Malam itu, suara tawa yang menyenangkan terdengar memenuhi rumah megah tersebut. Bahkan tawa mereka terdengar hingga pintu masuk utama. Membuat siapapun yang mendengarnya dapat mengetahui, bahwa mereka dalam keadaan yang sangat bahagia.
Dengan hiasan natal yang memenuhi rumah dan pohon natal yang bersinar dengan indah, mereka tampak persis seperti lukisan.
Jika orang luar melihat dan mendengar tawa mereka, mungkin banyak orang yang akan cemburu. Bagaimana tawa penuh kebahagiaan itu bisa tercipta dengan mudahnya? Adalah pertanyaan yang saat ini ada di pikiran Evelyn. Dia bahkan memiliki banyak mimpi di malam natal seperti ini, yang tidak pernah benar-benar terwujud.
Malam ini, apakah dia bisa mewujudkan salah satu mimpinya?
"Evelyn." Panggilan itu menarik perhatian Evelyn yang sedari tadi berdiri di dekat pintu masuk dan memperhatikan keluarga dengan tawa bahagia tersebut.
Tersenyum tipis, Evelyn berjalan mendekat ke arah mereka tanpa kata.
Melihat kedatangannya, Alfred menoleh seraya tersenyum sebelum berkata, "Evelyn kau datang." Tampak bahagia menatap putrinya.
"Apa kau sudah makan, Nak?" Pertanyaan dan panggilan itu membuat detak jantung Evelyn berdegup kencang tanpa tahu alasannya.
Menoleh menatap Helena yang balik menatapnya dengan ekspresi hangat wanita itu.
"Belum." Jawab Evelyn tampak linglung.
"Bagus. Kami juga belum makan malam. Mari makan malam bersama." Ajak Helena dengan hati yang riang menggandeng lengan Evelyn dengan akrab, seakan dia sudah sering melakukan hal ini.
"Akhirnya makan malam." Ucap Falicia dengan riang seraya menggandeng lengan Evelyn di sisi yang lain. Membuat Evelyn di apit di antara dua wanita itu.
"Kakak, kau ingin makan malam apa? Ibu membuat banyak makanan malam ini." Ujar Falicia masih dengan riang berusaha menghilangkan kecanggungan di antara dia dan Evelyn.
"Apa saja." Jawab Evelyn singkat dengan senyum tipisnya menatap manik mata Falicia.
Alfred yang melihat interaksi ketiga wanita di depannya juga tidak bisa menyembunyikan ekspresi bahagianya. Senyumnya yang lebar membuat Austin terkejut. Sebab, ayahnya adalah pria yang pandai menutupi perasaannya, tapi kini dia melihat senyum lebar dan ekspresi bahagia yang tidak bisa ditutupi pria paruh baya itu.
Menoleh ke arah sumber kebahagiaan ayahnya, Austin ikut menatap interaksi ketiga wanita yang berjalan dengan riang itu.
Dia tidak tahu, bahwa kebahagiaan ayahnya akan tercipta semudah ini. Tidak hanya ayahnya, bahkan ibunya yang saat ini juga terlihat benar-benar sangat bahagia. Seakan beban berat yang berada di pundak orang tuanya itu terangkat.
Makan malam penuh kehangatan itu sekali lagi tercipta.
Helena yang selalu memperhatikan Evelyn dengan menyajikan semua makanan kesukaan wanita itu di hadapannya. Yang kembali membuat Evelyn terkejut, karena sekali lagi, wanita yang dulu dia benci setengah mati, ternyata tahu apa yang ia sukai.
***
Malam itu keluarga kecil itu duduk bersama dalam ruang keluarga yang kini tampak sangat indah. Evelyn kembali duduk di antara Helena dan Felicia yang tampak tidak ingin jauh darinya.
Namun, alih-alih terganggu, anehnya Evelyn merasa senang. Mendengar dua wanita berbeda generasi yang selalu memiliki bahan obrolan untuk membuatnya berbicara.
Dan alih-alih tampak terpaksa membalas semua ucapan kedua wanita itu, Evelyn merasa tertarik.
Suatu pertanyaan tiba-tiba melintas dalam pikiran Evelyn. Kenapa sedari dulu dia tidak merelakannya saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
RomanceMereka telah saling mengenal sejak kecil, namun ini bukanlah hubungan akrab teman masa kecil sebagaimana terjadi pada umumnya. Dia pernah hampir membunuhnya pada saat pertemuan pertama mereka. Sedangkan dia selalu mendorongnya menjauh dan terus me...