"Baik, mari kita sudahi pertunangan ini." Ucap Evelyn setelah beberapa menit terdiam dan tiba-tiba balik menatap Aaron.
Mendengar ucapan Evelyn, membawa sedikit kejutan dalam tatapan pria itu yang kembali normal setelah beberapa detik sehingga tidak ada yang menyadarinya.
Benar, inilah yang dia harapkan. Tapi mengapa hatinya terasa begitu menyakitkan setelah mendengar kata-kata itu dari Evelyn?
Berdiri dari duduknya, Aaron menatap Evelyn untuk entah yang keberapa kalinya pada malam itu dan keluar dari ruangan tersebut tanpa mengucapkan sepatah katapun. Entah dia berusaha meninggalkan Evelyn atau meninggalkan perasaannya pada wanita itu.
Evelyn menunduk menatap tangannya yang berada di pangkuannya, menatap jari-jemarinya di mana cincin indah bertahta berlian berwarna merah muda berkilau mempercantik jari manisnya.
Itu adalah cincin pertama kali dan satu-satunya yang pernah disematkan Aaron di jarinya.
Cincin pertunangan mereka.
Cincin yang selama beberapa tahun ini tidak pernah meninggalkan jarinya, cincin yang dia pikir dapat mengikat pria itu padanya untuk selamanya.
Tapi apa sekarang? Alih-alih mengikat Aaron, yang dia dapatkan selama ini hanyalah rasa sakit yang dengan bodohnya dia nikmati, rasa sakit yang selalu membawa luka baru pada hatinya, namun dengan bodohnya dia berpikir bahwa pada akhirnya pria itu akan tetap bersamanya.
Menatap langit yang tampak semakin gelap, Evelyn melepaskan cincin itu sebelum meletakkannya di atas meja dan berlalu keluar dari ruang pribadi.
Entah dia sengaja meninggalkan cincin itu atau dia hanya berusaha meninggalkan sisa perasaannya pada pria itu.
Yang tidak Evelyn sadari malam itu adalah bagaimana Aaron nenatapnya dengan lekat, bahkan saat pria itu mengatakan kata-kata yang selama ini ingin Evelyn dengar.
Evelyn POV
Cinta?
Apa itu? Sebuah kata? Sebuah ucapan dan perbuatan? Atau hanya omong kosong semata?
Aku tidak tahu.
Kenapa? Karena tidak pernah ada yang mengajarkanku apa arti cinta yang sebenarnya.
Sebelum aku tahu apa itu cinta orang tua, yang kudapatkan hanyalah seorang ayah yang mencurahkan perasaannya pada keluarga wanita simpanannya, sebelum aku tahu cinta seorang ibu, yang kudapatkan hanyalah ibu yang terbaring sakit dan selalu meneriakkan nama ayah dan sebelum aku tahu arti cinta lawan jenis, pria yang kuinginkan selalu mendorongku menjauh.
Aku, Evelyn Allura Geraldo. Aku adalah wanita yang memiliki segalanya, namun tidak pernah benar-benar mendapatkan cinta yang selama ini di banggakan oleh sebagian besar orang di dunia ini.
Apa cinta bisa dibeli dengan uang, status atau dengan rupa? Jika iya, lalu kenapa aku tidak pernah mendapatkan satu hal yang tampak sederhana itu?
Selama ini, yang kulakukan hanyalah melihat dari belakang, mereka yang tampak tersenyum bahagia hanya dengan apa yang disebut cinta.
Kalian, yang dapat mencintai dan dicintai adalah orang paling beruntung, hingga membuatku yang memiliki segalanya merasa cemburu dan iri.
Karena itu, yang kulakukan selama ini hanyalah bisa mengejar cinta yang tidak tampak itu, bertekad bahwa aku tidak akan kehilangan kesempatan untuk tahu arti kata itu dan bersumpah bahwa aku tidak akan berakhir seperti ibuku, yang hanya bisa menangis dan menjadi gila karena cintanya terhadap ayah.
Namun sebelum aku mendapatkannya, semua itu hampir terlepas dan aku kembali mengenggamnya dengan erat.
Dan kini, akulah yang melepaskannya.
Kenapa? Padahal selama ini aku telah berjuang dengan sekuat tenaga dan bersumpah bahwa aku tidak akan melepaskannya.
Apa karena aku sudah terlalu lelah? Apa karena sudah tidak ada tempat untuk luka yang baru dalam diriku? Apa karena sudah tidak ada air mata untuk menangisi semua ini?
Tidak, itu karena aku mendengarnya dengan kedua telingaku sendiri, bahwa Aaron Theodor Barnaby telah mencintai wanita lain.
Kata yang selama hidupku ini tidak bisa kudapatkan, kata yang selalu kukejar tidak peduli seberat apa hal yang menghalangiku, tidak peduli berapa banyak luka dan cemoohan yang kudapatkan. Namun, pria yang berusaha kugenggam, pria yang kuharapkan dapat memberiku hal yang tampak sederhana bernama 'cinta', mengatakan bahwa dia mencintai wanita lain.
Lalu, haruskah terus kugenggam dan kupertahankan pria seperti itu?
Tidak.
Kini aku telah melepaskannya, kini aku yang melepaskan pria itu, bukan sebaliknya.
Kini yang bisa kulakukan hanyalah melihat dari belakang dengan iri, melihat pria itu yang akan memberikan senyumnya pada wanita lain, melihat pria itu bahagia dengan membina keluarga barunya, melihat bagaimana pria itu menumpahkan rasa cintanya pada wanita lain dan melihat pria itu menghabiskan hidupnya dengan keluarga yang dia cintai.
Yang kulakukan selama hidupku adalah hanya dengan melihat.
Mungkin itulah takdirku, mungkin ini adalah kutukan yang ibu berikan sebelum dia meninggalkanku, atau mungkin ini adalah pembayaran dari semua dosa yang dilakukan ibu dan diriku.
Dan kini, aku benar-benar tidak akan menjadi seperti ibuku atau mungkin tidak?
Karena beginikah yang dirsakan ibu? Perasaan sakit ini menyiksaku hingga membuatku sulit bernapas, inikah yang ibu rasakan? Perasaan sakit yang tidak tahu bagaimana mengobatinya, perasaan sakit yang membuat ibu berakhir gila?
Beginikah?
Ibu...
Bukankah kau terlalu kejam? Atau aku yang durhaka?
Ibu, saat ini aku mengingat hal yang kau katakan terakhir kali padaku sebelum kau meninggal.
"Putriku, malangnya dirimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
RomanceMereka telah saling mengenal sejak kecil, namun ini bukanlah hubungan akrab teman masa kecil sebagaimana terjadi pada umumnya. Dia pernah hampir membunuhnya pada saat pertemuan pertama mereka. Sedangkan dia selalu mendorongnya menjauh dan terus me...