It's You 13

7.8K 528 14
                                    

Mengetahui seseorang memasuki ruangannya tanpa mengetuk, Aaron segera mengalihkan pandangannya dari dokumen dan segera mendapatkan Evelyn yang berjalan ke arahnya dengan anggun.

"Apa kau terkejut?" Tanya wanita itu dengan senyum yang muncul di bibirnya. Tapi dia juga bisa mendeteksi kekesalan di dalam matanya.

Meletakkan dua paperbag yang berisi makan siang di atas meja yang digunakan untuk menyambut tamu, Evelyn berjalan mendekat ke arah Aaron masih dengan senyum di bibirnya.

"Bagaimana? Apa obrolan kalian menyenangkan semalam?" Tanya Evelyn dan Aaron dapat menangkap nada penuh sindiran wanita itu.

Alih-alih menjawab, pria itu memilih untuk melanjutkan pekerjaannya dan menggabaikan Evelyn, tampak tidak peduli jika wanita itu masih berdiri diam di hadapannya.

"Kau bahkan tidak pernah berinisiatif untuk mengadakan makan malam bersama keluarga kita, tapi mengadakannya berasama keluarga wanita lain." Kini bahkan orang lain dapat menangkap nada sarkastik Evelyn.

Tetap berdiri di depan meja Aaron yang lagi-lagi terlihat tidak berniat untuk menyambut dan mempedulikannya, Evelyn memandang lekat wajah pria itu yang menunduk membaca dokumen di hadapannya.

"Aku memesan makan siang dengan menu favoritmu dari restoran yang kau sukai. Kuharap kau tidak memberikannya pada orang lain, jika kau tidak suka, buang saja." Selesai mengucapkan kata-katanya, Evelyn berbalik dan berjalan keluar dari kantor Aaron.

Yang tidak Evelyn ketahui adalah, pria itu diam-diam menggepalkan tangannya dengan erat dan tidak mempedulikan rasa sakit pada bahunya yang terus berdenyut.

Saat keluar dari kantor Aaron, pandangan Evelyn langsung tertuju pada ruang tunggu, dimana Alice masih berada di sana dan tatapan mereka bertemu.

Menggabaikan raut khawatir sekretaris, Evelyn berjalan masuk ke ruang tunggu tersebut dan duduk dengan anggun di sofa seberang Alice.

Selama beberapa menit tidak ada dari dua wanita itu yang mengeluarkan satu patah katapun untuk memecah keheningan. Sampai sekretaris masuk dan membawakan secangkir teh baru untuk Evelyn dan kembali keluar.

"Alice Devonte." Adalah kata pertama yang diucapkan Evelyn.

"Iya." Jawab Alice seketika, entah mengapa dia merasa dia harus menjawab Evelyn.

Tidak membalas ucapan Alice, Evelyn memilih untuk meminum teh yang baru saja disuguhkan.

"Kau pasti tahu siapa aku kan?" Tanya Evelyn pada akhirnya seraya meletakkan cangkir tehnya.

"Tunangan Aaron." Kembali jawab Alice.

Dan mendengar jawaban itu mengundang senyum menghina di bibir Evelyn yang tampak menggoda diikuti dengan tatapan tajam wanita itu yang semakin membuat Alice entah bagaimana merasa bahwa mereka dari dunia yang berbeda.

"Kau tahu siapa aku, tapi masih bertingkah seperti ini."

"Aku--" Sebelum Alice dapat menyelesaikan kalimatnya, Evelyn segera memotongnya.

"Selesaikan saja urusanmu dan jangan berani dekat dengan priaku." Nada penuh ancaman itu Evelyn lontarkan seraya berdiri dan beranjak keluar dari ruang tunggu.

Saat Evelyn baru saja keluar, tatapan mata yang tajam dan aura intimidasi menyambutnya.

"Akhirnya kau menyadari keberadaanku?" Tanya Evelyn pada pria yang berdiri di hadapannya, siapa lagi jika bukan Aaron Barnaby.

Kembali tidak mendapatkan jawaban pria itu, Evelyn menoleh dan melirik ke arah balik bahunya, di mana ruang tunggu berada dan Alice yang masih berada di dalamnya.

"Kenapa, kau takut aku menyakitinya? Kau bahkan tidak pernah peduli bahwa aku lebih merasa tersakiti." Ujar Evelyn dan berlalu dari sana.

Dia takut jika dia tidak bisa mengendalikan dirinya lagi dan kembali melakukan hal yang di benci Aaron.

^^^

Melihat Evelyn yang sudah pergi, Alice keluar dari ruang tunggu dan menuju ke arah Aaron yang menatap ke arah lift yang tertutup.

"Aaron, aku tidak bermaksud untuk membuatnya salah paham." Ucap Alice mengamati ekspresi pria itu yang sayangnya tampak sangat tenang.

Setelah beberapa saat terdiam, Aaron membalas, "Biarkan dia dan mereka untuk tetap salah paham."

"Hah?" Alice sama sekali tidak mengerti apa yang diucapkan Aaron.

"Lanjutkan saja apa yang kau lakukan." Jawab Aaron dan kembali memasuki ruangannya, meninggalkan Alice yang sibuk dengan pikirannya.

Di dalam ruang kerjanya, Aaron menatap paperbag yang ditinggalkan Evelyn dan berjalan ke arah sofa.

Dia membuka paperbag itu dan mengeluarkan isinya dan Aaron melihat bahwa semua makanan yang dia sukai ada disana.

Evelyn memesan semua makanan favoritnya karena mungkin wanita itu tidak tahu apa yang ingin dia makan.

Dan apa katanya tadi? Membuang makanan ini daripada memberikannya pada orang lain?

Benar, karena sejak dulu apapun yang wanita itu bawa, di hadapan Evelyn, Aaron akan tampak seperti dia tidak peduli dan selalu memberikannya pada orang lain.

Namun asistennya akan tahu, bahwa itu hanya kedok Tuannya saja.

Karena di depan Evelyn, dia harus bersikap seperti itu untuk menipu semuanya.

"Kenapa, kau takut aku menyakitinya? Kau bahkan tidak pernah peduli bahwa aku lebih merasa tersakiti."

Ucapan Evelyn kembali terngiang dalam pikiran Aaron.

Dia tidak peduli bahwa wanita itu tersakiti?

Justru apa yang ia lakukan ini adalah untuk melindungi wanita itu.

Untuk menjauhkannya dari bahaya yang kapan saja bisa mengintainya.

Evelyn, seandainya kau tahu. Apakah kita tidak akan menjadi sejauh ini?

Seandainya kau dan aku bukanlah kita yang sekarang, bisakah kita mulai dari awal lagi?

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang