It's You 17

6.9K 469 12
                                    

Brak.

Suara keras pintu terbuka yang tampak sengaja dibanting itu mengejutkan mereka yang mendengarnya.

Evelyn yang terlihat tengah duduk di sofa dalam kamarnya itu hanya melirik Andrew yang terlihat marah dengan ipad yang memperlihatkan sebuah artikel yang menjadi trending saat ini.

"Evelyn, apa semua ini?" Tanya pria itu pada wanita yang tampak tidak peduli dengan gelas berisi alkohol di genggamannya.

Alih-alih jawaban, yang Andrew dapatkan hanyalah keheningan yang semakin membuat rasa marahnya membuncah.

"Apa si brengsek itu bersikap seenaknya lagi? Apa dia kembali melakukan ini untuk mengertakmu? Apa dia sengaja untuk membuatmu malu? Apa--"

"Aku yang telah menyudahinya." Ujar Evelyn memotong setiap kata yang akan pria itu katakan.

"A... apa maksudmu?" Tanya Andrew yang terlihat terkejut mendengar ucapan Evelyn.

"Aku telah melepasnya." Jawab Evelyn lagi seraya menyesap alkoholnya dan masih tidak berniat menatap Andrew yang berdiri di sampingnya.

"Benar, aku telah melepasnya. Hahaha...." Lanjut Evelyn seraya tertawa. Melihat hal itu membuat kekhawatiran Andrew semakin besar.

"Evelyn."

"Kau tahu Andrew? Malam itu aku mendengarnya secara langsung. Mendengar bahwa pria yang berusaha kugenggam mencintai wanita lain." Ucap Evelyn masih menatap ke arah langit tanpa bintang.

Tidak dapat membalas ucapan Evelyn, Andrew hanya diam memperhatikan wanita itu yang berusaha terlihat baik-baik saja.

"Aku telah bersumpah untuk tidak menjadi seperti ibuku. Namun, tanpa disadari aku telah menjadi sepertinya. Dan Andrew, aku sendiri tidak tahu, apa selama ini aku mencintainya atau ini semua hanya obsesiku." Ucap Evelyn yang hanya mengundang diam pada Andrew.

"Bukankah kau sendiri yang mengatakannya padaku, bahwa jika salah satu dari dua orang yang mencintai, menunggu dengan penuh rasa sakit, itu bukan cinta, melainkan obsesi."

"Dan sepertinya aku hanya terobsesi dengannya." Lanjut Evelyn seraya menyesap kembali minumannya yang tampak hampir kosong dan sebelum itu Andrew menangkap nada suaranya yang terdengar getir.

Benar, aku yang mengatakannya.

Namun kini aku tahu, itu bukanlah sekedar obsesimu untuk mengenal cinta. Tapi tanpa kau sadari, kau yang mengaku tidak pernah tahu arti cinta sesungguhnya, kini, malam ini, aku telah melihat seorang wanita yang patah hati karena cintanya yang tak sampai.

Karena kau yang duduk di sini dalam rasa sakit tanpa melakukan apapun setelah tahu bahwa pria yang selama ini berusaha kau genggam mengaku mencintai wanita lain, adalah bentuk rasa cintamu padanya.

Kau yang berusaha melepaskan pria itu untuk hidup bahagia dengan wanita yang dicintainya, itulah salah satu bukti bahwa kau mencintanya.

Evelyn, ternyata pria yang selalu memberimu luka dan rasa sakit, diam-diam telah mengajarimu arti cinta, meski tak indah.

Dan kini aku benar-benar kalah dengan pria itu.

Andrew tersenyum getir akan pikirannya dan menatap wanita yang duduk di hadapannya penuh rasa cinta yang selama ini ia simpan untuk dirinya sendiri, yang bahkan tidak diketahui Erina. Dan mungkin kini, dia hanya akan menatapnya dengan perasaan seorang saudara, teman dan berusaha melenyapkan perasaannya.

***

Pagi itu Evelyn terbangun dengan rasa pusing yang amat sangat parah diikuti perasaan mual pada perutnya, wanita itu berlari masuk ke dalam kamar mandi dan memuntahkan seluruh isi perutnya.

Selesai mengeluarkan isi perutnya, Evelyn menatap ponselnya yang tampak damai sebelum menatap ipad yang tampaknya tidak sengaja Andrew tinggalkan.

Membukanya, Evelyn langsung di suguhi dengan sebuah artikel yang mengejutkan banyak orang, namun tidak untuknya. Artikel yang baru diterbitkan tadi pagi, namun entah darimana Andrew mendapatkan beritanya lebih cepat.

"Aaron Theodor Barnaby memutuskan pertunangannya dengam Evelyn Allura Geraldo, karena seorang wanita berdarah Italia 'Alice'?"

Diikuti dengan berbagai artikel lain yang isinya hampir sama hanya dengan judul yang berbeda bersamaan dengan komentar publik yang kebanyakan berisi bagaimana sabarnya Aaron selama ini untuk terus bersamanya dan berbagai komentar yang seakan mendukung keputusan pria itu untuk memutus hubungan rumit mereka dan tidak sedikit yang mendukung hubungan barunya.

Selain itu ada salah satu artikel yang menarik perhatiaannya dengan judul "Telah mencintai Alice semenjak pertemuan pertama mereka di Italia tiga  tahun lalu, Aaron Barnaby tidak sabar untuk segera meminang putri pengusaha Italia itu." Diikuti dengan video paparazi yang merekam sepasang manusia yang baru saja keluar dari toko perhiasan terkenal dan penjelasan dari manajer toko dengan berkata, "Mereka memesan sepasang cincin paling mahal dan paling indah."

Tiba-tiba senyum menghina terlihat di wajah Evelyn yang sejak tadi tanpa ekspresi.

Aaron tampaknya benar-benar telah jatuh cinta pada Alice, pria itu bahkan membeli dan memesan sepasang cincin paling indah dan paling mahal, sedangkan saat pertunangan mereka, dialah yang memesan dan membeli cincin untuk pertunangan mereka.

Seandainya mereka tidak bertunangan, dia yakin pria itu bahkan tidak akan pernah sudi untuk mengenakan dan memasangkan cincin pada jarinya. Lalu apa? Mencintai Alice yang hanya tiga tahun dia kenal, sedangkan mereka telah saling mengenal sejak masih berumur lima tahun dan selama dua dekade lebih dia telah melakukan segala hal hanya agar pria itu melihat keberadaannya.

Tersenyum menyedihkan Evelyn benar-benar tersadar, bahwa dia telah menyia-nyiakan masa mudanya hanya untuk pria itu.

Perasaan berdenyut yang menyakitkan kembali menghantam dirinya.

Dering ponsel yang terus-menerus menarik kembali kesadaran Evelyn, wanita itu mengambil ponselnya dan melihat ID Caller dan tidak bisa tidak terkejut.

Ayah.

Adalah ID Caller yang tertera di ponselnya.

ID Caller yang bahkan Andrew sendiri tidak akan menyangkanya. Satu-satunya tempat dimana dia bisa memanggil Alfred dengan sebutan ayah adalah pada ponsel pribadinya.

Menerima panggilan itu, Evelyn hanya terdiam, bahkan seseorang di seberang sambungan pun tampak tidak berniat untuk mengatakan tujuannya memanggilnya.

"Evelyn." Panggil Alfred dan kembali terdiam, tampak seolah dia ragu-ragu untuk melanjutkan ucapannya.

"Evelyn, jika... kau tidak sibuk, mari makan bersama di rumah." Lanjut Alfred di seberang sambungan tersebut dan kembali terdiam tanpa menutup sambungan telephone, seakan dia tahu Evelyn ada disana dan mendengarnya dan menunggu jawabannya.

"Baik." Jawab Evelyn setelah beberapa menit yang tampak menyiksa bagi seseorang di seberang sambungan.

Dan setelah mendapat jawabannya, Alfred segera memutus sambungan telephone tersebut dan hanya menyisakan Evelyn yang masih tidak percaya akan apa yang baru saja terjadi.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang