Sinar matahari yang masuk melalui tirai jendela yang tersibak sedikit, menganggu ketenangan tidur seseorang, saat kicauan burung menjadi pendukung selanjutnya. Langit terlihat begitu cerah, dengan awan-awan indah yang menjadi penghiasnya.
Namun seseorang di atas ranjang itu enggan untuk bangun ataupun sekedar membuka matanya untuk menyambut pagi yang indah, saat dia merasakan seseorang membelai rambutnya dengan begitu lembut, diikuti bisikan pelan tepat di samping telinganya, "Bangunlah pemalas." Kalimat itu terdengar seperti omelan, namun dalam waktu yang sama terdengar seperti pengantar tidurnya.
Namun dia harus membuka matanya kali ini. Karena jika tidak, dia tidak akan tahu apa yang terjadi selanjutnya.
"Akhirnya kau bangun?" Pertanyaan itu menyambutnya, begitu dia membuka kelopak matanya. Menatap seorang wanita dengan dress putih selutut, rambut yang dibiarkan tergerai dan senyum indah yang ditujukan untuknya, adalah hal paling indah di pagi hari itu. Rasanya senyum itu dapat mengalahkan indahnya langit di luar sana dan suaranya mengalahkan kicauan burung yang merdu, terlebih lagi ekspresi bahagianya secerah matahari pagi.
Wanita itu berdiri di depan jendela besar yang kini telah sepenuhnya dibuka. Membuat angin pagi masuk dan mengibarkan tirai itu. Pemandangan itu membuat siapapun berpikir bahwa bidadari baru saja turun.
"Kau nyenyak sekali, apakah kau memimpikanku, sebanyak kau merindukanku?" Tanya wanita itu dengan senyum dan tatapan lembutnya.
"Iya." Jawabnya.
"Hahaha... dasar. Bangunlah dan lewati hari ini dengan bahagia, love." Bahkan suara tawanya terdengar begitu merdu.
Cup.
"Sampai jumpa."
~
"Kau akan pergi menemuinya kak?" Pertanyaan itu terdengar begitu pintu kamarnya terbuka dan Aaron segera mendapati adiknya yang tengah berdiri di ambang pintu memperhatikannya.
"Hmm." Balas Aaron dengan gumaman singkat dan tidak memperhatikan Devian.
"Sampaikan salamku." Ucap Devian saat dia melihat Aaron melangkah keluar dari kamar dengan pakaian formalnya.
"Tentu." Jawab Aaron tanpa menoleh dan membuat Devian hanya dapat memperhatikan punggung kakaknya.
Semua orang kini tahu, pria yang sejak awal tidak berperasaan kini telah sepenuhnya menjadi cangkang kosong tanpa jiwa dan tidak ada sedikitpun perasaan yang tersisa. Pria yang sejak awal tidak peduli pada segalanya kini hanya berharap bahwa kematian datang padanya dengan lebih cepat. Pria yang terlihat kuat dan tangguh itu hanya berusaha terlihat baik-baik saja.
Semua orang tahu, di dalam dirinya ada berbagai luka dan ada hati yang telah hancur dan tidak dapat lagi disatukan oleh siapapun itu.
Penyesalan, kesedihan, kerinduan dan berbagai perasaan yang tidak ingin banyak orang rasakan seolah berkumpul menjadi satu di dalam diri seorang Aaron Barnaby.
Kini semua orang tidak lagi berharap pria itu dapat bahagia, mereka hanya dapat berharap bahwa Aaron dapat melewati kehidupan kali ini hingga akhir.
***
Udara yang sejuk, semilir angin yang menerpa dan sebuah foto menjadi hal yang selalu menemani dan menyambut kedatangannya kemari.
Aaron terus terdiam. Berdiri dengan tenang menatap foto Evelyn di atas gundukan tanah itu, setelah dia meletakkan seikat mawar putih di depan figura foto. Berharap bahwa alih-alih meletakkannya di atas gundukan tanah, dia dapat memberikannya langsung pada wanita yang telah terbaring dengan tenang di dalam peti mati.
Merasakan tangan lembutnya, menatap tatapan penuh suka citanya atau bahkan dia dapat melihat senyum yang tidak akan pernah lagi dia lihat.
Memikirkan semua itu hanya membuat jantungnya seolah diremas dengan kuat.
"Hai." Sapa Aaron dan terus menatap foto Evelyn.
"Bagaimana kabarmu?" Tanyanya dan membayangkan wanita itu berdiri di hadapannya.
Namun hanya semilir angin lah yang menjawab.
"Terima kasih telah datang lagi hari ini." Ujarnya dan tertawa.
Menertawakan kegilaan yang telah menimpa dirinya.
"Mungkin yang kau katakan pagi ini benar. Aku terus memimpikanmu, sebanyak aku merindukanmu."
"Evelyn." Panggil Aaron dengan nada yang entah bagaimana terdengar seolah dia menahan agar air matanya tidak terjatuh.
"Di kehidupan selanjutnya, mari tetap menjadi diri kita masing-masing. Karena di kehidupan selanjutnya, akulah yang akan mengejarmu." Ucapnya dengan senyum lembut dan tatapan penuh cinta yang selama ini Evelyn dambakan.
Setiap orang berharap agar memiliki happy ending, mereka juga telah berusaha agar memiliki ending seperti yang mereka harapkan.
Namun pastinya ada beberapa hal yang tidak dapat mereka tentang, seperti kematian.
Sebuah perpisahan yang tidak dapat lagi kau ubah dan perjuangkan, sebuah perpisahan yang hanya dapat kau kenang momennya, sebuah perpisahan yang sekuat dan sebesar apa usaha agar dapat bertemu, itu semua hanyalah sebuah usaha yang sia-sia. Karena pada akhirnya, kau hanya dapat berharap untuk bertemu dalam mimpi.
Lalu bagaimana agar penyesalan tidak menjadi sebesar penyesalan seperti yang Aaron rasakan?
Nikmati.
Nikmatilah waktu yang masih Tuhan berikan untukmu dan untuk orang-orang yang kau cintai.
Ucapkan dan tunjukkan perasaan cintamu pada mereka dan padanya sebelum penyesalan itu datang dan menyakiti dirimu sendiri.
THE END~
MINGGU 10 OCTOBER 2021
08.04 PMYEAYYYY
Makasih buat semua readers yang setia nunggu dan baca dari awal sampai bab akhir ini.
Maafin aku sebagai penulis yang tidak becus dan baru sadar kalo ternyata ini adalah karya pertama yang aku tulis dalam waktu yang lamaaaaaa.... (authornya udah semester tua) *alasan* hahaha....
Sedari awal aku emang pengen buat cerita dengan sad ending, tapi ragu mau yang mana (karena sebenarnya draft cerita numpuk hehe) akhirnya kuputuskan cerita It's You ini.
Wkwkwkwkwkwkwk....
Semoga kita bisa ketemu di karya selanjutnya~~~~~~
Bye byeeeee
❤🧡💛💚💙💜🤎🖤🤍❣

KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
RomanceMereka telah saling mengenal sejak kecil, namun ini bukanlah hubungan akrab teman masa kecil sebagaimana terjadi pada umumnya. Dia pernah hampir membunuhnya pada saat pertemuan pertama mereka. Sedangkan dia selalu mendorongnya menjauh dan terus me...