Di dalam salah satu gedung pencakar langit, Barnaby Corp kesibukkan terus terjadi dan tampaknya kesibukkan itu semakin intens beberapa hari belakangan. Ini dikarenakan banyaknya tuntutan yang diberikan sang pemimpin yang tampaknya berada dalam suasana hati yang buruk belakang ini.
Hal ini terbukti dimana saat ini, di dalam ruangan yang berada di lantai paling atas, seorang manajer pemasaran tampak begitu menyedihkan dengan berdiri di hadapan sang CEO dengan kepala tertunduk seraya diam-diam berharap bahwa setidaknya dia tidak akan menerima caci maki sang pemimpin.
Sayangnya itu hanyalah sebuah khayalan saat detik berikutnya kalimat menusuk keluar dari bibir yang menjadi impian banyam wanita di luar sana untuk bisa setidaknya mereka sentuh.
"Sampah semacam ini kau anggap sebagai sebuah proposal? Apakah selama ini semua saranku hanya angin lalu bagimu?" Kalimat penuh sindiran itu di ucapkan dengan begitu tenang, seolah tidak menyadari bahwa ucapannya membuat seseorang berkeringat dingin dan ingin melarikan diri dari hadapannya.
"Ah... ti...tidak--"
"Jika kau tidak mampu lagi berada di posisimu saat ini, lebih baik serahkan surat pengunduran dirimu daripada memberikan sampah semacam ini." Ujar Aaron memotong kalimat sang manajer dan kini auranya perlahan menjadi lebih mengintimidasi diikuti tatapannya yang semakin tajam.
Brak!
Dokumen yang dikerjakan selama berhari-hari itu di lempar begitu saja dan jatuh tepat di hadapan sang manajer yang dengan cepat mengambilnya.
"Saya akan segera memberikan proposal yang lebih baik lagi." Ucap sang manajer dan berbalik berniat keluar dari ruangan luas namun mencekik baginya.
Namun sebelum dia benar-benat meninggalkan ruangan itu, suara Aaron kembali terdengar dan menghentikan langkahnya. "Siapkan juga surat pengunduran dirimu, jika proposal itu masih terlihat seperti sampah bagiku."
"Baik." Jawab sang manajer dengan cepat dan segera melangkah keluar.
Kepergiaan manajer itu membuat Aaron kembali mendapatkan waktunya seorang diri. Menghembuskan nafasnya yang terdengar lelah, manik mata yang tadinya menatap tajam pada sang manajer kini beralih menatap pemandangan yang di sajikan di luar jendela besarnya.
Terhitung sudah empat hari bahwa suasanya hatinya berada pada titik terburuk dan semakin buruk saat sampai detik ini ponsel cadangannya tidak menunjukkan aktifitas apapun. Ini artinya orang yang dia perintahkan masih tidak mampu memenuhi keinginannya.
Mengepalkan telapak tangannya, Aaron berdiri dari kursi kebesarannya dan melangkah mendekat ke arah jendela besar itu.
Menatap ponsel dengan tidak sabar, akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi seseorang. Bunyi dering ponsel terdengar selama beberapa detik sebelum seseorang di seberang panggilan akhirnya mengangkat panggilan tersebut.
"Hal--"
"Apa masih tidak ada kabar?" Tanya Aaron dengan cepat dan tidak mempedulikan salam seseorang di seberang sana.
"Maaf Boss, kami masih tidak dapat menemukannya." Jawab seorang pria tanpa ada yang menyadari bahwa ada rasa takut saat dia mendapatkan panggilan dari Aaron.
"Sialan." Umpat Aaron dengan dingin saat hawa panas menyelimuti tubuhnya. Tepat saat itu dia melihat asistennya melangkah masuk ke dalam ruangannya.
"Boss, kami akan terus bekerja keras untuk dapat menemukan Nona Geraldo. Jadi tenanglah, kami pasti akan menemukannya." Ujar pria di seberang panggilan dan nada suaranya terdengar panik saat dia mendengar umpatan yang di lontarkan Aaron.
Benar, selama empat hari ini seseorang yang membuat Aaron berada dalam suasana hati yang buruk adalah Evelyn Geraldo.
Ini karena selama empat hari ini wanita itu menghilang entah ada dimana dan hal yang membuat Aaron semakin merasa buruk adalah karena tidak ada seorang pun yang tahu keberadaan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
RomanceMereka telah saling mengenal sejak kecil, namun ini bukanlah hubungan akrab teman masa kecil sebagaimana terjadi pada umumnya. Dia pernah hampir membunuhnya pada saat pertemuan pertama mereka. Sedangkan dia selalu mendorongnya menjauh dan terus me...