It's You 14

7.6K 531 8
                                    

Saat detik berubah menjadi menit dan menit berubah menjadi jam dan tanpa di sadari hari demi hari telah terlewati begitu saja. Ada yang menjadi kenangan dan ada yang terlewati dengan sia-sia.

Namun dalam pergaulan kelas atas yang menjadi topik hangat perbincangan mereka akhir-akhir ini adalah bagaimana seorang Aaron Barnaby bersama seorang wanita berdarah Italia. Aaron selalu terlihat bersama wanita itu, bahkan suatu hari paparazi menangkap foto mereka berdua yang terlihat baru saja keluar dari rumah sakit swasta milik keluarga Barnaby.

Tidak ada yang tahu apa dan kenapa mereka mengunjungi rumah sakit.

Bahkan Aaron tidak segan-segan membawa wanita itu ke perusahaannya.

Sampai sekarang tidak ada yang tahu hubungan jelas mereka berdua. Orang lain hanya bisa asal menebak dari bagaimana dekatnya mereka.

Yang lebih membuat mereka penasaran adalah bagaimana tenangnya seorang Evelyn Geraldo melihat tunangannya selalu bersama wanita lain. Mengingat bagaimana setiap kali Aaron dikabarkan dekat dengan seorang wanita dua hari kemudian mereka akan mendengar kabar buruk dari wanita tersebut.

Bahkan jika Evelyn tidak bisa mengatasi wanita itu dalam beberapa hari, dia tidak akan melewatkan kesempatan untuk mempermalukan wanita tersebut di pesta kalangan atas.

Namun apa yang terjadi saat ini? Evelyn bahkan tidak tergerak sedikitpun. Apakah wanita itu sudah menyerah terhadap Aaron? Apakah akhirnya Evelyn tersadar, bahwa Aaron tidak pernah mencintainya?

Entah, tidak ada yang tahu. Karena alih-alih peduli pada segala urusan Aaron yang dikabarkan dekat dengan wanita berdarah Italia, wanita itu tampak semakin melebarkan sayapnya pada dunia bisnis.

Namun rumor tentang bagaimana wanita itu tetap kejam dan berdarah dingin masih terdengar.

Semakin membuat orang lain penasaran.

Bahkan saat ini, di pesta perayaan yang diselenggarakan oleh salah satu pengusaha ternama di negara itu, Aaron tetap membawa Alice bersamanya. Tidak menghiraukan bagaimana pandangan orang lain dan bisik-bisik pembicaraan mereka yang membicarakannya.

Saat itu seseorang berkata dengan suara yang dapat terdengar oleh Aaron yang tengah berbincang dengan sang pemilik acara.

"Bukankah itu Evelyn?" Ucapan itu membuat Aaron dan beberapa tamu yang mendengarnya mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu masuk.

Dan dapat terlihat seorang wanita mengenakan gaun abu-abu dengan tali spagheti yang mencapai mata kakinya, berjalan dengan anggun ke arah pemilik acara dan tidak menghiraukan bagaimana orang-orang mulai membicarakannya, seakan bukan dia yang menjadi topik pembicaraan.

"Tuan Li selamat atas perayaan dua puluh tahun berdirinya perusahaan Anda." Ujar Evelyn diikuti dengan senyum menawan yang tersungging di bibirnya seraya menjabat tangan Tuan Li sang pemilik acara.

"Suatu kehormatan Anda bisa hadir di pesta kecil ini Nona Geraldo." Balas Tuan Li dengan senyum cerah.

Beberapa pria terpikat melihat senyum menawan yang ditampilkan Evelyn, meski mereka tahu betapa kejam dan dinginnya wanita itu, tapi para pria tidak bisa memungkiri betapa cantik dan anggunnya wanita itu. Terlebih lagi aura yang ia pancarkan adalah aura bawaan yang telah terlatih dari keluarga ternama.

Evelyn menatap pada Aaron yang berdiri di samping Mr. Li bersama Alice. Wanita itu hanya menatap kedua orang itu dan tersenyum. Tidak ada yang tahu apa yang ia pikirkan tentang melihat tunangannya bersama wanita lain di pesta. Evelyn selalu seperti itu, wanita itu selalu bersikap tampak tidak peduli, namun diam-diam dia akan melakukan apa yang ia inginkan, bahkan tidak peduli untuk melukai orang lain.

Tanpa kata, Evelyn berjalan ke salah satu pelayan yang mengantarkan minuman dan memilih tempat yang tidak akan menarik perhatian. Itu adalah tanda bahwa dia tidak ingin diganggu.

Namun meski Evelyn berusaha untuk tidak menarik perhatian, keberadaannya selalu mengundang orang lain untuk penasaran akan apa yang ia pikirkan, bahkan di saat ini.

Beberapa wanita sosialita berkumpul dan melirik ke arah Evelyn yang menyesap minumannya dalam diam dan tenang.

Seorang wanita berbicara, "Lihatlah bagaimana tenangnya dia, tapi aku yakin ada berbagai macam pikiran jahat di benaknya."

"Mungkin dia tampak seperti wanita yang di campakkan dan butuh simpati, maka dari itu dia selalu datang ke acara seperti ini, meski tahu Aaron membawa wanita lain." Sahut wanita lainnya.

"Butuh simpati? Ingat saja bagaimana kejam dan kerasnya dia."

"Benar, pria itu tidak suka wanita yang selalu melambung tinggi, keras dan angkuh. Rata-rata pria suka wanita seperti wanita yang dibawa Aaron,  terlihat patuh, lemah lembut dan membutuhkan sandaran, seakan dia bisa jatuh kapan saja."

Evelyn dapat mendengar itu semua, karena tampaknya para wanita itu sengaja membesarkan suara mereka saat membicarakannya, antara agar dia dapat mendengarnya atau agar orang lain yang dapat mendengarnya.

Karena beberapa mata mulai memandangnya penuh minat, namun di sambut dengan ketidak pedulian Evelyn.

Sedangkan yang menjadi pusat perhatian hanya memainkan gelas dalam genggamannya. Memutar gelas minuman itu perlahan dan menghabiskan isinya dalam satu tegukan, tidak peduli bagaimana rasa panas melanda tenggorokannya akibat minuman itu.

Meletakkan gelas kosong itu di meja terdekat, wanita itu diam-diam meninggalkan ruang pesta saat perhatian setiap orang teralihkan.

Menemukan taman terdekat, Evelyn keluar dan menghirup udara segar seraya menjernihkan kepalanya yang mulai sedikit berdenyut.

Menatap ke arah langit yang tampak cerah dengan gemerlap bintang, tidak tahu apa yang kembali wanita itu pikirkan. Mengabaikan rasa dingin angin yang menerpa ditambah gaunnya yang terbuka, hampir membuatnya mengigil.

Setelah entah menit yang keberapa, tapi Evelyn tahu bahwa dia sudah cukup lama berada di luar dari seberapa dingin tubuhnya. Kembali menatap ke arah pesta yang masih berlangsung, dia dapat melihat Alice yang tengah bergaul dengan beberapa wanita sosialita dan Aaron yang berbicara dengan beberapa pengusaha dan rekan bisnis.

Dalam diam, tanpa ada yang menyadarinya wanita itu pergi menjauh dari tempat tersebut.

Namun, yang tidak ia sadari seorang pria terus menerus melirik ke arahnya dan memastikan bahwa dia ada di sana, namun saat melihat ketidak hadirannya, pria itu memohon undur diri.

Aaron menatap taman yang kosong dan menggepalkan tangannya.

Tuhan tahu betapa dia ingin meletakkan jasnya bahkan memeluk wanita itu yang tampaknya tidak peduli akan angin yang terus menerus menerpanya.

Tapi apa yang bisa ia lakukan? Ini semua karena dia terlalu pengecut.

Saat tenggelam dalam pikirannya,  Aaron melihat melalui ekor matanya, seseorang yang tampak mengawasinya dalam gelap dan segera menghilang saat dia menoleh.

Dia tahu itu bukan pengawalnya.

Mereka semakin berani.

Dan karena mereka dia menjadi sepengecut ini.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang