mudanya baru saja menyiksa seseorang.

Setelah selesai membersihkan dirinya, Aaron pergi ke ruang kerja dimana ayahnya berada saat ini.

Mengetuk pintu dan mendengar ijin dari ayahnya, Aaron membuka pintu ruangan tersebut dan mendapati wajah ayahnya yang terlihat tidak terlalu baik sejak awal. Itulah alasan kenapa kepala pelayan tampak khawatir saat menyampaikan pesan tadi.

"Duduk." Perintah Dario saat melihat Aaron yang tampak segar memasuki ruangan itu.

"Ayah." Sapa Aaron pada Dario yang masih tampak tidak senang saat melihatnya.

"Kau puas sudah mengakibatkan keributan ini?" Tanya Dario pada putra sulungnya yang tidak menunjukkan ekspresi apapun.

Alih-alih menjawab pertanyaan Dario, Aaron hanya diam menunggu ayahnya mengeluarkan semua kemarahannya.

"Katakan alasanmu yang sebenarnya Aaron." Lanjut Dario menatap lekat pada putranya, tampak seolah dia tidak ingin melewatkan sedetikpun perubahan emosi pada wajah putranya itu.

"Tidak ada alasan lain, aku hanya tidak mencintainya." Balas Aaron seraya mengalihkan pandangannya dari tatapan Dario.

Siapapun tahu, bahwa Aaron tidak berkata dengan jujur. Entah menipu orang lain atau menipu dirinya sendiri.

"Kau pikir dengan melepasnya, itu artinya kau sudah melindunginya? Kau pikir ada berapa mata-mata yang dikirim musuh kepada kita? Hanya ada satu? Tiga? Jika kau pikir telah membereskan semua itu, kau pikir mereka tidak bisa mengirim mata-mata lagi?" Tanya Dario berturut-turut yang kini mampu mengundang perhatian Aaron padanya.

Namun, kembali hanya keheningan yang membalas ucapan Dario. Tapi pria paruh baya itu tahu ada banyak hal yang ingin dikatakan Aaron, hanya saja putranya tidak tahu harus berkata darimana.

"Kau mencintainya bukan?" Pertanyaan tiba-tiba itu entah bagaimana menyebabkan rasa sakit tajam pada Aaron yang tampak sedikit mengernyit dan dalam beberapa detik, ekspresinya kembali normal.

"Omong kosong apa yang ayah katakan?" Balas Aaron dengan pertanyaan.

"Nak, aku dulu juga pernah berada di posisimu. Meraih cinta kita tidak pernah semudah yang orang lain gapai. Karena kita memiliki tanggung jawab yang sangat besar dan berbahaya. Namun jika aku melepaskan cintaku hanya karena takut, lalu apa aku tidak berhak bahagia hanya karena tanggung jawab dan posisi ini?"

"Aaron, jika kau tidak ingin kelemahanmu menjadi sasaran musuh, kau hanya harus menjadi lebih kuat." Lanjut Dario seraya menghela nafasnya saat melihat ketidak pedulian putranya akan apa yang ia ucapkan.

Dia hanya tidak ingin putranya lebih menderita dari ini.

"Melepaskan Evelyn hanyalah kesalahan fatal yang kau lakukan. Kau pikir kenapa kakekmu membuat perjodohan ini?" Tanya Dario berjalan mendekat ke arah Aaron yang menunduk seraya menyentuh bahu lebar dan ia yakini, bahu itu telah menanggung beban berat yang tidak pernah orang lain bayangkan dan hal itu membuat sesuatu dalam dirinya menjadi sedih.

"Ayah, hanya tidak ingin saat kau menyadari kesalahanmu, semua sudah terlambat." Ujar Dario dan keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan Aaron yang tenggelam dalam pikirannya.

Namun sebelum pintu menutup rapat, Dario dapat mendengar pecahan vas yang tampaknya sengaja di lempar.

"Tuan besar." Sapa kepala pelayan dengan hormat, namun tidak dapat menyembunyikan nada khawatirnya saat melihat Dario yang baru saja keluar dari ruang kerja dan dia juga mendengar sesuatu baru saja pecah.

"Periksa Aaron, mungkin saja dia terluka." Ujar Dario seraya berjalan menjauh tanpa menoleh.

Tidak ada yang tahu, bahwa di balik punggung itu ada berbagai macam perasaan menerpa Dario Barnaby saat melihat putranya saat ini. Perasaan bersalah, menyesal dan kecewa menerpa pria paruh baya yang masih tampak kuat itu. Dia merasa bersalah pada putranya untuk membiarkan Aaron menghadapi hal ini, dan dia menyesal dan kecewa pada dirinya sendiri.

Dirinya yang dulu, seharusnya bisa menghentikan semua ini, agar keluarganya dapat hidup sesuka mereka. Namun dia kalah dengan kelemahannya, hingga membuat putra sulungnya yang harus menghadapi hal penuh penderitaan.

Apalagi yang lebih menyakitkan dari tidak bisa melindungi orang yang kau cintai, Aaron bahkan harus berpura-pura membenci wanita yang dia cintai dan kini dia harus melepaskan cintanya.

Di dalam ruang kerja itu, kepala pelayan tersebut menatap Aaron yang berdiri membelakanginya dan berkata, "Tuan muda, Anda baik-baik saja?" Tanyanya seraya menatap telapak tangan Aaron yang tampak baik-baik saja.

Tidak menjawab, pria itu berbalik dan keluar dari ruang kerja dan memasuki kamarnya. Namun tidak berselang lama, Aaron kembali keluar dengan kunci mobil di genggamannya.

Suara mobil yang baru saja keluar garasi terdengar dan memecah keheningan malam.

Di dalam mobil, Aaron tampak menghubungi seseorang dan berkata, "Dimana dia?" Tanyanya pada seseorang di seberang telephone.

"Mansion Geraldo." Menerima jawaban itu, Aaron segera memutus sambungan dan menambah kecepatan mobilnya.

Tuhan tahu betapa dia hanya ingin melindungi wanita itu dengan kedok kebenciannya.

Tidak, awalnya dia memang hampir membenci wanita itu. Wanita yang tersenyum dengan bahagia saat melihatnya untuk pertama kalinya dan wanita yang dengan senyumnya hampir membunuhnya pada pertemuan pertama mereka.

Tapi siapa yang tahu, perasaan ternyata bisa berubah semudah itu?

Siapa yang tahu, bahwa mungkin saja sejak awal dia sudah terpikat dengan senyum manis wanita kejam itu?

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang